Vaksin hepatitis B

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Vaksin Engerix B (Hepatitis B).
Vaksin hepatitis B
Data klinis
Nama dagang Recombivax HB
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a607014
Kat. kehamilan ?
Status hukum ?
Pengenal
Kode ATC J07BC01
ChemSpider none N
Data kimia
Rumus ?

Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang mencegah hepatitis B. Dosis pertama dianjurkan dalam 24 jam kelahiran dengan dua atau tiga dosis lagi diberikan setelahnya. Vaksin ini juga diberikan kepada mereka yang memiliki fungsi kekebalan tubuh buruk seperti HIV/AIDS dan mereka yang lahir prematur. Pada orang sehat imunisasi rutin menghasilkan lebih dari 95% orang yang terlindungi.[1]

Tes darah untuk memastikan bahwa vaksin telah berhasil direkomendasikan pada mereka yang berisiko tinggi. Dosis tambahan mungkin diperlukan pada orang dengan fungsi kekebalan tubuh yang buruk, tetapi tidak diperlukan oleh kebanyakan orang. Pada mereka yang telah terpapar virus hepatitis B tetapi tidak diimunisasi sebelumnya, imunoglobulin hepatitis B harus diberikan sebagai tambahan terhadap vaksin. Vaksin diberikan dengan suntikan ke dalam otot.[1]

Efek samping serius dari vaksin hepatitis B sangat jarang terjadi. Nyeri dapat terjadi pada tempat suntikan. Vaksin ini aman digunakan selama kehamilan maupun pada saat menyusui. Vaksin ini tidak berkaitan dengan sindrom Guillain–Barré. Vaksin saat ini diproduksi dengan teknik DNA rekombinan. Vaksin ini dapat tersedia sebagai vaksin tunggal atau dikombinasikan dengan vaksin lainnya.[1]

Vaksin hepatitis B yang pertama disetujui di Amerika Serikat pada tahun 1981.[2] Versi rekombinan mulai dipasarkan pada tahun 1986.[1] Vaksin ini termasuk ke dalam Daftar Obat Esensial WHO, obat-obatan paling efektif dan aman yang dibutuhkan dalam sistem kesehatan.[3] Pada 2014, harga grosir vaksin ini di negara berkembang adalah AS$0,58–13,20 per dosis.[4] Di Amerika Serikat, harga vaksin ini adalah AS$50–100.[5]

Penggunaan medis[sunting | sunting sumber]

Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HBV divaksinasi dengan vaksin hepatitis B dan disuntik dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG).[6] Di Amerika Serikat, vaksinasi direkomendasikan untuk hampir semua bayi pada saat lahir.[7]

Banyak negara saat ini secara rutin memvaksinasi bayi terhadap hepatitis B. Di negara-negara dengan tingkat infeksi hepatitis B yang tinggi, vaksinasi bayi baru lahir tidak hanya mengurangi risiko infeksi, tetapi juga menyebabkan penurunan kanker hati yang ditandai. Seperti yang dilaporkan di Taiwan, pelaksanaan program vaksinasi hepatitis B nasional pada tahun 1984 memiliki dampak menurunnya kejadian karsinoma hepatoseluler pada anak-anak.[8]

Di Inggris, vaksin ditawarkan kepada LSL, biasanya sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan seksual. Situasi serupa sedang beroperasi di Irlandia.[9]

Di banyak daerah, vaksinasi terhadap hepatitis B juga diperlukan untuk seluruh staf perawat kesehatan dan laboratorium.[10]

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah mengeluarkan rekomendasi untuk vaksinasi terhadap hepatitis B pada pasien diabetes melitus.[11] Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan vaksin pentavalen, menggabungkan vaksin difteri, tetanus, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe B dengan vaksin hepatitis B. Belum ada bukti yang memadai mengenai seberapa efektif vaksin pentavalen ini jika dibandingkan dengan vaksin individual.[12]

