Lompat ke isi

Selada (tumbuhan): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Spuspita (bicara | kontrib)
→‎Penanaman: Menambah konten
Spuspita (bicara | kontrib)
Baris 17: Baris 17:
[[Berkas:Kropsla_vruchten_(Lactuca_sativa_fruits).jpg|jmpl|Bunga selada matang yang ada dalam buahnya]]
[[Berkas:Kropsla_vruchten_(Lactuca_sativa_fruits).jpg|jmpl|Bunga selada matang yang ada dalam buahnya]]
Selada berasal dari [[Mediterania]] dan [[Siberia]], namun telah dibawa ke hampir setiap bagian dunia. Tanaman biasanya tumbuh hingga ketinggian 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci) dan memiliki penyebaran 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci). Daunnya berwarna cerah, sebagian besar dalam rentang hijau dan merah, dengan beberapa variasi beraneka ragam. Beberapa jenis memiliki daun kuning, keemasan, atau biru kehijauan.<ref>{{Cite web|title=Product Specification: Lettuce|url=https://www.ldexportaciones.com/UserFiles/Product%20Specification%20lettuce.pdf|website=LD Exportaciones S.A.C|access-date=2022-01-13}}</ref>
Selada berasal dari [[Mediterania]] dan [[Siberia]], namun telah dibawa ke hampir setiap bagian dunia. Tanaman biasanya tumbuh hingga ketinggian 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci) dan memiliki penyebaran 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci). Daunnya berwarna cerah, sebagian besar dalam rentang hijau dan merah, dengan beberapa variasi beraneka ragam. Beberapa jenis memiliki daun kuning, keemasan, atau biru kehijauan.<ref>{{Cite web|title=Product Specification: Lettuce|url=https://www.ldexportaciones.com/UserFiles/Product%20Specification%20lettuce.pdf|website=LD Exportaciones S.A.C|access-date=2022-01-13}}</ref>

Selama berabad-abad, domestikasi selada melalui pemuliaan selektif telah menghasilkan beberapa perubahan: perbautan yang tertunda, biji yang lebih besar, daun dan kepala yang lebih besar, rasa dan tekstur yang lebih baik, kandungan lateks yang lebih rendah, dan bentuk serta warna daun yang berbeda. Pekerjaan di bidang ini berlanjut hingga hari ini.{{Sfn|Datta|Pua|Davey|2007|p=222–225}} Penelitian ilmiah tentang modifikasi genetik selada sedang berlangsung, dengan lebih dari 85 percobaan lapangan yang dilakukan antara tahun 1992 dan 2005 di Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk menguji pola perilaku yang memungkinkan toleransi herbisida yang lebih besar, resistensi serangga dan jamur yang lebih kuat, dan Retrofit. Namun, selada secara genetik saat ini tidak digunakan dalam pertanian komersial.<ref>{{Cite web|title=Lettuce|url=http://www.gmo-compass.org/eng/database/plants/65.lettuce.html|publisher=GMO Compass|archive-url=https://web.archive.org/web/20120511202430/http://www.gmo-compass.org/eng/database/plants/65.lettuce.html|archive-date=2012-05-11|access-date=2022-01-13|url-status=dead}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 110: Baris 112:
=== Daftar pustaka ===
=== Daftar pustaka ===


* {{cite book|last=Bradley|first=Fern Marshall|last2=Ellis|first2=Barbara W.|last3=Martin|first3=Deborah L.|date=2009|url=https://archive.org/details/organicgardeners00brad_0|title=The Organic Gardener's Handbook of Natural Pest and Disease Control|place=|publisher=Rodale|isbn=978-1-60529-677-7|edition=|language=|ref={{sfnref | Bradley | 2009}}|coauthors=}}
* {{cite book
*{{cite book|last=Datta|first=S. K.|last2=Pua|first2=Eng-Chong|last3=Davey|first3=Michael R.|date=2007|url=https://cloudflare-ipfs.com/ipfs/bafykbzaceb4tmtg7vh5t75by4nxsylo5nxfdqha2npswrzgoyqmkjbar5fox4?filename=%28Biotechnology%20in%20Agriculture%20and%20Forestry%2059%29%20S.%20K.%20Datta%20%28auth.%29%2C%20Professor%20Dr.%20Eng-Chong%20Pua%2C%20Professor%20Dr.%20Michael%20R.%20Davey%20%28eds.%29%20-%20Transgenic%20Crops%20IV-Springer-Verlag%20Berlin%20Heidelberg%20%282007%29.pdf|title=Transgenic Crops. Biotechnology in Agriculture and Forestry|place=|publisher=Springer|isbn=978-3-540-36752-9|edition=1|volume=59|language=|ref={{sfnref | Datta | Pua | Davey | 2007}}|coauthors=}}
*{{cite book
|last = Weaver
|last = Weaver
|first = Williams Woys
|first = Williams Woys
Baris 119: Baris 123:
|isbn = 978-0-8050-4025-8
|isbn = 978-0-8050-4025-8
|url-status=live|ref={{sfnref | Weaver | 1997}}}}
|url-status=live|ref={{sfnref | Weaver | 1997}}}}
*{{cite book|last=Bradley|first=Fern Marshall|last2=Ellis|first2=Barbara W.|last3=Martin|first3=Deborah L.|date=2009|url=https://archive.org/details/organicgardeners00brad_0|title=The Organic Gardener's Handbook of Natural Pest and Disease Control|place=|publisher=Rodale|isbn=978-1-60529-677-7|edition=|language=|ref={{sfnref | Bradley | 2009}}|coauthors=}}


