Banjarsari, Gajah, Demak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Banjarsari
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenDemak
KecamatanGajah
Kode pos
59581
Kode Kemendagri33.21.08.2011
Luas-
Jumlah penduduk±3500 jiwa
Kepadatan-

Banjarsari adalah sebuah desa di Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Desa ini terletak di jalur Boyolali - Tambirejo. Di sebelah utara dibatasi Desa Sari dan Desa Mojosimo,sebelah timur berbatasan Desa Tambirejo dan Desa Tanjung Anyar, sebelah selatan dibatasi dengan Desa Sambiroto, Dukuh Mbogo dan Dukuh Nglayu dan Desa Gedangalas, Dukuh Mbangoan, Dukuh Soko, sementara sebelah barat dibatasi dengan Desa Boyolali Desa Kedondong, dan Dukuh Rejosari.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Sistem pemerintahan yang diterapkan di desa Banjarsari bisa juga disebut menganut sistem Dinasti atau sistem turun-temurun, karena mulai dari awal sampai sekarang ini masyarakat masih ada yang mempunyai kepercayaan bahwa yang bisa menjadi kepala desa adalah anak cucu dari dan atau seseorang yang masih mempunyai hubungan darah dengan kepala desa yang pertama kali di desa Banjarsari, dan kebetulan memang seperti itu nyatanya.

Dan sampai sekarang yang telah memegang pemerintahan sudah 7 orang, semuanya mempunyai hubungan darah. Orang pertama kali adalah Mbah Matsirat, Mbah Kamad, Mbah Kandar, Bapak Sholeh, Bapak Mukaya,Setyo Pamungkas, Haryadi dan tahun ini dipegang oleh Slamet Riyanto. Dia adalah cucu atau orang yang masih mempunyai silsilah dari Mbah Matsirat.

Perekonomian dan Kesejahteraan[sunting | sunting sumber]

Mata Pencaharian[sunting | sunting sumber]

Perekonomian penduduk mayoritas ditopang dengan mata pencaharian bertani, buruh tani, buruh pabrik, dan buruh bangunan. Sebagian lainnya ditopang dengan perdagagangan, jasa transportasi barang, bengkel motor dan jasa/tenaga menjahit. Untuk usaha di bidang perdagangan dan buruh bangunan kebanyakan dilakukan dengan cara merantau ke kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan banyak juga yang merantau sampai ke luar Pulau Jawa.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Kesejahteraan yang dirasakan lainnya adalah dengan adanya kemudahan akses pendidikan dan kesehatan.

Fasilitas pendidikan yang dimiliki:

Selain itu akses ke pendidikan Menengah Atas terdekat hanya 1-3 KM, seperti MTs/MA Al Irsyad Gajah, SMK Ganesha, SMP N Gajah, MTs/MA Medini, dan SMA Karanganyar.

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Lokasi yang lumayan dekat dengan jalan pantura berjarak ± 4 km, dan dekat juga dengan jalan Gajah – Dempet ± 2 km. dari jalur tersebut yang dilewati Angkutan Umum, memberi kemudahan dalam transportasi, baik untuk akses pendidikan, perdagangan, dan mobilisasi penduduk ke kota terdekat, seperti kota Demak, Purwodadi, Semarang, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Pekalongan, Tegal, bahkan Surabaya dan Jakarta dengan naik satu atau dua kali Angkutan Umum.

Angkutan yang melewati Desa Banjarsari antara lain, Angkudes Trayek Gajah-Tamberjo, Trayek Gajah-Dempet, Bus Trayek Semarang-Kudus-Pati-Rembang-Lasem, Bus Trayek Surabaya-Semarang, Bus Trayek Kudus-Semarang-Pekalongan-Tegal, Bus Trayek Kudus-Semarang-Solo, Bus Trayek Kudus-Semarang-Purwokerto, Bus Trayek Kudus-Semarang-Jogja.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Sementara akses kesehatan, kebanyakan masyarakat pergi ke puskesmas yang berada di Kecamatan Gajah. Dan juga di Banjarsari sendiri mempunyai 1 petugas kesehatan setingkat manteri, 2 polindes dengan petugas berpendidikan bidan yang terletak di tengah-tengah desa, jadi akses masyarakat yang ingin berobat sangat strategis. Dan untuk perawatan khusus biasanya masyarakat pergi ke RSU Demak / RSI Nahdlatul Ulama dan RSU Kudus. Program pengobatan gratis yang dilaksanakan pemerintah sangat membantu masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Meskipun pada kasus-kasus tertentu masyarakat harus tetap membayar.

