Bisyr al-Hafi
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Bisyr al-Hafi | |
---|---|
Teolog | |
Lahir | ca 767 Merv, Kekhalifahan Abbasiyah |
Meninggal | 767 (umur -75–-74) Bagdad, Kekhalifahan Abbasiyah |
Dihormati di | Islam |
Memengaruhi | Nabi Islam |
Dipengaruhi | Ahmad bin Hanbal |
Bishr bin al-Ḥārits (bahasa Arab: بشر بن الحارث) lebih dikenal dengan nama Bisyr al-Ḥāfī (bahasa Arab: بشر الحافي, har. 'Bisyr yang Tak Bersandal') adalah seorang teolog Muslim yang lahir di dekat Merv pada sekitar tahun 767 M. Dia berpindah agama dan mempelajari Muslim tradisi di bawah bimbingan al-Fudhail bin Iyadh. Bishr menjadi terkenal sebagai salah satu orang suci terbesar di wilayah tersebut.[1]
Biografi
[sunting | sunting sumber]Bisyr lahir di Merv dan menetap di Baghdad.[1] Kisah pertobatannya diriwayatkan oleh Fariduddin al-Attar di dalam buku Tadzkirat al-Aulia. Attar meriwayatkan sewaktu muda, ia adalah seorang pemuda berandal. Suatu hari dalam keadaan mabuk, ia berjalan terhuyung-huyung. Tiba-tiba ia temukan secarik kertas bertuliskan: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Bisyr lalu membeli minyak mawar untuk memerciki kertas tersebut kemudian me-nyimpannya dengan hati-hati di rumahnya.
Malam harinya seorang manusia suci bermimpi. Dalam mimpi itu ia diperintah Allah untuk mengatakan kepada Bisyr: "Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti".
"Bisyr adalah seorang pemuda berandal", si manusia suci itu berpikir. "Mungkin aku telah bermimpi salah".
Oleh karena itu ia pun segera bersuci, shalat kemudian tidur kembali, namun tetap saja mendatangkan mimpi yang sama. Ia ulangi perbuatan itu untuk ketiga kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang demikian juga. Keesokan harinya pergilah ia mencari Bisyr. Dari seseorang yang ditanyanya, ia mendapat jawaban: "Bisyr sedang mengunjungi pesta minum anggur".
Maka pergilah ia ke rumah orang yang sedang berpesta itu, dan menyampaikan pesan dari mimpinya tersebut kepada Bisyr.
Kemudian Bisyr berkata kepada teman-temann minumnya, "Sahabat-sahabat, aku dipanggil, oleh karena itu aku harus meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal! Kalian tidak akan pernah melihat diriku lagi dalam keadaan yang seperti ini!"
Attar selanjutnya meriwayatkan bahwa sejak saat itu tingkah laku Bisyr berubah sedemikian salehnya. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah bahkan mulai saat itu ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya mengapa Bisyr juga dijuluki 'si manusia berkaki telanjang'.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Daftar Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Fariduddin al-Attar, terjemahan oleh A.J. Arberry & Anas Mahyuddin, Warisan Para Awliya, Penerbit Pustaka, Bandung, 1983, halaman 102