== Bacaan lanjutan ==
== Bacaan lanjutan ==

* {{cite book
|last1 = Davey
|first1 = M. R.
|last2 = Anthony
|first2 = P.
|last3 = Van Hooff
|first3 = P.
|last4 = Power
|first4 = J. B.
|last5 = Lowe,
|first5 = K. C.
|year = 2007
|chapter = Lettuce
|title = Transgenic Crops
|volume = {{nobold|Volume 59}}
|series = Biotechnology in Agriculture and Forestry
|publisher = Springer
|isbn = 978-3-540-36752-9
}}


*{{cite book
*{{cite book

Revisi per 13 Januari 2022 07.39

Selada
Lactuca sativa

Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
Kladasterids
Kladcampanulids
OrdoAsterales
FamiliAsteraceae
SubfamiliCichorioideae
TribusCichorieae
GenusLactuca
SpesiesLactuca sativa
Linnaeus, 1753

Selada atau daun sla (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Selada digunakan dalam berbagai hidangan, termasuk sup, sandwich, dan bahkan bisa dipanggang.[1] Celtuce (selada asparagus) adalah salah satu jenis yang dihasilkan dari batangnya, yang dapat dimakan mentah atau dimasak. Selama ribuan tahun digunakan manusia, ia telah memperoleh nilai religius dan terapeutik di samping penggunaan utamanya sebagai penghijauan. Awalnya, Eropa dan Amerika Utara mendominasi pasar selada, tetapi pada akhir abad kedua puluh, konsumsi selada telah menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 2017, produksi selada dan sawi putih dunia mencapai 27 juta ton, dengan China menyumbang 56% dari total.[2]

Selada pertama kali dibudidayakan oleh orang Mesir kuno, yang mengubahnya dari tanaman yang berdaun lebar dan bijinya digunakan untuk mengekstrak minyak menjadi tanaman pangan berharga yang ditanam karena daunnya yang segar dan bijinya yang kaya minyak.[3] Selada menyebar ke Yunani dan Romawi, yang menamakannya lactuca, di mana selada Inggris berasal. Pada tahun 50 M, banyak jenis selada telah dideskripsikan, dan selada sering ditampilkan dalam tulisan abad pertengahan, termasuk beberapa obat herbal.[4] Banyak jenis selada muncul di Eropa selama abad enam belas dan abad delapan belas, dan pada pertengahan abad delapan belas. Orang menggambarkan bahwa jenis selada dapat ditemukan di kebun ataupun pekarangan rumah.[5]

Selada umumnya ditanam sebagai tanaman tahunan yang kuat dan cukup mudah dikelola, namun membutuhkan suhu yang agak rendah untuk menghindari pembungaan segera. Banyak kekurangan nutrisi, hama serangga dan hewan, dan penyakit jamur dan bakteri semuanya dapat mempengaruhinya. Lactuca sativa menyilang secara bebas di dalam spesies serta dengan beberapa spesies lactuca lainnya. Meskipun karakteristik ini dapat membuat penyimpanan benih sulit bagi tukang kebun rumah, para peneliti telah menggunakannya untuk memperluas kumpulan gen kultivar selada yang dibudidayakan.[6]

Selada adalah sumber vitamin K dan vitamin A yang baik, serta folat dan zat besi. Epidemi infeksi bakteri, virus, dan parasit pada manusia, seperti E. coli dan Salmonella, sering dikaitkan dengan selada yang terkontaminasi.[7]

