Aryo Menak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Aryo Menak adalah cerita yang mengisahkan legenda masyarakat Jawa Timur tentang seorang pemuda bernama Aryo Menak yang menikahi bidadari kahyangan bernama Tunjung Wulan, namun akibat kesalahan Aryo membuka tutup penanak nasi yang sedang dibuat isterinya, sang bidadari akhirnya kembali ke kahyangan setelah menemukan selendang miliknya yang disembunyikan Aryo. Karena sedih dan menyesal, sejak saat itu Aryo Menak bersumpah bahwa ia dan keturunannya tidak akan pernah lagi memakan nasi.[1]

Versi lain cerita Aryo Menak[sunting | sunting sumber]

Cerita rakyat Aryo Menak memiliki banyak persamaan dengan cerita Jaka Tarub dari Jawa Tengah, baik dari segi alur, tokoh dan latar cerita. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan dalam hal penyebaran dongeng-dongeng itu di masyarakat.[2]

Versi cerita Aryo Menak dan Jaka Tarub juga dikenal di Bali. Di Bali, Aryo Menak dikenal dengan sebutan Rajapala. Inti ceritanya sama-sama mengisahkan pertemuan antara manusia biasa dengan bidadari. Konsep ini dikenal dengan istilah jumbuhing kawulo gusti.[3]

Karya seni yang bersumber dari cerita Aryo Menak[sunting | sunting sumber]

Cerita Aryo Menak dan Jaka Tarub menjadi inspirasi para seniman. Pelukis Basoeki Abdullah, misalnya, melukiskan adegan Jaka Tarub yang sedang mengintip para bidadari yang sedang mandi. Lukisan tersebut adalah pesanan dari Presiden Soekarno, yang saat ini disimpan di Istana Bogor. Selain itu, cerita Jaka Tarub dilukis juga oleh Wiyadi. Berbeda dengan Basoeki Abdullah yang menggunakan gaya naturalis, Wiyadi menggunakan gaya tradisional berupa figur wayang beber panji.[4]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nuralie, hlm. 65.
  2. ^ Yanti, hlm. 72.
  3. ^ "Mengenal Koleksi Benda Seni Kenegaraan (Bag-5)". Diakses tanggal 29 November 2017. 
  4. ^ Probosiwi, hlm. 2.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]