Wisma BCA Salatiga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wisma BCA
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
KategoriBangunan
No. RegnasBelum ada
(Pengajuan 19 Maret 2015)
Lokasi
keberadaan
Jalan Diponegoro No.15, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah
PemilikBank Central Asia Kantor Cabang Umum Salatiga
PengelolaBank Central Asia Kantor Cabang Umum Salatiga

Wisma BCA Salatiga adalah bangunan yang terinventarisasi untuk ditetapkan sebagai cagar budaya, yang terletak di Jalan Diponegoro No. 15, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Pada masa gemeente (kotapraja), bangunan yang dibangun pada awal abad ke-20 ini merupakan sebuah rumah tetirah, yang menjadi ciri khas sebuah kota modern. Hingga tahun 2020, kondisi bangunan tersebut terawat dengan baik serta difungsikan sebagai kantor Bank Central Asia (BCA) di Kota Salatiga.

Keadaan bangunan[sunting | sunting sumber]

Wisma BCA Salatiga terletak di kawasan strategis, yaitu Jalan Diponegoro (dahulu bernama Toentangscheweg).[1][2][3] Pada masa pemerintahan gemeente, kawasan tersebut berkembang menjadi pusat kota yang dikenal dengan nama Europeesche Wijk.[4][5] Menurut Prakosa dan Supangkat, kawasan ini hanya boleh ditempati oleh orang-orang Eropa, Timur Asing, dan masyarakat pribumi yang memiliki penghasilan setara dengan pegawai Eropa, yaitu kategori golongan gaji A (gaji tertinggi).[6][7]

Wisma itu dibangun pada awal abad ke-20 dan diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun. Bangunan yang masih menyisakan menara klasik ini (kini digunakan sebagai ruang mesin anjungan tunai mandiri) dahulu dikenal dengan nama De Mestein Pensioens Hotel (hotel para pensiunan).[8][9][10] Wisma tersebut merupakan contoh bangunan hotel dan fasilitas penginapan di Kota Salatiga, yang menjadi ciri khas sebuah kota modern pada masanya. Bangunan bergaya art deco dengan ornamen gotik dan jendela-jendela lancip itu awalnya merupakan sebuah rumah tetirah (tempat peristirahatan bagi orang-orang yang baru sembuh dari suatu penyakit. Pada waktu itu, ada kepercayaan yang mengatakan bahwa siapa pun yang sakit akan sembuh apabila mendiami tempat ini.[3][8]

Bangunan ini berbentuk segi delapan dan menggunakan arsitektur Indo-Eropa. Ciri itu dapat diamati di dua menara kembarnya. Adapun pendoponya terletak di depan dan belakang gedung, sehingga para tamu dapat berjemur sambil menikmati keindahan alam. Wisma tersebut pernah ditempati oleh Salon Harapan sebelum ditempati oleh BCA.[8][11] Setidaknya hingga tahun 2020, kondisi bangunannya terawat dengan baik serta difungsikan sebagai kantor BCA Kota Salatiga.[12] Wisma BCA Salatiga terinventarisasi untuk ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dengan Nomor Inventaris 11-73/Sla/10.[a][13]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Keterangan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Berdasarkan hasil kajian dan identifikasi bangunan bersejarah di Kota Salatiga yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Salatiga bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah tahun 2009 (Hatmadji, dkk 2009, hlm. 3).

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Supangkat, Eddy (2019). Gedung-Gedung Tua yang Melewati Lorong Waktu Salatiga. Salatiga: Griya Media. hlm. 22. 
  2. ^ Raap, Olivier Johannes (2015). Kota di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 19. 
  3. ^ a b Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (16 Januari 2018). "Wisma BCA Salatiga Dulu Pernah Jadi Hotel". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 8 Maret 2020. 
  4. ^ Anwar, Muhammad Khoirul (Agustus 2019). "Rekonstrusi Kota Kolonial Salatiga dan Kontribusi Teknologi Geographical Information System". Sasdaya. 3 (2): 141–150. ISSN 2549-3884. 
  5. ^ Rohman, Fandy Aprianto (Juni 2020). "Administrasi Pemerintahan Gemeente di Salatiga 1917–1942". Walasuji. 11 (1): 115–127. ISSN 2502-2229. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-18. Diakses tanggal 2020-06-18. 
  6. ^ Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917–1942. Semarang: Sinar Hidoep. hlm. 27. 
  7. ^ Supangkat, Eddy (2012). Salatiga: Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media. hlm. 35. 
  8. ^ a b c Rahardjo, Slamet, dkk (2013). Sejarah Bangunan Cagar Budaya Kota Salatiga. Salatiga: Pemerintah Daerah Kota Salatiga. hlm. 130–131. 
  9. ^ Rosa, Angga (3 Juli 2019). "Ini Tujuh Bangunan Tua di Salatiga yang Memiliki Nilai Sejarah". Sindonews.com. Diakses tanggal 8 Maret 2019. 
  10. ^ Harnoko, Darto, dkk (2008). Salatiga dalam Lintasan Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga. hlm. 38. 
  11. ^ Situs Budaya Indonesia (tanpa tanggal). "Wisma BCA Salatiga". Situs Budaya Indonesia. Diakses tanggal 8 Maret 2020.  [pranala nonaktif permanen]
  12. ^ Imanulhaq, Abduh (18 Oktober 2019). "Opini Wilson MA Therik: Kota Salatiga sebagai Heritage City". Tribunnews.com. Diakses tanggal 8 Maret 2020. 
  13. ^ Hatmadji, Tri, dkk (2009). Kajian dan Hasil Identifikasi Bangunan Bersejarah di Kota Salatiga. Klaten: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. hlm. 51–52. 

Referensi tambahan[sunting | sunting sumber]

Buku

  • Darmiati, dkk (1999). Otonomi Daerah di Hindia-Belanda (1903–1940). Jakarta: CV. Sejahtera. 
  • Handjojo, M.S. (1978). Riwayat Kota Salatiga. Salatiga: Sechan Press. 
  • Harnoko, Darto, dkk (2008). Salatiga dalam Lintasan Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga. 
  • Kartoatmadja, dkk (1995). Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. 
  • Oemar, Mohammad, dkk (1978). Sedjarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Purnomo, Daru, dkk (2015). Kajian Pemekaran Kota Salatiga. Salatiga: Pusat Kajian Kependudukan dan Pemukiman Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]