Aman Abdurrahman
Aman Abdurrahman | |
---|---|
Lahir | Aman Abdurrahman 5 Januari 1972 Sumedang, Jawa Barat, Indonesia |
Nama lain | Oman Rachman, Abu Sulaiman |
Kewarganegaraan | Indonesia |
Tahun aktif | 2003–sekarang |
Organisasi | Jamaah Ansharut Tauhid Jamaah Ansharut Daulah Negara Islam Irak dan Syam |
Dikenal atas | Terorisme, pengeboman |
Gelar | Pemimpin ISIS di Indonesia |
Lawan politik | Kepolisian Negara Republik Indonesia Tentara Nasional Indonesia |
Aman Abdurrahman (lahir 5 Januari 1972) alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman, adalah seorang militan Islam dan mantan pendakwah Indonesia. Ia mendirikan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) setelah sempat bergabung di berbagai organisasi militan lainnya, terutama di Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Aman dianggap sebagai otak dalam rangkaian aksi terorisme dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia.
Terorisme
[sunting | sunting sumber]Keterlibatan awal
[sunting | sunting sumber]Aman bergabung dengan Tauhid wal Jihad pada tahun 2004, dan dipenjara hingga tahun 2008 karena keterlibatannya dalam kasus peledakan bom rakitan di rumah kontrakannya. Di dalam penjara, ia rajin menerjemahkan buku dan tulisan karya Abu Muhammad al-Maqdisi, dan beredar secara luas di kalangan militan lainnya.[1] Namanya semakin dikenal setelah bebas, dan ia menjadi lebih sering diundang untuk mengisi ceramah dan berdakwah di berbagai tempat. Ia mulai menjadikan Tauhid wal Jihad semakin aktif dalam bidang propaganda, dan menyebarkan karyanya melalui media internet.[1]
Pada tahun 2010, Aman berpartisipasi dalam latihan militer yang digelar di Jantho, Aceh. Tindakan ini kembali membuatnya tersandung kasus hukum, dan ia divonis sembilan tahun penjara.[2] Ia bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba'asyir pada waktu yang tidak diketahui. Saat bergabung dengan JAT, Aman menjadi semakin dikenal dan berhasil "merebut" sebagian massa Ba'asyir untuk menjadi pengikutnya.[1]
Pelopor ISIS di Indonesia
[sunting | sunting sumber]Taufik Andrie, pengamat terorisme dari Institute for International Peace Building menyebut bahwa Aman adalah pelopor berkembangnya gerakan ISIS di Indonesia. Ia mengagumi konsep "daulah" yang menjadi ideologi ISIS, dan menyatakan dukungannya terhadap mereka.[1] Pada bulan Oktober 2014, ia memanggil beberapa rekannya untuk menjenguknya di LP Kembang Kuning Nusakambangan, meminta mereka untuk mendukung gerakan ISIS pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi, dan segera membentuk organisasi tersendiri untuk mendukung upaya tersebut.[3] Ia kemudian mendirikan JAD, terpisah dari JAT dan menjadi pemimpinnya. Pengamat terorisme, Al Chaidar, menyebut bahwa tujuan utama JAD adalah mendirikan negara Islam dan sebagai "wadah" pendukung ISIS di Indonesia. JAD melaksanakan latihan militer atau tadrib 'asykari di Gunung Panderman, Malang, Jawa Timur pada awal tahun 2015.[3] Aman kemudian mulai mengumpulkan anggota JAD untuk mengirim mereka dalam rangka "berjihad" di Suriah.[1]
Dalang di balik rentetan kasus terorisme
[sunting | sunting sumber]Aman dituduh sebagai "dalang" di balik peristiwa Bom Thamrin pada awal tahun 2016, yang menewaskan delapan orang. Ia juga dianggap berada di balik peristiwa peledakan bom dan serangan terhadap kepolisian dalam beberapa tahun belakangan. Pada tanggal 15 Februari 2018, ia menjalani sidang tanpa ditemani pengacara.[4] Ia menolak permintaan Majelis Hakim untuk menunjuk kuasa hukum, mengatakan bahwa ia akan menghadapi proses persidangan dengan sendiri. Meski demikian, ia mempersilakan mereka untuk menunjuk penasehat hukum untuknya.[4]
Aman menjalani sidang lanjutan berupa pembacaan berkas tuntutan pada tanggal 18 Mei 2018 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.[5] Jaksa Anita Dewayani membacakan berkas tuntutan dan lima hal yang memberatkan yang pada intinya meminta Majelis Hakim untuk menjatuhkan pidana mati.[6] Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tidak setuju dengan tuntutan hukuman mati kepada Aman. Mereka menilai hukuman mati kepada seorang teroris justru akan merugikan upaya penanganan kasus terorisme. Mereka menganggap kematian justru merupakan tujuan akhir dari setiap pelaku teror, dan mereka yang berhasil melakukannya akan dianggap "pahlawan" oleh pengikutnya. Komnas HAM berpendapat bahwa upaya yang lebih baik adalah deradikalisasi.[7]
Gagalnya Konsep Amaliyah yang Tidak Sempurna[8]
[sunting | sunting sumber]Penerimaan sebuah konsep pemikiran antara seseorang dengan orang lain berbeda-beda baik lingkungan, keluarga, tingkat pendidikan, serta siapa yang menggagas konsep itu adalah faktor utama yang menentukan apakah seseorang akan menerima sebuah konsep atau tidak. Konsep pemikiran juga dipengaruhi oleh siapa yang menyampaikan. Artinya, penanaman doktrin dari siapa atau gurunya yang menjadi faktor penting bagi berhasilnya proses transfer pengetahuan.
