Dayah Bustanul Huda Blangpidie
Dayah Bustanul Huda Blangpidie (Jawi: دايه بستان الهدي بلڠ ڤيدي; bahasa Arab: معهد بستان الهدى الدنية الإسلامية الشافعية Ma'had Bustānul Hudā al-Diniyyah al-Islāmiyah asy-Syāfi'iyah), adalah dayah atau pondok pesantren yang didirikan oleh Syaikh Tgk. H. Teuku Mahmud bin Teuku Ahmad gelar Abu Syekh Mud pada tahun 1928 di Blangpidie. Dayah ini awalnya berlokasi di komplek Masjid Jamik di Pasar Blangpidie. Pada 14 Juni 1983, Dayah Bustanul Huda dipindahkan oleh Abu Syam Marfaly ke lokasi saat ini di Jl. Cot Seutui, Keude Siblah, Blangpidie, Aceh Barat Daya.[1]
| Dayah Bustanul Huda Blangpidie معهد بستان الهدى الدنية الإسلامية الشافعية | |
|---|---|
| Alamat | |
, | |
| Situs web | Instagram resmi |
| Informasi | |
| Jenis | Pondok pesantren |
| Afiliasi | Persatuan Tarbiyah Islamiyah |
| Didirikan | 1928 |
| Pendiri | Fase Pertama : Abuya Syekh Tgk. H. T. Mahmud Fase Kedua Abuya Syekh Tgk. H. Muhammad Syam Marfaly |
| Pimpinan | Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly, S.Sos. |
| Lain-lain | |
| Alumni | Abuya Muda Waly, Abu Ibrahim Woyla |
| Moto | |
Lembaga pendidikan Islam ini dikenal telah mencetak banyak ulama di Aceh dan beberapa daerah di Sumatra. Alumni dayah ini diantaranya adalah Abuya Muda Waly,[2] Abu Ibrahim Woyla, dll.[3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dayah Bustanul Huda merupakan salah satu dayah tua di pesisir barat selatan Aceh. Dayah ini didirikan oleh Abuya Tgk. Syekh Teuku Mahmud bin Teuku Ahmad pada tahun 1928 berlokasi di Masjid Jami', Pasar Blangpidie. Pada 14 Juni 1983, Abu Syam memindahkan dayah ini ke Jl. Cot Seutui, Gampong Keude Siblah, Blangpidie.[4]
Sebelum Abu Syekh Mud mendirikan Dayah Bustanul Huda, sudah terdapat aktivitas belajar mengajar di Masjid Jamik. Pengajian ini dinamakan Jamiatul Muslimin yang awalnya dipimpin oleh Tgk. Syekh Ismail. Selanjutnya pengajian ini dipimpin oleh Tgk. Muhammad Yunus seorang ulama dari Lhoong, Aceh Besar. Ketika terjadi pergolakan pasukan Tgk. Peukan di Blangpidie yang menyebabkan Tgk. Peukan syahid, Tgk. Yunus Lhoong atas izin Teuku Rayeuk bin Teuku Ben Mahmud; pemangku uleebalang Blangpidie menguburkan Tgk. Peukan sebagai syuhada di halaman Masjid Jamik Blangpidie.[5] Sikap ini menyebabkan pemerintah Hindia Belanda menilai Tgk. Yunus Lhoong berpihak kepada pemberontakan Tgk. Peukan. Sehingga Tgk. Yunus Lhoong tidak diizinkan memimpin pengajian Jamiatul Muslimin.
Sepeninggal Tgk. Yunus Lhoong maka dengan sendirinya aktivitas pengajian terhenti. Teuku Rayeuk, pemangku uleebalang Blangpidie pada tahun 1927 meminta kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendatangkan seorang pengajar dan ulama lain ke Masjid Jamik Blangpidie. Pemerintah Hindia Belanda saat itu dengan rekomendasi dari Tuwanku Raja Keumala bin Tuwanku Hasyim Banta Muda mengirimkan seorang ulama dari Mukim Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar; alumni Madrasah Irsyadiah Yan, Kedah, Malaysia dan termasuk keturunan uleebalang yaitu Abuya Syaikh Tgk. H. Teuku Mahmud Ahmad atau yang kerap disebut Abu Syaikh Mud ke Blangpidie.
Setahun setelah tiba di Blangpidie, Abu Syekh Mud mendirikan pesantren salaf bernama Dayah Bustanul Huda di Masjid Jamik pada tahun 1928. Abu Syekh Mud kemudian meIakukan rehab Masjid Jamik dengan menambahkan kubah pada tahun 1936. Sebelumnya masjid yang dibangun di atas tanah hibah dari Teuku Ben Mahmud ini tidak menggunakan kubah.