Air Bersih[sunting | sunting sumber]

Air bersih yang kerap kali menjadi masalah terutama dimusim kemarau agaknya tidak begitu terasa di desa ini. Sumber air bersih masih sangat mudah dicari seperti dari sumur, sungai, biasanya untuk mandi dan mencuci. Penduduk desa memanfaatkan air sumur dan sungai (Kali Jaratun yang membentang di sebagian pinggir desa), sementara untuk memasak dan minum mengandalkan sumur warga yang hampir di setiap keluarga mempunyai sumur sendiri-sendiri. Saat ini proyek PAM Swadaya sedang dikerjakan dan hampir selesai pengerjaannya. Dengan demikian pasokan air bersih terutama saat musim kemarau bisa tercukupi.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Potensi SDM[sunting | sunting sumber]

SDM yang ada di desa Banjarsari cukup berkualitas. Kebanyakan orang tua mayoritas telah mengenyam pendidikan formal meskipun cukup SD, sebagian MTs setara dengan Sekolah Menegah Pertama. Sementara di kalangan anak muda dan keluarga muda rata-rata lulusan Madrasah Aliah atau setara dengan Sekolah Menengah Atas. Bahkan saat ini banyak lulusan Akademi dan Perguruan Tinggi yang bermunculan baik yang telah S1 atau S2.

Keterampilan yang banyak dikuasai penduduk desa Banjarsari antara lain, pertukangan (bangunan/rumah), menjahit, ukir, mengajar, keterampilan elektro, komputer, dan keterampilan yang mendukung industri di sekitar desa Banjarsari seperti dalam proses industri rokok, industri plastik, industri garmen, industri roti/kue, industri kerupuk, dan bengkel motor.

Budaya dan Agama[sunting | sunting sumber]

Penduduk Banjarsari 99,90% merupakan muslim dan hanya ada 1 keluarga yang non muslim. Suasana religius tampak sekali di desa ini. Desa ini memiliki 1 masjid yaitu masjid At-Taqwa, institusi pendidikan agama tingkat dasar, Musollah-musolla yang tersebar di setiap kampung dan Pondok pesantren.

Organisasi Islam yang ada di Banjarsari yaitu Nahdhatul Ulama (NU) dan ada juga Shiddiqiyah dan Organisasi-organisasi kepemudaan yang lain seperti GP Anshor, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU, IRMAS dan masih banyak lagi organisasi kepemudaan yang lain yang bersifat umum, seperti karang taruna Sedyo Utomo. Namun secara kultural Penduduk desa Banjarsari kental sekali dengan tradisi NU, hal ini terlihat dalam ritual agama yang dipraktikan setiap hari seperti kumpulan yasinan, tahlilan, manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani, tradisi tasawwuf-tariqat, tujuh hari acara pasca kematian, acara 40 hari, nyatus, nyewu, haul pendiri desa, dan sebagainya.

Pendidikan agama di desa ini sangat ditekankan, di setiap musholla pasti ada majlis mengaji Alquran, dan hampir setiap malam ada kumpulan/jam’iyyah baik itu dari bapak-bapak/ibu-ibu atau adik-adik. Dan adapula jam’iyyah yang dilaksanakan setiap selapanan atau 1 bulan sekali. Dan dalam setiap hari besar islam Masjlis Ta’mir beserta Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) senantiasa mengadakan kegiatan pengajian, santunan yatim piatu, istighosah, jama’ arwah, Khotmil qur’an dan masih banyak lagi. Dan itu sudah menjadi tradisi di Banjarsari.

Sementara untuk pendidikan Agama lebih lanjut penduduk mengirimkan anak-anaknya ke pondok pesantren sambil sekolah di Madrasah Aliyah (setingkat SMA). Dan sekarang di Banjarsari sudah ada 1 pondok pesantren yaitu Ponpes ”Darussalam” dan ada sebagian yang nyantri di rumahnya bapak Yai-Yai di Banjarsari.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]