Taksonomi dan etimologi

biji L.sativa

Lactuca sativa termasuk dalam famili Asteraceae (bunga matahari atau aster) dan genus Lactuca (selada).[8] Carl Linnaeus pertama kali mendeskripsikan spesies tersebut dalam volume kedua Species Plantarum-nya pada tahun 1753.[9] Lactuca scariola var. sativa,[10] Lactuca scariola var. integrata, dan Lactuca scariola var. integrifolia semua sinonim untuk Lactuca sativa.[11] Selada liar atau berduri yang umum, Lactuca sativa merupakan sinonim untuk Lactuca serriola.[12] Ada banyak kategori taksonomi, subspesies, dan varian Lactuca sativa yang membedakan berbagai kelompok kultivar selada budidaya.[13] Selada terkait erat dengan banyak spesies Lactuca asli Asia barat daya yang paling dekat hubungannya adalah Lactuca serriola, gulma agresif yang ditemukan di seluruh daerah beriklim sedang dan subtropis.[14]

Lactuca (Lac dalam bahasa Latin berartu "susu") adalah nama yang diberikan untuk selada oleh orang Romawi, referensi untuk bahan putih yang dikeluarkan oleh batang yang dipotong, lateks.[15] Lactuca telah ditetapkan sebagai nama genus dengan sativa (berarti "ditaburkan" atau "dibudidayakan") ditambahkan sebagai nama spesies.[16] Kata modern selada diambil dari bahasa Prancis Kuno letues atau laitues, yang berasal dari nama Romawi.[17] Nama romaine berasal dari bentuk selada yang tumbuh di kebun kepausan Romawi, sedangkan cos berasal dari jenis biji Eropa tertua dari pulau Yunani Kos, yang merupakan pusat pertanian selada selama periode Bizantium.[18]

Keterangan

Bunga selada
Bunga selada matang yang ada dalam buahnya

Selada berasal dari Mediterania dan Siberia, namun telah dibawa ke hampir setiap bagian dunia. Tanaman biasanya tumbuh hingga ketinggian 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci) dan memiliki penyebaran 15 hingga 30 cm (6 hingga 12 inci). Daunnya berwarna cerah, sebagian besar dalam rentang hijau dan merah, dengan beberapa variasi beraneka ragam. Beberapa jenis memiliki daun kuning, keemasan, atau biru kehijauan.[19]

Selama berabad-abad, domestikasi selada melalui pemuliaan selektif telah menghasilkan beberapa perubahan: perbautan yang tertunda, biji yang lebih besar, daun dan kepala yang lebih besar, rasa dan tekstur yang lebih baik, kandungan lateks yang lebih rendah, dan bentuk serta warna daun yang berbeda. Pekerjaan di bidang ini berlanjut hingga hari ini.[20] Penelitian ilmiah tentang modifikasi genetik selada sedang berlangsung, dengan lebih dari 85 percobaan lapangan yang dilakukan antara tahun 1992 dan 2005 di Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk menguji pola perilaku yang memungkinkan toleransi herbisida yang lebih besar, resistensi serangga dan jamur yang lebih kuat, dan Retrofit. Namun, selada secara genetik saat ini tidak digunakan dalam pertanian komersial.[21]

Sejarah

Selada pertama kali ditanam untuk tujuan mengekstraksi minyak dari bijinya di Mesir kuno. Kemungkinan besar orang Mesir yang dipilih membiakkan tanaman tersebut menjadi spesies yang ditanam untuk daunnya yang dapat dimakan, dengan bukti budidaya sejak 2680 SM.[15] Selada dianggap sebagai tanaman suci dewa reproduksi Min, dan selada itu dibawa dan ditempatkan di dekat foto-fotonya selama festivalnya. Ramuan itu dianggap membantu dewa dalam "tanpa lelah melakukan perbuatan seksual".[22] Karena penggunaannya dalam upacara keagamaan, berbagai gambar di makam dan lukisan dinding telah dibuat. Jenis yang dibudidayakan tingginya sekitar 75 cm (30 inci) dan tampak seperti varian raksasa selada romaine saat ini. Orang Mesir menghasilkan selada tegak ini, yang kemudian diteruskan ke orang Yunani, yang kemudian diteruskan ke orang Romawi. Columella, seorang ahli pertanian Romawi, mencatat banyak kultivar selada sekitar tahun 50 M, beberapa di antaranya mungkin merupakan cikal bakal selada saat ini.[15]

