Islam di Aceh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 14.16 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q4202147)

Banyak ahli sejarah baik dalam maupun luar negeri yang berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia pertama tersyiar yaitu di Aceh.

Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.

Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah. Perlu uga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Berita-berita Cina ada juga yang menyebutkan bahwa raja dan seluruh rakyat negeri Aru yang di kemudian hari termasuk bagian dari Aceh adalah penganut-penganut agama Islam. I emikian pula Malaka yang pada awal abad XV terus menjadi ramai, akhirnya menjadi kerajaan Islam pula, bahkan setelah itu menjadi pusat syi'ar Islam ke seluruh Asia Tenggara dan melalui Malaka pula agama Islam kemudian masuk dan berkembang ke seluruh Indonesia sehingga pada awal abad ke-15 hampir di setiap tempat di kepulauan Indonesia sudah terbentuk masyarakat-masyarakat Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.

Pendahuluan

Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia sangatkompleks. Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalIslam yang masuk ke Indonesia, siapa yang membawa, apa latar belakangnya danbagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran Islam maupun pemeluknya.

1. Kompleksitasini menjadi lebih rumit, ketika dihadapkan pada realitas Islam yang masuk dan diterimaoleh bangsa Indonesia. Padahal Indonesia merupakan identitas negara kesatuan yang terdiridari berbagai daerah yang tentunya masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri.Di Aceh, misalnya, menurut sebagian pendapat, Islam telah masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8 M), seperti dikemukakan oleh Hamka, namun ia menjadisebuah agama populis pada abad kesembilan seperti pendapat Ali Hasjmy

2.atau menjadisebuah kekuasaan pada abad ke-13 M seperti pendapat para orientalis, Snouck Hourgronje,misalnya.

3.Akan tetapi sebelum penetrasi Islam ke wilayah ini, agama Hindu atau lainnyatelah eksis, bahkan situs peninggalannya masih dapat kita temui. Gavin W. Jonesmenyatakan bahwa menjelang abad kedelapan Masehi, Hinduisme dan Budhisme telah adadi pulau Sumatera dan Jawa. Bahkan pernah ada kerajaan besar di Sumatera, yaitu Kerajaan

Aceh Pra Islam

Sejauh ini literatur yang berbicara tentang Aceh, pada umumnya memuat informasitentang Islam, terutama menekankan pada setting sosial dan islamisasinya. Lalu bagaimanakondisi sosio-kultur masyarakat Aceh sebelum Islam? Agama apa yang dianut olehmasyarakat Aceh pra Islam? Berbagai kesulitan membentang untuk menjawab pertanyaanini.

Di antaranya disebabkan oleh langkanya referensi yang dapat ditemukan. Oleh karenaitu, wajar bila Zainuddin sebagaimana dinyatakan dalam Aceh Serambi Mekkah, bahwa sebagian besar catatan sejarah tentang Aceh sebelum tahun 400 M tidak diketahui secara jelas. Bahkan, catatan J. Kreemer sebagaimana dikutip oleh Aboebakar Atjeh menyebutkan bahwa sebelum tahun 1500 sejarah Aceh masih belum diketahui orang.

Snouck Hurgronye menunjukkan sedikit gambaran yang mengindikasikan adanyapengaruh Hindu di Aceh, dengan memperhatikan cara berpakaian para wanita Aceh yangdikatakannya bersanggul miring mirip dengan cara para wanita Hindu. Menurutnya pula,langsung atau tidak langsung, Hinduisme pada suatu waktu mengalir ke dalam peradabandan bahasa Aceh walaupun hal ini sangat sulit diteliti dalam riwayat dan adat. Julius Jacobseorang ahli kesehatan yang pernah bertugas di Aceh tahun 1878 menyatakan bahwapengaruh Hindu atas penduduk setidak-tidaknya dapat ditemukan dengan kenyataantentang pemakaian nama-nama tempat dalam bahasa Hindu istilahnya terdapat dalambahasa Aceh.

Dalam ranah kesusastraan, sastra Aceh juga memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat Sri Rama dalam bahasa Melayu, dikenal sebagai saduran dari Kakawin Ramayana karya Walmiki. Baik versi Aceh maupun Melayu dari Hikayat Sri Rama maupun Rahwana telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja Rahwana yang dimaksud di dalamnya adalah Raja yang pernah bertahta di Indrapuri (Aceh Besar). Nama-nama gampong tua dari bahasa Sangsekerta seperti Indrapuri atau Indraparwa juga telah dikaitkan oleh sementara penduduk sebagai suatu nama kota-kota kerajaan Hindu yang pernah tumbuh di Aceh, meski demikian hal itu samasekali tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa telah berdiri kerajaanHindu di Aceh, karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian yang dapat dipercaya mengenai hal ini.

pada masa itu, budaya yang hidup dalam masyarakat Aceh diserap dari nilai-nilai agama Hindu. Menurut Van Langen, pada dasarnya orang Aceh berasal dari bangsa Hindu.Migrasi Hindu bertapak di Pantai Utara Aceh dan dari sini menuju ke pedalaman. DariGigieng dan Pidie, mungkin juga dari daerah Pase, migrasi Hindu menuju ke daerah 22Mukim di Aceh Besar. Meskipun pendapat ini dibantah oleh C. Snouck Hurgronje. Akan tetapi, jika diperhatikan dari intensitas pergaulan, terutama dalam bidang perdaganganantara Aceh dan India pada masa itu, maka dapat dikatakan bahwa agama Hindumerupakan anutan sebagian masyarakat Aceh sebelum kedatangan Islam. Selain Hindu,diperkirakan agama Budha juga menjadi anutan bagi sebagian masyarakat Aceh yang lain,yang diduga dibawa oleh orang-orang Cina. Dengan demikian terdapat kecenderunganbahwa budaya yang berkembang dalam masyarakat Aceh pra Islam bersumber dari ajaran

Catatan

1 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara XVI: dan XVIII, Mizan,Bandung, 1994, h. 24.

2 Ali Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Al-Ma’arif, Bandung, 1981, h. 358.

3 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Grafiti Pres, Jakarta. 2005. h. 8-9

4 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi Mekkah, Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Banda Aceh 2008, h. 2. Lihat juga H. M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Pustaka Iskandar Muda, 1961,Medan, h. 40.

5 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi ..., h. 4. Lihat juga Tuanku Abdul Jalil, “Kerajaan Islam Perlak Poros Aceh-Demak-Ternate” dalam A. Hasjmy (peny), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Al-Ma’rif, Bandung, 1993.

6 Aboebakar Atjeh, “Tentang Nama Aceh” dalam Ismail Suny (Ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, BharataKarya Aksara, Jakarta, 1980, h. 20.

7 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi..., h. 4. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No. 1, 2010: 91 - 118

Referensi