Untuk mencari tahu kadar radikalisme Oman, dalam sebuah diskusi tentang makna Jihad kepada teman Hamidin Aji Amin sebagai salah seorang yang paham terkait sejarah Islam. Secara umum dia menjelaskan bahwa jihad berasal dari kata dalam bahasa Arab "judhun" yang berarti kekuatan dan "jahada" yang berarti usaha. Jihad adalah usaha untuk mencapai jalan kebenaran sesuai keyakinan dengan seluruh kemampuan dan kekuatan diri sendiri.
Dengan pengertian itu, teman Hamidin Aji Amin ini mengingatkan bahwa sejatinya dalam Al Quran pengertian jihad hanya terbatas pada jihad melawan musuh yang nyata, jihad melawan setan, dan jihad melawan hawa nafsu. Tema jihad dan yang seakar dengannya hanya disebutkan sebanyak 41 kali yang dijelaskan di berbagai surah dalam Al Quran. Dalam penjelasannya ada yang tertera dalam bentuk fi'il (kata kerja) dan ada pula yang tertera dalam bentuk ism (kata benda). Dan tidak ada satu pun kalimat yang membenarkan seseorang membunuh untuk meyakinkan dan memaksa orang lain untuk ikut dalam ideologinya. "Katanya membunuh umat manusia ciptaan Tuhan yang lemah dan lengah tanpa perlawanan, apalagi bunuh diri menggunakan bom". Kalau kita mencoba memahami jihad secara sempit, konteksnya adalah "perang" dan membunuh orang secara serampangan.
Dari persidangan ke persidangan yang mendudukkan Oman sebagai terdakwa, ada beberapa keterangan yang dapat disimpulkan bahwa ia adalah orang yang sangat radikal. Bahkan ia merupakan sosok radikalis sejati. Ada beberapa hal yang lepas dari pengamatan publik:
- Oman adalah orang yang beraliran atau berpaham Tauhid wal Jihad yakni ideologi jihad yang muncul di Irak pada tahun 2001
- Oman adalah seorang salafi menjadi takfiri jihadi dilihat dari keinginan kuat dan kemampuannya yang telah menerjemahkan lebih dari 50 kitab karangan Abu Muhammad al-Maqdisi[9], tokoh radikalis yang berasal dari Yordania.
- untuk mencapai cita-cita ideologisnya, Oman turut serta dalam pembentukan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang pemimpinnya adalah Amir Jamaah Islamiyah (JI), Abu Bakar Ba’asyir.
Jika dilihat dari segi tampilan dan gayanya, Oman adalah penganut aliran salafi yang menganut ajaran Al-Sunnah wal Jamaah yang berpegang pada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya sesuai dengan pemahaman As-Salaf Ash Shalih, yakni pemahaman yang dipegang oleh Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya (tabi'in). Kemudian beberapa teman Oman membentuk kelompok kajian tauhid yang terdiri dari para sahabatnya, seperti Ferdiansyah alias Abu Haya, Syarif Hidayat, Andri Susanto alias Khalid yang rumahnya terbakar, Agus Susanto alias Mus'ab, Teguh alias Yakub, Edi alias Saad, Kamaludin, Hadi alias Ubaidah, Teguh alias Usamah, Ahmad Melani Kodrat, Ridwan, Ayub alias Daeng, serta Amar alias Wedi.