Penanaman

Budidaya selada di Inggris Raya

Sebuah tahunan yang kuat, beberapa jenis selada dapat menahan musim dingin bahkan di iklim yang relatif dingin di bawah lapisan jerami, dan tanaman pusaka yang lebih tua sering ditanam dalam bingkai dingin.[23] Selada yang dimaksudkan untuk memotong daun individu umumnya ditanam langsung ke kebun dalam barisan yang tebal. Jenis selada biasanya dimulai di flat, kemudian ditransplantasikan ke tempat individu, biasanya 20 hingga 36 cm (7,9 hingga 14,2 in) terpisah, di kebun setelah mengembangkan beberapa daun. Selada yang berjarak lebih jauh menerima lebih banyak sinar matahari, yang meningkatkan warna dan jumlah nutrisi di daun. Selada pucat hingga putih, seperti bagian tengah di beberapa selada gunung es, mengandung sedikit nutrisi.[24]

Tempat penanaman selada yang ditransplantasikan di polytunnel

Selada tumbuh subur di bawah sinar matahari penuh dan tanah subur kaya nitrogen dengan pH 6,0 hingga 6,8. Panas menyebabkan selada menggelembung, dengan sebagian besar jenis selada berkinerja buruk di atas 24 °C (75 °F); suhu dingin meningkatkan kinerja, dengan 16 hingga 18 °C (61 hingga 64 °F) lebih disukai dan suhu serendah 7 °C (45 °F) dapat ditoleransi.[25] Tanaman yang diberi naungan selama bagian hari terpanas akan tumbuh lebih lambat di tempat yang lebih panas. Suhu di atas 27 °C (81 °F) akan menyebabkan benih selada berkecambah dengan buruk atau tidak berkecambah sama sekali.[25] Ketika disimpan pada 0 °C (32 °F) dan kelembaban 96 persen setelah panen, selada bertahan paling lama. Ketika selada disimpan dengan buah yang melepaskan gas etilen agen pematangan, seperti apel, pir, dan pisang, selada akan cepat rusak. Kandungan air yang tinggi dari selada (94,9 persen) membuat tanaman sulit untuk diawetkan; tidak dapat dibekukan, dikalengkan, atau dikeringkan dan harus dikonsumsi segar.[26] Meskipun kandungan airnya tinggi, selada yang dibudidayakan secara tradisional memiliki jejak air yang rendah, hanya menggunakan 237 liter air setiap kilogram selada yang diproduksi.[27] Penggunaan air dapat dikurangi dengan kira-kira dua kali lipat menggunakan metode berkebun hidroponik.

Kultivar (jenis)

Kultivar selada pilihan

Selada muncul dalam berbagai jenis atau kultivar. Jenis yang paling populer adalah daun, kepala, dan cos atau romaine.[25] Selada dibagi menjadi tujuh kelompok kultivar, masing-masing dengan banyak jenis:

  • Daun – Juga dikenal sebagai selada berdaun longgar, selada potong atau tandan,[28] jenis ini memiliki daun yang tidak beraturan dan paling banyak ditanam. Ini digunakan terutama untuk salad.[26]
  • Romaine/Cos – Digunakan terutama untuk salad dan sandwich, jenis ini membentuk kepala yang panjang dan tegak. Ini adalah selada yang paling sering digunakan dalam salad Caesar.[26]
  • Gunung es/Crisphead – Jenis paling populer di Amerika Serikat, selada gunung es sangat peka terhadap panas dan awalnya diadaptasi untuk pertumbuhan di Amerika Serikat bagian utara. Ini dikirim dengan baik, tetapi rendah rasa dan kandungan nutrisi, terdiri dari lebih banyak air daripada jenis selada lainnya.[26]
  • Selada berbagai jenis dengan batang yang ditanam dan digunakan dalam hidangan Cina
    Kepala mentega – Juga dikenal sebagai selada Boston atau Bibb,[28] dan secara tradisional di Inggris sebagai "selada bundar",[29] jenis ini adalah selada kepala dengan susunan daun yang longgar, dikenal karena rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut.[26]
  • Keripik musim panas – Disebut juga Batavian atau French crisp, selada ini berada di tengah antara jenis crisphead dan daun. Selada ini cenderung lebih besar, tahan baut dan beraroma baik.[28]
  • Celtuce/Batang – Jenis ini ditanam untuk batang bijinya, bukan daunnya, dan digunakan dalam masakan Asia, terutama masakan Cina, serta masakan yang direbus dan diberi krim.[26]
  • Biji minyak – Jenis ini ditanam untuk bijinya, yang ditekan untuk mengekstrak minyak yang terutama digunakan untuk memasak. Ini memiliki sedikit daun, melesat dengan cepat dan menghasilkan biji sekitar 50 persen lebih besar dari jenis selada lainnya.[30]
  • Selada daun merah.

