Yuvensius Alfonsius Biakai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yuvensius Alfonsius Biakai
Bupati Asmat ke-1
Masa jabatan
2005 – 2015
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
GubernurJacobus Perviddya Solossa
Andi Baso Bassaleng
Sodjuangon Situmorang
Barnabas Suebu
Syamsul Arif Rivai
Constant Karma
Lukas Enembe
WakilFrederik Batti' Sorring 2005-2011
Motong Saridjan 2011-2012
Yulius Patandianan 2012-2015
Sebelum
Pendahulu
jabatan baru
Pengganti
Elisa Kambu
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1956-11-09)9 November 1956
Yamas, Papua
Meninggal5 November 2020(2020-11-05) (umur 63)[1]
Timika, Papua
KebangsaanIndonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Yuvensius Alfonsius Biakai (9 November 1956 – 5 November 2020) adalah Bupati Asmat dua periode yakni 2005-2010 dan 2010-2015. Dia merupakan anak Papua pertama penggagas adanya "Jalan Tol" yang menghubungkan seluruh provinsi Papua. Hal itu akhirnya dimulai dari membangun kabupaten yang dipimpinnya sendiri, yaitu Kabupaten Asmat. Jalanan Asmat yang dulunya hanyalah tumpukan dari potongan kayu sudah menjadi jalan beton komposit yang dapat bertahan hingga ratusan tahun lamanya. Terkenal dengan semboyan "Mahal tetapi Murah", proyek pembangunan jalan komposit ini sempat terhambat karena DRPD Asmat merasa biaya yang terlalu mahal untuk pembangunan jalan ini. Dia kemudian menjelaskan bahwa jalan kayu hanya dapat bertahan 2 tahun, dan harus diganti setelah itu, dan apabila ini diteruskan, Hutan Asmat akan habis menjadi jalanan kayu. Dengan menggunakan jalan beton komposit walaupun dengan biaya yang mahal, jalan tersebut akan terus dinikmati masyarakat Asmat hingga 200 tahun lagi. Hutan Asmat juga tidak akan habis ditebang untuk jalanan. Menggunakan jalan dari kayu sebenarnya memiliki harga lebih tinggi, harga yang harus dibayar adalah kepunahan budaya ukiran kayu Asmat dengan habisnya Hutan Asmat karena penebangan kayu.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Didahului oleh:
jabatan baru
Bupati Asmat
2005 - 2015
Diteruskan oleh:
Elisa Kambu