Tujuh Perkataan Salib

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Crucifixion, seen from the Cross by James Tissot, c. 1890

Tujuh Perkataan Salib adalah tujuh ucapan yang diucapkan oleh Yesus ketika Yesus disalib, sebagaimana tertulis dalam keempat Injil yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.[1][2]

Ketujuh perkataan tersebut adalah:[3]

  1. Lukas 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
  2. Lukas 23:43 “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
  3. Yohanes 19:26-27 “Ibu, inilah anakmu!” – “Inilah ibumu!”
  4. Matius 27:46 & Markus 15:34 “Eli, Eli, lama sabaktani. Artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
  5. Yohanes 19:28 “Aku haus!”
  6. Yohanes 19:30 “Sudah selesai.”
  7. Lukas 23:46 “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Biasanya, ketujuh perkataan ini dikategorikan sebagai: Perkataan 1, 4, & 7 (pertama, tengah dan terakhir), Yesus berbicara kepada Bapa. Perkataan 2, Yesus berbicara kepada penjahat. Perkataan 3, Yesus berbicara kepada Maria, sedangkan Perkataan 5 dan 6 tidak secara spesifik ditujukan pada siapa pun.[4]

Tidak ada Injil yang mencatat keseluruhan perkataan tersebut. Urutan di atas berasal dari harmonisasi keempat Injil. Di dalam Injil Matius dan Markus, Yesus mengucapkan perkataan dalam bahasa Aram (alih-alih Ibrani). Dalam Injil Lukas, dapat ditemukan dua ucapan pertama dan keenam Yesus, sementara ucapan ketiga, kelima, dan ketujuh hanya ditemukan dalam Injil Yohanes.

Alkitab menuliskan bahwa Yesus dipaku di atas kayu salib sekitar enam jam, dan bahkan lebih dari itu, dan ketujuh perkataan inilah yang dicatat oleh murid-murid Yesus. Masing-masing dari ucapan tersebut memiliki makna istimewa.[5] Sejak abad ke-16 ketujuh perkataan ini telah banyak dipakai untuk khotbah Jumat Agung, dan banyak buku yang telah ditulis untuk menganalisis ketujuh perkataan tersebut.[6][7][8]

Ketujuh Perkataan Salib merupakan contoh pendekatan tekstual dalam merekonstruksi harmoni Injil, yang berusaha menggabungkan materi-materi yang berbeda dari keempat Injil, untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih dari masing-masing Injil tersebut.[9]

Ini merupakan suatu Ucapan atau Perkataan yang sangat Istimewa bagi kalangan umat Kristiani. Sebab Perkataan ini mengandung banyak sekali pengajaran yaitu, Mengajarkan kita untuk mengampuni seseorang yang bersalah kepada kita, Mengasihi seseorang, Menghormati orang tua, dan lain-lain. Intinya, Tuhan Yesus ingin kita tahu arti sebenernya Kasih itu lewat pengorbanannya di Kayu Salib untuk menebus dosa umat manusia.

1. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat[sunting | sunting sumber]

Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Lukas 23:34

Ucapan ini biasa diartikan sebagai doa Yesus memohonkan pengampunan bagi mereka yang menyalibkan Dia: para prajurit Romawi, dan semua yang terlibat dalam peristiwa penyaliban tersebut.[10][11][12][13]

Pdt. Stephen Tong menuliskan, "Inilah cinta di atas segala cinta, keajaiban di atas segala keajaiban. Inilah keagungan dan kehormatan, kesucian dan kemurnian di atas segala kebajikan yang pernah dinyatakan di dalam dunia ini."[8]

2. Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus[sunting | sunting sumber]

Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.Lukas 23:42–43

Menurut Injil Matius dan Lukas, Yesus disalib di antara dua penjahat lain yang juga disalib. Matius (27:38,44) mencatat bahwa penjahat-penjahat tersebut juga mengejek Yesus bersama-sama dengan orang-orang yang menonton peristiwa penyaliban tersebut. Namun Lukas mencatat bahwa salah satu dari mereka kemudian berkata kepada yang lain bahwa Yesus tidak bersalah apa pun. Yesus menjawab "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu (ἀμήν λέγω σοί, amēn legō soi), yang diikuti dengan kemunculan satu-satunya kata "Firdaus" di dalam Injil (παραδείσω, paradeisō, dari Persia pairidaeza "taman firdaus"). Bahkan, ketika Yesus di atas kayu salib pun, Ia masih mempedulikan orang-orang yang terhilang.[5]

Pdt. Stephen Tong menuliskan bahwa perubahan dalam diri salah seorang penjahat tersebut karena mendengar ucapan Yesus yang pertama, yang mengampuni orang-orang yang menyalibkan Yesus. "Sang perampok sudah menjalani suatu pengadilan yang adil yang datang dari Allah sendiri. ... Dia mengakui keadilan Allah dan tidak mengakui keadilan Pilatus. ... Dia tahu bahwa dirinya ... tidak memiliki pengharapan lagi, dan ... dia mendengar suara Yesus yang mengatakan, 'Ya Bapa, ampunilah mereka...', bukankah ini satu hal yang menyadarkannya?"[14]