Jenis butterhead dan crisphead yang juga dikenal dangan sebutan selada "kubis", dikarenakan kepalanya lebih pendek, merata, dan mirip kubis dibandingkan selada romaine.[31]

Masalah budidaya

Produksi

Produksi selada tahun 2017
Negara Jutaan ton
Cina 15.2
Amerika Serikat 3.8
India 1.1
Spanyol 1.0
Italia 0,7
Dunia 27
Sumber: Organisasi Pangan dan Pertanian PBB[32]

Pada tahun 2017, produksi selada global adalah 27 juta ton (dilaporkan digabungkan dengan sawi putih), dengan China saja yang memproduksi sebanyak 15,2 juta ton, atau 56% dari total produksi (lihat tabel).

Satu-satunya anggota genus Lactuca yang dibudidayakan secara komersial adalah selada.[33] Terlepas dari kenyataan bahwa Cina adalah petani selada terkemuka di dunia, sebagian besar panen dikonsumsi di dalam negeri. Amerika Serikat adalah pengekspor selada terbesar kedua di dunia, setelah Spanyol.[34]

Pasar besar paling awal untuk produksi selada skala besar adalah Eropa Barat dan Amerika Utara. Asia, Amerika Selatan, Australia, dan Afrika semuanya semakin penting pada akhir 1900-an. Selada butterhead lebih disukai di Eropa utara dan Inggris, sementara romaine lebih disukai di Mediterania, dan selada batang lebih disukai di Cina dan Mesir. Selada Crisphead, khususnya selada gunung es, menjadi jenis yang dominan di Eropa utara dan Inggris pada akhir abad kedua puluh, dan menjadi semakin populer di Eropa barat. Sampai awal abad kedua puluh, ketika selada crisphead mendapatkan popularitas di Amerika Serikat, tidak ada satu jenis pun yang menang. Dengan ditemukannya selada gunung es pada tahun 1940-an, 95 persen selada yang dibudidayakan dan dikonsumsi di Amerika Serikat adalah selada gunung es. Selada Crisphead menyumbang 95% dari selada yang dibudidayakan dan dikonsumsi di Amerika Serikat setelah penemuan selada gunung es pada tahun 1940-an.[35] Jenis lain mulai mendapatkan kembali keunggulannya pada pergantian abad, akhirnya menyumbang lebih dari 30% dari total output. Selada batang berasal dari Cina, dan masih banyak ditanam di sana.[36]

Produk salad kantong semakin populer di awal abad kedua puluh satu, khususnya di Amerika Serikat, di mana metode pengemasan dan transportasi baru membuat selada segar lebih lama.[37][38][39]

Perkembangan pesat tanaman selada

Pada tahun 2013, California (71%) dan Arizona (29%) memproduksi hampir semua selada kepala dan daun segar negara itu, dengan selada kepala masing-masing menghasilkan $9400 per acre dan daun selada menghasilkan $8000 per acre.[38]

Penggunaan kuliner

Menurut deskripsi dari sekitar tahun 50 M, orang Romawi menyiapkan dan menyajikan daun selada dengan saus minyak dan cuka; tetapi, daun yang lebih kecil sering dikonsumsi mentah. Tradisi menawarkan salad selada sebelum makan dimulai pada masa pemerintahan Domitianus, yang berlangsung dari tahun 81 hingga 96 M. Praktek perburuan selada, terutama jenis romaine besar, serta prosedur menuangkan kombinasi minyak dan cuka yang dipanaskan di atas daun, dilakukan di Eropa pasca-Romawi.[15]

Karena masalah kesehatan dan keengganan budaya untuk makan daun mentah, konsumsi selada di Cina telah berkembang secara berbeda dari di negara-negara Barat. Salad di Cina terbuat dari sayuran siap saji dan dimakan panas atau dingin. Selada juga digunakan dalam berbagai makanan yang lebih luas daripada di negara-negara Barat, termasuk dadih dan hidangan daging, sup, dan tumis, baik sederhana maupun dengan sayuran lainnya. Selada batang populer di Cina dan dapat dimakan segar atau dimasak, dengan yang terakhir digunakan sebagian besar dalam sup dan tumis.[36] Selada sering digunakan sebagai bahan utama dalam sup selada.

