Shimazu Yoshihiro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 18.45 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 12 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1156288)
Berkas:Shimazu.jpg
Lambang klan Shimazu

Shimazu Yoshihiro (島津義弘, 1535-1619) adalah daimyo pada masa perang sipil Jepang/ Periode Sengoku. Anak kedua dari Shimazu Takahisa dan adik dari Shimazu Yoshihisa, kepala klan Shimazu. Sejak muda telah memperlihatkan kehebatannya sebagai prajurit dan mengikuti kakaknya dalam berbagai pertempuran.

Dalam pertempuran Kizakihara tahun 1572, pasukannya yang hanya berkekuatan 300 orang mengalahkan Ito Yoshisuke yang mempunyai 3000 orang, sehingga pertempuran itu kadang disebut Okehazama di Kyushu. Dia juga terlibat dalam pertempuran lain seperti pertempuran Takabaru (1576), Mimigawa (1576), Minamata (1581), dan Hetsugigawa (1587). Kontribusinya sangat besar dalam unifikasi Kyushu. Tahun 1587, Toyotomi Hideyoshi mengirimkan pasukannya untuk menaklukkan Kyushu. Yoshihiro bersikeras melanjutkan perang walaupun kakaknya yang kepala klan, Yoshihisa sudah menyatakan menyerah. Baru setelah Yoshihisa berkali-kali membujuknya dia tunduk pada keputusan itu. Setelah kekalahan ini, Yoshihisa pensiun dan menjadi biksu dengan nama Ryuhaku. Kekuasaan pun berpindah ke tangan Yoshihiro, namun konon kabarnya Yoshihisa tetap memegang kekuasaan di belakang layar.

Di bawah Hideyoshi, Yoshihiro terlibat dalam invasi ke Korea. Tahun 1592 dan 1597 dalam perang selama tujuh tahun itu, dia menginjakkan kaki di semenanjung itu dan dengan gemilang memenangkan sejumlah pertempuran. Tahun 1597, bersama Todo Takatora, Yoshihiro mengalahkan angkatan laut Korea dibawah pimpinan jendral Won Kyun dan membunuhnya itu dalam pertempuran. Kekemenangan ini sekaligus membalaskan kekalahan dalam pertempuran sebelumnya dimana mereka dikalahkan angkatan laut Korea dibawah Yi Sun-sin. Tanpa Yi Sunsin yang saat itu sedang diasingkan karena fitnah lawan-lawan politiknya, angkatan perang Korea dengan mudah dikalahkan. Pertempuran selanjutnya tahun 1598, Yoshihiro menghadapi pasukan Ming yang membantu Korea dengan kekuatan 37.000 orang. Namun hanya dengan 7000 orang, Yoshihiro mengalahkan mereka dan menjatuhkan banyak korban jiwa pada pasukan musuh. Keadaan berbalik pada babak final dari perang itu, pertempuran Noryang. Armada yang berkekuatan 500 kapal perang yang dipimpinnya kalah telak oleh aliansi Joseon Korea dan Ming Tiongkok yang dipimpin Yi Sunsin yang telah kembali. Pertempuran itu berakhir dengan kerugian 300 kapal perangnya karam, ini adalah salah satu kekalahannya yang terbesar. Keterlibatannya dalam invasi Korea ini diprotes sejumlah bawahannya, termasuk adiknya Toshihisa ketika hendak berangkat. Ujungnya Toshihisa bunuh diri.

Dalam pertempuran Sekigahara tahun 1600 dia berpihak pada Ishida Mitsunari, wali klan Toyotomi. Namun dia tidak cocok dengan Mitsunari yang tidak pernah mendengarkan sarannya, termasuk saran untuk mengadakan serangan malam dadakan sebelum dimulai pertempuran sesungguhnya. Pada hari berlangsungnya pertempuran, Yoshihiro dan 1500 prajuritnya hanya bertugas menjaga tanpa ikut bertempur sama sekali. Setelah pasukan Mitsunari tersapu bersih dia terkepung di antara sekitar 30.000 tentara Tokugawa. Melihat pasukannya hampir binasa seluruhnya karena kalah jumlah, Yoshihiro hendak menyerbu ke posisi Tokugawa sendirian, namun setelah keponakannya, Toyohisa menasehati agar dia tidak mengorbankan nyawa sia-sia, diapun membuka jalan mundur sambil terus menyerang. Toyohisa dan sejumlah besar orang-orangnya gugur menahan musuh, namun upaya mundur sambil bertahan ini berhasil, Yoshihiro lolos dan salah satu jendral Tokugawa, Ii Naomasa terluka parah yang mengakibatkan kematiannya tak lama kemudian. Setelah lolos, dia menjemput istrinya di Sumiyoshi, Provinsi Settsu lalu kembali ke Provinsi Satsuma dengan kapal laut.

Setelah melihat perjuangan Yoshihiro yang begitu gigih, Tokugawa membiarkan klan Shimazu tetap menguasai daerahnya. Dia menunjuk anaknya, Tadatsune sebagai kepala klan berikutnya lalu pensiun dan menghabiskan masa tuanya di Sakurajima dengan mengajar generasi muda. Tahun 1619, dia meninggal dan beberapa bawahannya yang pernah berjuang bersamanya bunuh diri mengikutinya.

Yoshihiro memegang peranan penting bagi klan Shimazu. Dalam hal ini, Toyotomi dan Tokugawa bermaksud mengadudomba klan ini dengan memperlakukan Yoshihiro dengan baik sementara memperlakukan Yoshihisa dengan buruk, namun rencana ini tidak pernah berhasil. Yoshihiro adalah seorang penganut Budha yang taat, dia juga membangun monumen untuk penghormatan bagi musuh yang gugur dalam invasi Korea.

Shimazu Yoshihiro dalam budaya populer

Pranala luar