Seseorang bernama Harun yang pernah bertemu Aman menjelang akhir Ramadhan di Masjid Al Hikmah Tanjung Barat turut bergabung ke dalam kelompok kajian tauhid tersebut. Dari komunikasi dengan Harun-lah timbul inisiatif untuk menjadikan beliau sebagai pembimbing kegiatan Amaliyah. Harun sebagai pelatih atau pembimbing kegiatan Amaliyah. Harun menyanggupi menyusun materi i’dad (persiapan) amaliyah yang berisi berbagai kegiatan, seperti latihan fisik, persenjataan, penyamaran, dan peledakan. Khusus sang manajer (Oman), dia mengajarkan Ilmu Fiqih dan Ilmu Tauhid. Kelompok ini adalah murid setia yang tertutup serta eksklusif yang sangat rajin mengikuti pengajian Oman.
Setelah latihan di lapangan UI Depok, timbul ide untuk belajar membuat bom sebagai bagian penting dari i’dad. Kemudian untuk keperluan tersebut, Harun dan Oman mempersiapkan pelajaran teori membuat bom. Untuk permulaan, kepada kelompok eksklusif ini mereka memberikan teori-teori tentang bom secara umum saja. Setelah secara teori dianggap cukup matang, mereka membeli material bom. Lalu, bagaimana cara mendapat uangnya?
Tentu karena Oman tidak cukup uang, mereka mengumpulkan dana cara patungan. Bagi yang tidak mampu menyumbang cukup menonton dan boleh ikut praktik, dan yang paling penting adalah memberikan dukungan mental dengan tidak membocorkan kegiatan. Bagi Oman, kelompok ini adalah kelompok tertutup dengan pergerakan tertutup (tanzim ziri). Pada setiap kesempatan, Oman selalu menjelaskan bahwa syarat yang disampaikan oleh Harun harus benar-benar dipatuhi untuk bisa mengikuti pelatihan menuju Amaliyah dan perang bagi jihadis sempurna, yakni :
- Memiliki pemahaman tauhid yang baik,
- Bisa menjaga rahasia agar tidak bocor kepada jama'ah atau orang lain
- mempertimbangkan maslahat dan mudarat atau pertimbangan baik dan buruk.
Dijelaskan oleh Oman dalam persidangan bahwa pelatihan teori kepada kelompok diberikan di rumah Syarif Hidayat. Jenis materi dan teori yang diberikan adalah
- Latihan militer fisik, bongkar pasang senjata, peledakan atau cara peledakan, dan penyamaran
- Latihan gerakan militer seperti loncat harimau, jalan monyet, jalan kucing, dan koprol
- Cara-cara perlindungan diri dari pantauan dan penglihatan
- Pelajaran khusus membuat bom rakitan yang terbuat dari bahan sulfur dan lain-lain.
Hal menarik dari kepentingan tanzim ziri adalah dalam proses pembelajaran tidak boleh ada catatan. Kalaupun ada catatan, setelah itu harus dihancurkan. Kecuali dua orang yang ditunjuk untuk kepentingan evaluasi saja. Adapun rencana dan praktik yang akan dibuat adalah perakitan Bom Api dan Bom Ledak. Harun ditunjuk sebagai instruktur khusus i’dad ini. Untuk persiapan membuat bom, Harun menginstruksikan untuk mencari potasium, arang batok, belerang dan sedotan lilin. Kemudian dengan sangat hati-hati dan terstruktur, mulailah mereka mempraktikkan teori yang telah mereka pelajari bersama.
Saat mencoba membuat bom api itulah bom tiba-tiba meledak dan menyambar sebagian rumah. Karena memang sudah diincar dan diikuti lama oleh aparat, akhirnya Oman ditangkap. Itu terjadi pada tanggal 21 Maret 2004 saat mereka sedang panik memadamkan kobaran api akibat kebakaran yang disebabkan oleh bom api di rumah kontrakan mereka. Rumah tersebut adalah milik mertua sahabatnya, Andri Susanto alias Khalid, yang bernama Ibu Sugeng di Jl. Bakti Abri Gang Adul Kampung Sindang Karsa RT 03/08, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cimanggis, Depok.