Perbedaan penafsiran tanda baca telah menjadi sumber perbedaan doktrin di antara kaum Kristen, karena di naskah aslinya tidak terdapat tanda baca. Kaum Protestan biasanya menggunakan versi "hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus." Ini mengasumsikan bahwa pada hari itu juga penjahat itu akan pergi ke Surga, tanpa melalui purgatori (api penyucian).[15] Di pihak lain, kaum Katolik biasanya menggunakan versi "Aku berkata kepadamu hari ini, kamu akan..." yang hanya menunjukkan bahwa pernyataan tersebut dibuat pada hari itu, tetapi belum tentu penjahat tersebut akan berada di Surga pada hari itu juga.[16]

3. Ibu, inilah anakmu! – Inilah ibumu![sunting | sunting sumber]

Crucifixion depicted as Stabat Mater with the Virgin Mary, Porto Alegre, Brasil, 19th century.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Yohanes 19:26–27

Di sini, Yesus menyerahkan Maria, ibu Yesus, untuk dirawat oleh murid yang Yesus kasihi (penafsir biasa menafsirkan murid tersebut adalah Rasul Yohanes, yang menuliskan Injil Yohanes).[1] Sejauh yang dicatat di dalam Alkitab, hanya murid itulah yang berada di lokasi penyaliban Yesus (namun di sana selain Maria ada beberapa perempuan-perempuan yang mengikuti sepanjang jalan salib). Perkataan tersebut menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus dan kasih sayang kepada sang ibu.[5]

4. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?[sunting | sunting sumber]

Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?Matius 27:45–46
Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Markus 15:33–34

Perkataan keempat ini adalah satu-satunya yang dicatat di dua Injil, dan satu-satunya yang dicatat di dalam kisah penyaliban Yesus di Injil Matius dan Markus. Ini merupakan kutipan dari Mazmur 22:1 dari Raja Daud. Beberapa penafsir mempercayai bahwa bukan Kristus yang mengutip Daud, tetapi Daud yang digerakkan Roh Kudus untuk menuliskan nubuatan mengenai penderitaan dan sengsara yang akan dialami oleh Yesus tersebut

Kegelapan yang terjadi pada tengah hari tersebut bukanlah kegelapan biasa, bukan karena awan tebal, dan juga bukan karena gerhana matahari, karena gerhana tidak pernah berlangsung selama 3 jam, dan Paskah Yahudi dirayakan pada bulan purnama (gerhana tidak pernah terjadi pada waktu purnama). Selama sekitar tiga jam Yesus tidak mengucapkan kalimat yang lain; pada saat-saat kegelapan supranatural itulah Yesus mengucapkan kalimat keempatnya. Ini adalah kalimat yang paling sulit mengerti di antara yang lain. Martin Luther pernah memikirkan ayat ini selama berjam-jam dan akhirnya ia berdiri sambil memukul dadanya dan berkata, "Siapakah yang dapat mengerti bahwa Allah meninggalkan Allah?".[8]

Pdt. Stephen Tong dalam 7 Perkataan Salib: "Pada saat kelahiran-Nya, ada terang yang besar (bintang Betlehem) di tengah kegelapan (pada malam hari), tetapi pada saat mati-Nya, ada kegelapan yang besar di tengah matahari yang bersinar terang (pada tengah hari) ... Kelahiran Kristus ajaib, kematian Kristus ajaib. Siapakah Yesus? Waktu lahir-Nya, Kristus membawa terang kepada dunia yang gelap, tetapi waktu mati-Nya, Kristus kegelapan dosa dunia menimpa sang terang dunia, tetapi Yesus Kristus rela menerimanya." Ia mengakui bahwa manusia tidak akan mengerti seratus persen kalimat keempat ini, kecuali orang itu mempunyai pengalaman berada di neraka, tetapi ia melanjutkan bahwa orang yang masuk neraka tidak akan mengerti kalimat ini, karena orang yang masuk neraka adalah orang berdosa, sedangkan Yesus tidak berdosa.[8]

5. Aku haus![sunting | sunting sumber]

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci – : “Aku haus!Yohanes 19:28

Yesus mengalami dehidrasi karena kehilangan banyak darah dan cairan tubuh. Ia belum makan atau minum sejak Perjamuan Terakhir pada malam sebelumnya, dan dalam kondisi yang sangat haus. Penulis Injil menuliskan bahwa ada orang yang menawari Yesus anggur asam. Yesus menolak minuman anggur bercampur empedu dan mur (Matius 27:34 dan Markus 15:23) yang ditawarkan untuk meringankan penderitaan-Nya. Tapi di sini, beberapa jam kemudian, kita melihat Yesus memenuhi nubuatan Mesianik dalam Mazmur 69:21. (bandingkan Mazmur 22:15).[17]