Kandungan nutrisi

Lettuce (butterhead)
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi55 kJ (13 kcal)
2.23 g
Gula0.94
Serat pangan1.1 g
0.22 g
1.35 g
VitaminKuantitas
%AKG
Vitamin A equiv.
21%
166 μg
18%
1987 μg
1223 μg
Tiamina (B1)
5%
0.057 mg
Riboflavin (B2)
5%
0.062 mg
Asam pantotenat (B5)
3%
0.15 mg
Vitamin B6
6%
0.082 mg
Folat (B9)
18%
73 μg
Vitamin C
4%
3.7 mg
Vitamin E
1%
0.18 mg
Vitamin K
97%
102.3 μg
MineralKuantitas
%AKG
Kalsium
4%
35 mg
Zat besi
10%
1.24 mg
Magnesium
4%
13 mg
Mangan
9%
0.179 mg
Fosfor
5%
33 mg
Potasium
5%
238 mg
Sodium
0%
5 mg
Seng
2%
0.2 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air95.63 g

Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Selada adalah sumber vitamin K (97 persen DV) dan vitamin A (21 persen DV) (tabel), dengan selada hijau yang lebih gelap, seperti romaine, memiliki jumlah provitamin A kompleks beta-karoten yang lebih tinggi. Kecuali selada gunung es, selada merupakan sumber folat dan zat besi yang baik (10-19% DV) (tabel).[26]

Penyakit bawaan makanan

Listeria monocytogenes sebuah agen penyebab listeriosis, adalah salah satu bakteri bawaan makanan yang dapat hidup pada selada dan berkembang biak dalam penyimpanan. Meskipun terdapat bakteri tingkat tinggi pada produk selada siap saji, sebuah studi tahun 2008 tidak menemukan kasus keracunan makanan terkait listeriosis, mungkin karena umur simpan produk yang pendek, mikroflora asli yang bersaing dengan bakteri Listeria, atau bakteri kemampuan untuk menyebabkan listeriosis terhambat.[40]

Spesies Aeromonas, yang tidak terkait dengan wabah apa pun, termasuk di antara bakteri yang ditemukan pada selada.[41] Campylobacteriosis disebabkan oleh bakteri yang disebut Campylobacter. Yersinia intermedia dan Yersinia kristensenii (spesies Yersinia), yang terutama ditemukan di selada. Selada telah dikaitkan dengan beberapa Escherichia coli O157:H7 dan wabah Shigella yang kemungkinan tanaman terkontaminasi dari kotoran hewan.[41] Menurut penelitian tahun 2007, teknologi pendinginan vakum, yang sangat populer di bisnis selada California, meningkatkan penyerapan dan tingkat kelangsungan hidup Escherichia coli O157:H7.[42] Infeksi bakteri Salmonella, terutama pada Salmonella braenderup yang langka, juga telah dikaitkan dengan selada yang terkontaminasi.[43] Dalam selada, virus seperti hepatitis A, calicivirus, dan strain seperti Norovirus telah ditemukan. Selain itu, sayuran telah dikaitkan dengan infestasi parasit, terutama Giardia lamblia.[44]

Simbolisme agama dan penggunaan obat

Selain penggunaan tradisionalnya sebagai sayuran berdaun yang dapat dimakan, selada memiliki sejarah panjang pengobatan rakyat dan simbolisme agama dalam budaya kuno (dan bahkan saat ini). Selada, misalnya, dianggap sebagai simbol kecakapan seksual dan pendorong cinta dan kesuburan pada wanita Mesir.[45] Itu juga diklaim oleh orang Romawi untuk meningkatkan potensi seksual.[46] Orang Yunani kuno, di sisi lain, menghubungkan tanaman dengan impotensi pria dan menawarkannya di pemakaman (karena perannya dalam mitos kematian Adonis), sementara wanita Inggris di abad kesembilan belas percaya itu menyebabkan kemandulan dan kemandulan.[15]

Anglo-Saxon menamakan selada "sleepwort" karena sifat narkotiknya yang ringan; namun, Lactuca sativa yang dibudidayakan mengandung jumlah narkotika yang lebih rendah daripada Lactuca sativa liar.[46] Efek narkotik disebabkan oleh dua seskuiterpen lakton (laktusin dan laktukopirin) yang ditemukan dalam cairan putih (lateks) yang ditemukan di batang selada, yang dikenal sebagai lactucarium atau "lettuce opium". Lactuca virosa atau "selada liar" adalah definisi standar lactucarium, ditemukan bahwa sejumlah kecil lactucarium dapat dibuat dengan cara yang sama dari Lactuca sativa dan Lactuca canadensis var. elongata, dan opium selada dari Lactuca serriola atau Lactuca quercina memiliki kualitas yang lebih tinggi.[47][48]

Sebagai ramuan pahit, selada Romaine adalah salah satu benda simbolis di piring Seder Paskah Yahudi.[49]