Kebakaran hebat itu diakibatkan oleh bom yang meledak secara prematur. Banyak awak media kala itu yang menyebutnya sebagai “bom prematur”, bahkan koran asing pun menyebutnya sebagai premature homemade bomb. Dalam rangkaian penangkapan itu, Oman tidak sendirian. Dia ditangkap bersama beberapa sahabatnya dalam kelompok tanzim ziri mereka, seperti Ferdiansyah alias Abu Haya, Syarif Hidayat, Andri Susanto alias Khalid yang rumahnya terbakar, Agus Susanto alias Mus’ab, dan Teguh alias Yakub.
Begitulah bagaimana beliau memiliki konsep Amaliyah sebagai konsep yang bersifat ketidaksempurnaan dan gagal dikarenakan pemahaman Aman Abdurrahman bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya
Ideologi
[sunting | sunting sumber]Sejak tahun 2008, Aman telah berkeliling ke sejumlah kota di Indonesia untuk berdakwah. Dalam kesempatan tersebut, ia berulang kali menyatakan bahwa demokrasi yang dianut Indonesia "sama saja dengan menyembah berhala", dan menurutnya dapat membatalkan keislaman seseorang.[4] Oleh rekan dan koleganya, Aman dinilai sebagai ideolog yang andal dengan latar belakang agama yang kuat—ia membaca 3 juz Alquran setiap harinya dan mengetahui sedikitnya 110 hadis.[10] Ia dianggap memiliki pengaruh untuk mengarahkan sesuatu di balik jeruji besi, yang kemudian akan dijalankan oleh "murid-muridnya" yang berada di luar tahanan.[10]
Di dalam bui, ia kembali melanjutkan penerjemahan tulisan, dan membuatnya dijadikan sebagai tokoh rujukan ideologi—bukan hanya oleh Tauhid wal Jihad—bagi para tokoh dan kelompok ekstremis lainnya.[1] Berkembangnya ISIS di Timur Tengah disebut turut membuat pemikirannya menjadi "liar". Aman diketahui akan memberhentikan "bantuan" kepada rekan dan sahabatnya di penjara apabila mereka menolak untuk sejalan dengan ideologinya—umumnya berkaitan dengan ISIS.[10] Aman juga memimpin proses bai'at sejumlah pengikutnya di lapas Nusakambangan.[4] Eks-militan Kurnia Widodo, menyebut bahwa Aman lebih andal daripada Abu Bakar Ba'asyir dalam "memengaruhi" ideologi seseorang.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f Sohuturon 2017.
- ^ Sohuturon 2017; BBC 2018.
- ^ a b Putri 2018.
- ^ a b c d BBC 2018.
- ^ a b Komara 2018.
- ^ Pebrianto 2018; Sugiharto 2018.
- ^ Aji 2018.
- ^ Amin, Hamidin Aji (2020). Wajah baru terorisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-602-06-3888-1.
- ^ Fida, Abu (24 Juli 2024). "Perjalanan Pemikiran Abu Muhammad Al-Maqdisi: Dari Radikalisme Menuju Moderasi". Nursyam Centre. Diakses tanggal 22 Februari 2025.
- ^ a b c Wiwoho 2017.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Situs web
- Aji, M Rosseno (19 Mei 2018). Widiastuti, Rina, ed. "Komnas HAM Sebut Hukuman Mati Aman Abdurrahman Justru Merugikan". Tempo.co. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- BBC (15 Februari 2018). "Didakwa Sebagai Otak Lima Aksi Teror, Aman Abdurrahman Menolak Didampingi Pengacara". BBC Indonesia. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Komara, Indra (18 Mei 2018). "Aman Abdurrahman, Terdakwa Bom Thamrin yang Terkait ISIS". detikcom. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Pebrianto, Fajar (18 Mei 2018). Suseno, ed. "Aman Abdurrahman Dituntut Mati, Ini 6 Hal yang Memberatkan". Tempo.co. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Putri, Zunita Amalia (18 Mei 2018). "Terbentuknya JAD dari Aman Abdurrahman di Nusakambangan". detikcom. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Sohuturon, Martahan (23 Agustus 2017). "Aman Abdurrahman: Pengagum ISIS dan Perebut Massa Baasyir". CNN Indonesia. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Sugiharto, Jobpie, ed. (19 Mei 2018). "Dituntut Hukuman Mati, Aman Abdurrahman Berani Mati Syahid?". Tempo.co. Diakses tanggal 19 Mei 2018.
- Wiwoho, Bimo (30 Agustus 2017). "Kisah Aman Abdurrahman Jatuh Hati pada ISIS". CNN Indonesia. Diakses tanggal 19 Mei 2018.