Ekspedisi Tujuh Puncak Wanita Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Perempuan Indonesia adalah sebuah tim yang terdiri dari perempuan-perempuan Indonesia dengan tujuan untuk mendaki seluruh Tujuh Puncak ("Versi Messner") dalam waktu dua tahun, dimulai pada tanggal 17 Agustus 2014 (Hari Kemerdekaan Indonesia). Misi tim ini adalah untuk mempromosikan kesetaraan gender, mengikuti eponim Ekspedisi Tujuh Puncak Indonesia, yang tidak menerima pendaki perempuan. Pada tanggal 17 Mei 2018, dua anggota wanita paling senior mendaki Gunung Everest, puncak terakhir dari ekspedisi ini.

Misi[sunting | sunting sumber]

Pada saat pembentukan Ekspedisi Tujuh Puncak Wanita Indonesia, hanya 33 dari 348 pendaki gunung yang telah menyelesaikan tantangan pendakian Tujuh Puncak adalah perempuan, dan tidak ada satupun yang berasal dari Indonesia. Misi dari ekspedisi ini adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa perempuan Indonesia tidak kalah hebatnya dengan pendaki laki-laki.[1]

Ekspedisi anggota tim wanita 2014-2016[sunting | sunting sumber]

Semua anggota tim putri adalah mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan:[1]

  • Fransiska Dimitri Inkiriwang (menyelesaikan semua puncak)
  • Mathilda Dwi Lestari (menyelesaikan semua puncak)
  • Dian Indah Carolina (sampai ke Gunung Akonkagua)[2]
  • Zulfika Sari DW (menyelesaikan Piramida Carstensz)[2]

Urutan Puncak[sunting | sunting sumber]

Rencana tim adalah mendaki gunung dengan urutan:

Piramida Carstensz[sunting | sunting sumber]

Juga dikenal sebagai Puncak Jaya, Piramida Carstensz terletak di negara asal tim, Indonesia, dan beberapa pendaki Indonesia telah mendakinya sebelumnya. Bersama delapan pendaki lainnya, tim berhasil mencapai Piramida Carstensz (4.884 meter di atas permukaan laut) pada tanggal 17 Agustus 2014. Di sana, tim secara khusus mengganti dan memperbaiki tali pendakian di gunung.[1]

Elbrus[sunting | sunting sumber]

Tim mendaki Gunung Elbrus pada tanggal 15 Mei 2015.[3]

Kilimanjaro[sunting | sunting sumber]

Lima hari setelah mendaki Gunung Elbrus, pada tanggal 20 Mei 2015, tim mulai mendaki Gunung Kilimanjaro melalui Gerbang Machame.[3] Empat hari kemudian, pada tanggal 24 Mei 2015, tim mencapai puncak Gunung Kilimanjaro.

Akonkagua[sunting | sunting sumber]

Tim mendaki Gunung Aconcagua pada tanggal 31 Januari 2016.[5]

Vinson Massif[sunting | sunting sumber]

Tim mendaki Vinson Massif pada tanggal 4 Januari 2017.[6]

Denali[sunting | sunting sumber]

Tim ini mencapai puncak Denali pada tanggal 1 Juli 2017 (waktu setempat, AKTZ), setelah 13 hari pendakian. Anggota Fransiska dan Mathilda adalah wanita ke-34 dan 35 yang mendaki Denali, masing-masing.[2][8]

Everest[sunting | sunting sumber]

Dua anggota paling senior dari Ekspedisi Pendakian Tujuh Puncak Dunia Wanita Indonesia ini mencapai ketinggian 7.020 meter di Gunung Everest pada tanggal 1 Mei 2018. Namun, mereka kemudian harus turun ke Advanced Base Camp (ABC) di ketinggian 6.400 meter untuk memaksimalkan proses aklimatisasi.[9] Setelah beberapa hari, pada tanggal 17 Mei 2018, keduanya berangkat dari Camp 3 (8.271 mdpl) dan mencapai puncak pada hari yang sama. Pada pukul 05:50 pagi (waktu setempat, GMT+8) hari itu, setahun dan 11 bulan setelah tenggat waktu yang ditentukan, sebuah bendera Indonesia tertancap di puncak Gunung Everest.[7][10]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  • Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari masing-masing adalah wanita Asia Tenggara pertama dan kedua (dalam hitungan detik) yang berhasil mendaki Tujuh Puncak.[7]
  • Dicapai dalam waktu 3 tahun 11 bulan, tim ini meleset dari target 2 tahun, yaitu mengalahkan tim putra Ekspedisi Tujuh Puncak Indonesia.

Referensi[sunting | sunting sumber]