6. Sudah selesai[sunting | sunting sumber]

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Yohanes 19:30

Pastor Hamilton dalam 24 Hours menuliskan, "Perkataan terakhir ini adalah sebuah seruan kemenangan, bukan seruan keputusasaan. Yesus telah menyelesaikan tugas di dunia ini. Rencana Allah sudah digenapi; penyelamatan manusia telah dilakukan; kasih Allah telah dinyatakan. Ia telah menggantikan kita. Ia telah menunjukkan kerusakan manusia dan juga kasih Allah. Ia menyerahkan diri sendiri kepada Allah sebagai kurban penebus umat manusia. Setelah mengatakan kalimat terakhir ini, maka usai sudah. Dengan kata-kata ini, tokoh teragung yang pernah berjalan di muka bumi ini, Allah dalam rupa manusia, menghembuskan nafas terakhirnya."[1]:p.112

7. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku[sunting | sunting sumber]

Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Lukas 23:46

Pdt. Stephen Tong dalam bukunya menerangkan, "Istilah bahasa Yunani untuk kata "serahkan" adalah istilah yang dipakai khusus pada waktu seseorang menyerahkan uangnya kepada pemegang uang yang paling bisa diperacaya. Yesus Kristus tahu bahwa jiwa-Nya ada di dalam tangan Allah yang baik. Dia menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa.[18]Perbedaan Ini menjadi satu pengharapan bagi setiap orang. Yohanes Calvin berkata bahwa pada waktu Kristus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa, sebenarnya pada waktu itu juga Kristus mengumpulkan roh kita masing-masing yang percaya kepada-Nya beserta dengan Dia untuk diserahkan kepada Bapa."

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Geoffrey W. Bromiley, International Standard Bible Encyclopedia, Eerdmans Press 1995, ISBN 0-8028-3784-0 p. 426
  2. ^ Joseph F. Kelly, An Introduction to the New Testament for Catholics Liturgical Press, 2006 ISBN 978-0-8146-5216-9 p. 153
  3. ^ Jan Majernik, The Synoptics, Emmaus Road Press: 2005 ISBN 1-931018-31-6, p. 190
  4. ^ 7 Perkataan Salib
  5. ^ a b c Hamilton, Adam. 24 Hours That Changed the World. Abingdon Press, 2009. ISBN 978-0-687-46555-2
  6. ^ Jesus of Nazareth by W. Mccrocklin 2006 ISBN 1-59781-863-1 p. 134
  7. ^ The Seven Last Words From The Cross by Fleming Rutledge 2004 ISBN 0-8028-2786-1 p. 8–10
  8. ^ a b c d http://www.scribd.com/doc/27459247/7-PERKATAAN-SALIB-Stephen-Tong 7 Perkataan Salib], Stephen Tong, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2001
  9. ^ Ehrman, Bart D.. Jesus, Interrupted, HarperCollins, 2009. ISBN 0-06-117393-2
  10. ^ Vernon K. Robbins in Literary studies in Luke-Acts by Richard P. Thompson (editor) 1998 ISBN 0-86554-563-4 pp. 200–201
  11. ^ Mercer dictionary of the Bible by Watson E. Mills, Roger Aubrey Bullard 1998 ISBN 0-86554-373-9 p. 648
  12. ^ Reading Luke-Acts: dynamics of Biblical narrative by William S. Kurz 1993 ISBN 0-664-25441-1 p. 201
  13. ^ Luke's presentation of Jesus: a Christology by de:Robert F. O'Toole 2004 ISBN 88-7653-625-6 p. 215
  14. ^ Tong, Stephen (2015). 7 Perkataan Salib. Surabaya: Momentum. hlm. 36 – 41. ISBN 602-1603-31-1. 
  15. ^ Pdt. Tong menuliskan, "Perkataan ini melawan doktrin tentang api penyucian. Apakah perampok yang bertobat ini perlu masuk ke dalam api penyucian? Tidak. Berarti doktrin tentang api penyucian tidak pernah ada di dalam Alkitab. Jika doktrin api penyucian itu [benar], maka orang sepertii perampok yang banyak dosanya ini perlu masuk ke dalam api penyucian beratus-ratus kali. Tetapi Tuhan yesus menjamin bahwa perampok itu akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Doktrin api penyucian tidak akan bisa berdiri di hadapan Tuhan Yesus yang mengatakan jaminan itu." (Tong, 2001, pp 37-38)
  16. ^ The Blackwell Companion to Catholicism by James Buckley, Frederick Christian Bauerschmidt and Trent Pomplun, 2010 ISBN 1-4443-3732-7 p. 48
  17. ^ 7 Perkataan Salib
  18. ^ Tong, Stephen (2015). 7 Perkataan Salib. Surabaya: Momentum. hlm. 150–151. ISBN 602-1603-31-1. 

Pustaka[sunting | sunting sumber]

  • The Reader's Encyclopedia, Second Edition 1965, publisher Thomas Y. Crowell Co., New York, editions 1948, 1955. Library of Congress Catalog Card No. 65-12510, pp. 917–918

Pranala luar[sunting | sunting sumber]