Abu Syekh Mud memimpin Dayah Bustanul Huda hingga kewafatannya pada tahun 1966. Murid-murid Abu Syekh Mud banyak yang berhasil menjadi ulama besar di Aceh. Diantaranya Syaikhul Islam Tgk. H. Muhammad Waly Al-Khalidy gelar Abuya Muda Waly (Pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji), Abuya Syaikh Tgk. H. Adnan Mahmud Bakongan (Pendiri Dayah Ashabul Yamin Bakongan), Abuya Syaikh Tgk. H. Ja’far Lailon (Pendiri Dayah Darul Halim Kuala Batee), Abuya Syaikh Tgk. H. Jailani Musa (Pendiri Dayah Darussa’adah Kota Fajar), Abuya Syaikh Tgk.H. Muhammad Bilal Yatim (Pendiri Dayah Darul Ulumudiniyah Suak Setia), Abuya Syaikh Tgk. H. Imam Syamsuddin (Pendiri Dayah Darul Aman atau Dayah Babussalam Sangkalan), Abuya Syaikh Tgk. H. Abdul Hamid Kamal (Pendiri Dayah Raudhatul Ulum Kuala Batee), Abuya Syaikh Tgk. H. Muhammad Arsyad Lamno (Pendiri Meunasah Abu Tuha Calang), Teungku Din Affany (Pendiri Dayah Darul Huda Samatiga), Abuya Syaikh Tgk. H. Abdul Ghafar (Imum Chik Masjid Lhoknga), Tgk. Salim Mahmud Samadua, Abu Ibrahim Woyla (seorang ulama sufi), dan lain-lain.
Setelah Abu Syekh Mud meninggal pada 23 Desember 1965, kepemimpinan Dayah Bustanul Huda dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu Abuya Syaikh Tgk. H. Abdul Hamid Kamal (AHKAM) atau yang akrab disapa Abu Haji Hamid. Abu Hamid pada saat itu juga sudah mendirikan dua dayah di Kuala Batee yaitu Dayah Mimbariyah, Krueng Batee dan Dayah Raudhatul Ulum, Alue Pisang. Dayah Mimbariyah didirikan pada tahun 1948 dan di Masjid Jamik Al-Mukhlisin Krueng Batee. Pada tahun 1964, ia mendirikan Dayah Raudhatul Ulum yang lokasinya lebih luas di Alue Pisang.
Hal ini menyebablan Abu Hamid otomatis memimpin dua dayah besar yaitu Dayah Bustanul Huda Blangpidie dan Dayah Raudhatul Ulum Kuala Batee. Murid Abu Haji Hamid banyak yang berhasil menjadi ulama diantaranya Tgk. H. Abdul Manaf (Pimpinan Dayah di Ujong Fatihah Nagan Raya/Mantan Ketua MPU Nagan Raya), Tgk. Baharuddin Aron Tunggai (Pimpinan Dayah di Aron Tunggai, Meukek) dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1978, Abu Hamid memprakarsai renovasi Masjid Jamik Blangpidie menjadi bangunan permanen. Abu Hamid meletakkan batu pertama pembangunan masjid yang sebelumnya berdinding kayu tersebut dan menamakannya Masjid Jamik Baitul Adhim.
Pada 21 Agustus 1980, Abu Haji Hamid meninggal dunia di Blangpidie. Pada peringatan haul kedua Abu Haji Hamid tahun 1982, keluarga Abu Haji Hamid, alumni dayah dan tokoh masyarakat pada saat itu meminta kesediaan putra Blangpidie yaitu Abuya Tgk. Syaikh H. Muhammad Syam Marfaly atau akrab disapa Abu Syam untuk memimpin Dayah Bustanul Huda. Abu Syam yang saat itu merupakan guru di Dayah Darussalam Labuhan Haji bersedia memimpin Dayah Bustanul Huda dan pulang ke Blangpidie pada tahun 1983.

Pada tanggal 14 Juni 1983 karena lokasinya tidak memungkinkan untuk mengembangkan pendidikan, Abu Syam memindahkan Dayah Bustanul Huda ke Desa Keude Siblah yaitu di lokasi sekarang. Di lokasi baru tersebut, perkembangan Dayah mulai pesat. Santri yang berdatangan untuk menetap di Dayah Bustanul Huda tidak hanya berasal dari wilayah Blangpidie dan wilayah Aceh lainnya. Namun juga ada dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Pada tahun 1989, Abu Syam mulai menerima santri putri untuk menetap dan belajar di Dayah Bustanul Huda Blangpidie.