Beberapa pemukim Amerika percaya bahwa makan selada membantu mencegah cacar,[46] sementara kepercayaan Iran mengatakan bahwa jika makan bijinya, maka akan menderita tipus.[50] Sakit, rematik, ketegangan dan kegelisahan, batuk, dan kegilaan semuanya diklaim oleh obat tradisional.[51] Namun, tidak ada bukti ilmiah tentang manfaat ini pada manusia yang telah diidentifikasi. Orang-orang Yazidi di Irak utara, yang memiliki larangan agama terhadap makan selada, terus mempertahankan ikatan agama dengan tanaman tersebut.[52]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Hugh Fearnley-Whittingstall. "Grilled lettuce with goats' cheese". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-017. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  2. ^ "Lettuce (with chicory) production in 2017; Countries/Regions/Production Quantity from pick lists". UN Food & Agriculture Organization, Statistics Division (FAOSTAT). 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-11. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  3. ^ Kurniawan, Andre (2020). "7 Manfaat Daun Selada yang Jarang Disadari, Salah Satunya Menunjang Kesehatan Otak". merdeka.com. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  4. ^ M. Fagi, Achmad; Arianti, Forita Dyah; Warsana; Setyanto, Prihasto (2017). Sayuran Potensial di Lahan Berlereng dan Pekarangan (PDF). Bogor: Agro Indo Mandiri. hlm. 60. ISBN 978-602-50783-2-3. 
  5. ^ Hakim, Luchman (2014). ETNOBOTANI dan MANAJEMEN KEBUN-PEKARANGAN RUMAH: Ketahanan pangan, kesehatan dan agrowisata (PDF). Malang: Selaras. hlm. 187. ISBN 978-602-18900-3-5. 
  6. ^ "Hyubsun Shin". outerseedshadow.org. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  7. ^ "Lettuce". sciencedirect.com. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  8. ^ "Lactuca sativa L". Integrated Taxonomic Information System. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-25. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  9. ^ "The Linnaean Plant Name Typification Project". Natural History Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  10. ^ "Lactuca sativa". Kew Royal Botanical Gardens. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-02. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  11. ^ "Lactuca sativa L". United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-08. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  12. ^ "Lactuca serriola L". United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-05. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  13. ^ Porcher, Michael H. (2005). "Sorting Lactuca Names". Multilingual Multiscript Plant Name Database. University of Melbourne. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 September 2012. Diakses tanggal 2 April 2012. 
  14. ^ Zohary, Daniel; Hopf, Maria; Weiss, Ehud (2012). Domestication of Plants in the Old World: The Origin and Spread of Domesticated Plants in Southwest Asia, Europe, and the Mediterranean Basin. Oxford University Press. hlm. 157. ISBN 978-0-19-954906-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-23. Diakses tanggal 2022-01-12. 
  15. ^ a b c d e Weaver 1997, hlm. 170-172.
  16. ^ Brewster, David (1832). The Edinburgh Encyclopædia Conducted by David Brewster, with the Assistance of Gentlemen Eminent in Science and Literature, Volume 10. J.E. Parker. hlm. 622. 
  17. ^ Chantrell, Glynnis, ed. (2002). The Oxford Dictionary of Word Histories. Oxford University Press. hlm. 300. ISBN 0-19-863121-9. 
  18. ^ Weaver 1997, hlm. 172.
  19. ^ "Product Specification: Lettuce" (PDF). LD Exportaciones S.A.C. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  20. ^ Datta, Pua & Davey 2007, hlm. 222–225.
  21. ^ "Lettuce". GMO Compass. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-11. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  22. ^ Hart, George (2005). The Routledge Dictionary of Egyptian Gods and Goddesses (edisi ke-2nd). Routledge. hlm. 95. ISBN 1-134-28424-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-28. 
  23. ^ Weaver 1997, hlm. 172–173.
  24. ^ Weaver 1997, hlm. 175–176.
  25. ^ a b c Bradley 2009, hlm. 129.
  26. ^ a b c d e f g "Lettuce". University of Illinois Extension. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-15. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  27. ^ Holden, Joseph (2013). Water Resources: An Integrated Approach. Routledge. hlm. 335. ISBN 9780203489413. 
  28. ^ a b c Miles, Carol. "Winter Lettuce". Washington State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-11. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  29. ^ "Lettuce". Tesco Real Food. Tesco. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-18. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  30. ^ "Lettuce Greens". Verti-Gro®. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  31. ^ Rana, M. K. (2017). Vegetable Crop Science. CRC Press. hlm. 173. ISBN 978-1-351-65279-7. 