Beberapa santri Abu Syam yang berhasil mendirikan dayah lainnya di berbagai daerah diantaranya adalah Tgk. Hajad pimpinan Dayah Nurul Muhsinin Beureunun, Pidie; Tgk. Abubakar Yusuf, pimpinan Dayah Bustanul Huda Mutiara Timur, Pidie; Tgk. M. Husen pimpinan Dayah Teungku Chik Fadil Diriwat Kembang Tanjung, Pidie; Tgk. Lukmanul Hakim pimpinan Dayah Bustanul Huda Muara Tebo, Jambi; Tgk. Azhar Syam pimpinan Dayah Darul Wasi’ah Pekanbaru, Riau; Tgk. Mahyuddin pimpinan Dayah di Padang, Sumatera Barat; Tgk. M. Tulot pimpinan Dayah Darul Huda Babah Rot; Tgk. Marah Hitam pimpinan Dayah di Kuala Batee; Tgk. H. Ja’far Amja pimpinan Dayah Sirajul Ibad Meukek, Aceh Selatan; Tgk. Junaidi Al Firdaus pimpinan Dayah Bustanul Fata Aron, Kuta Baro, Pidie; Tgk. Ramli pimpinan Dayah Babul Hidayatul Muslim Lhung Baro, Nagan Raya, Tgk. Syamsul Bahari pimpinan Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah Meuraxa, Kota Lhokseumawe dan lain-lain.

Setelah Abu Syam meninggal pada 29 Agustus 2009, kepemimpinan dayah ini diteruskan oleh putra Abu Syam bernama Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly. Teungku Haji Qudus ditunjuk sebagai Pimpinan Dayah Bustanul Huda melalui musyawarah keluarga, alumni dayah dan masyarakat umum pada momentum 40 hari meninggalnya Abu Syam yaitu pada 8 Oktober 2009. Saat ini Dayah Bustanul Huda terus dikembangkan menuju sistem pesantren terpadu. Sistem dayah salafiyah (tradisional) tetap dipertahankan dengan difokuskan di lokasi dayah di Jl. Cot Seutui, Keude Siblah. Namun, saat ini juga turut dibangun lokasi kedua dayah untuk dipersiapkan sebagai dayah terpadu dengan nama Dayah Bustanul Huda Tsani di Jl. Iskandar Muda, Keude Paya, Blangpidie.[6] Selain itu juga turut dibangun Dayah Bustanul Huda Tsalis di Seunaloh, Blangpidie.[7]
Pimpinan Dayah
[sunting | sunting sumber]Periode Pertama
[sunting | sunting sumber]- Abuya Tgk. Syekh. H. T. Mahmud / Abu Syekh Mud (1928-1965)
- Abuya Tgk. Syekh. H. Abdul Hamid Kamal (1965-1980)
Periode Kedua
[sunting | sunting sumber]- Abuya Tgk. Syekh H. Muhammad Syam Marfaly(1983-2009)
- Abu Muda Tgk. H. Muhammad Qudusi Syam Marfaly, S.Sos (2009-sekarang)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ↑ El-Sakandary, Nurkhalis Mukhtar (2020-11-19). "Abuya Teungku Muhammad Syam Marfaly: Ulama Karismatik dan Penerus Abu Syekh Mud Blangpidie". Tarbiyah Islamiyah. Diakses tanggal 2022-06-26.
- ↑ Waly, Prof. Dr. H. Muhibuddin (1996). Ayah Kami, Syeikhul Islam Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy, Bapak Pendidikan Aceh. Banda Aceh: Al-Waaliyah Publishing. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ↑ Bahany As, Nab (2010). ENSIKLOPEDI ULAMA BESAR ACEH The Encyclopedia of Great Acehnese Ulama's. Aceh: Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS). ISBN 9786029063004. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ↑ "Profil Dayah Ma'Had Bustanul Huda Diniyah | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2025-11-14.
- ↑ "Action Bersihkan Makam Uleebalang Blangpidie ke-X, Teuku Rayeuk". Diakses tanggal 2025-09-01.
- ↑ Yusuf, Zainun (2020-06-14). "Alumni Dayah Bustanul Huda Blangpidie Peringati Haul Abuya Tgk Syekh H Muhammad Syam Marfaly". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-06-26.
- ↑ "Ma had Bustanul Huda Diniyah Islamiyah Asyafi iyah - PDF Free Download". docplayer.info. Diakses tanggal 2022-06-26.