  32. ^ "Lettuce (with chicory) production in 2017; Countries/Regions/Production Quantity from pick lists". UN Food & Agriculture Organization, Statistics Division (FAOSTAT). 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-11. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  33. ^ Koike, Steven T; Gladders, Peter; Paulus, Albert O. (2006). Vegetable Diseases: A Color Handbook. Gulf Professional Publishing. hlm. 296. ISBN 0-12-373675-7. 
  34. ^ Boriss, Hayley; Brunke, Henrich (2005). "Commodity Profile: Lettuce" (PDF). University of California. hlm. 296. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-07-07. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  35. ^ "Lettuce". Encyclopedia. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  36. ^ a b Simoons, Frederick J. (1991). Food in China: A Cultural and Historical Inquiry. CRC Press. hlm. 147–148. ISBN 0-8493-8804-X. 
  37. ^ Fulmer, Melinda (19 August 2002). "Lettuce Grows into A Processed Food". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-18. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  38. ^ a b "Lettuce". Agricultural Marketing Resource Center, Iowa State University. May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-13. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  39. ^ Charles, Dan; Aubrey, Allison (2016-07-12). "As Bagged Salad Kits Boom, Americans Eat More Greens". NPR.org. National Public Radio. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-03. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  40. ^ Hanning, I.B.; Johnson, M.G.; Ricke, S.C (December 2008). "Precut prepackaged lettuce: a risk for listeriosis?". Foodborne Pathogens and Disease. 5 (6): 731–746. doi:10.1089/fpd.2008.0142. PMID 18847382. 
  41. ^ a b Davis, J. G.; Kendall, P. "Preventing E. coli from Garden to Plate". Colorado State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-05. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  42. ^ Li, Haiping; Tajkarimi, Mehrdad; Osburn, Bennie I (2008). "Impact of Vacuum Cooling on Escherichia coli O157:H7 Infiltration into Lettuce Tissue" (PDF). Applied and Environmental Microbiology. 74 (10): 3138–42. Bibcode:2008ApEnM..74.3138L. doi:10.1128/AEM.02811-07. PMC 2394940alt=Dapat diakses gratis. PMID 18344328. 
  43. ^ Gajraj, Roger; Pooransingh, Shalini; Hawker, Jeremy; Olowokure, Babatunde (2012). "Multiple outbreaks of Salmonella braenderup associated with consumption of iceberg lettuce". International Journal of Environmental Health Research. 22 (2): 150–155. doi:10.1080/09603123.2011.613114. PMID 21916661. 
  44. ^ "Chapter IV. Outbreaks Associated with Fresh and Fresh-Cut Produce. Incidence, Growth, and Survival of Pathogens in Fresh and Fresh-Cut Produce". Analysis and Evaluation of Preventive Control Measures for the Control and Reduction/Elimination of Microbial Hazards on Fresh and Fresh-Cut Produce. US Food and Drug Administration. 12 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-09. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  45. ^ Nma, Odu Ngozi; Oruese, d Okomuda Mary (2013). "Prevalence of Salmonella species and Escherichia coli in fresh Cabbage and Lettuce sold in Port Harcourt Metropolis, Nigeria" (PDF). Report and Opinion. 5 (2): 2. 
  46. ^ a b c Watts, Donald (2007). Dictionary of Plant Lore. Academic Press. hlm. 226. ISBN 978-0-12-374086-1. 
  47. ^ K. R. Anilakumar; S. N. Harsha; Mallesha; R. K. Sharma (2017). "Lettuce: A Promising Leafy Vegetable with Functional Properties". Defence Life Science Journal. 2 (2): 178. doi:10.14429/dlsj.2.11357. 
  48. ^ King, John; John Uri Lloyd; Harvey Wickes Felter (1898). King's American Dispensatory. Cincinnati, lihat Lactuca.—Lettuce dan Tinctura Lactucarii (U. S. P.)—Tincture of Lactucarium: Ohio Valley Co. 
  49. ^ Lisa Freedman (3 April 2017). "Learn About the 6 Elements of a Traditional Seder Plate". 
  50. ^ Duke, James A.; Duke, Peggy-Ann K.; DuCellie, Judith L. (2007). Duke's Handbook of Medicinal Plants of the Bible. CRC Press. hlm. 232. ISBN 978-0-8493-8202-4. 
  51. ^ Rana, M. K. (2017). Vegetable Crop Science. CRC Press. hlm. 170. ISBN 978-1-351-65279-7. 
  52. ^ MacFarquhar, Neil (2003-01-03). "Bashiqa Journal: A Sect Shuns Lettuce and Gives the Devil His Due". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-28. Diakses tanggal 2022-01-13. 

Daftar pustaka

Bacaan lanjutan

  • Katz, Solomon H.; Weaver, Williams Woys (2003). Encyclopedia of Food and Culture. Volume 2. Scribner. ISBN 978-0-684-80565-8. 

Lihat juga