Keefektifan[sunting | sunting sumber]

Setelah menjalani 3 vaksinasi primer, tes darah dapat dilakukan setelah selang waktu 1–4 bulan untuk menentukan apakah terdapat respons yang memadai, didefinisikan sebagai tingkat antibodi anti-antigen permukaan hepatitis B (anti-Hbs) di atas 100 mIU/ml. Respons penuh seperti ini terdapat pada sekitar 85–90% individu.[13]

Tingkat antibodi antara 10 hingga 100 mIU/ml dianggap sebagai respons yang buruk, dan orang dengan respons ini harus menerima vaksinasi pendorong tunggal, tetapi tidak memerlukan pemeriksaan ulang lebih lanjut.[13]

Orang yang gagal merespons (tingkat antibodi anti-Hbs di bawah 10 mIU/ml) harus diuji untuk menyingkirkan infeksi hepatitis B saat itu atau pada masa lalu, dan memberikan 3 vaksinasi ulang, diikuti dengan pengujian ulang lebih lanjut 1–4 bulan setelah pemberian vaksin kedua. Mereka yang masih tidak merespons vaksinasi kedua dapat merespons dengan penyuntikan intradermal,[14] vaksin dosis tinggi,[15] atau vaksin dosis ganda dengan kombinasi dari vaksin hepatitis A dan B.[16] Mereka yang masih gagal merespon akan memerlukan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) jika nantinya terkena virus hepatitis B.[13]

Respons yang buruk sebagian besar berkaitan dengan usia di atas 40 tahun, obesitas dan merokok,[17] serta pecandu alkohol, terutama jika disertai penyakit hati lanjut.[18] Pasien yang diberi imunosupresi atau menjalankan dialisis ginjal dapat merespons dengan kurang baik sehingga memerlukan dosis vaksin yang lebih besar atau lebih sering.[13] Setidaknya satu penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi hepatitis B kurang efektif pada pasien HIV.[19]

Durasi perlindungan[sunting | sunting sumber]

Sekarang diyakini bahwa vaksin hepatitis B memberikan perlindungan yang tidak terbatas. Namun, sebelumnya diyakini dan disarankan bahwa vaksinasi hanya akan memberikan perlindungan efektif antara lima hingga tujuh tahun,[20][21] tetapi kemudian dipahami bahwa kekebalan jangka panjang berasal dari ingatan imunologi yang hidupnya melebihi dari kehilangan tingkat antibodi sehingga pengujian dan pemberian dosis pendorong selanjutnya tidak diperlukan pada individu imunokompeten yang berhasil divaksinasi.[22][23] Oleh karena itu, dengan berlalunya waktu dan pengalaman yang lebih lama, perlindungan telah menunjukkan setidaknya bertahan selama 25 tahun pada mereka yang menunjukkan respons awal yang memadai terhadap program imunisasi primer,[24] dan pedoman Inggris sekarang menyarankan agar penerima awal yang memerlukan perlindungan berkelanjutan, seperti petugas layanan kesehatan, hanya memerlukan satu vaksin pendorong yang dianjurkan selama 5 tahun.[13]

Efek samping[sunting | sunting sumber]

Efek samping serius dari vaksin hepatitis B sangat jarang terjadi. Nyeri dapat terjadi pada tempat suntikan. Vaksin ini aman digunakan selama kehamilan maupun pada saat menyusui. Vaksin ini tidak berkaitan dengan sindrom Guillain–Barré.[1]

Sklerosis ganda[sunting | sunting sumber]

Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara vaksin hepatitis B rekombinan (HBV) dan sklerosis ganda pada orang dewasa.[25] Sebagian besar penelitian tidak mendukung hubungan kausal antara vaksinasi hepatitis B dan penyakit demielinasi seperti sklerosis ganda.[25][26] Sebuah studi pada tahun 2004 melaporkan adanya peningkatan risiko yang signifikan dalam waktu 3 tahun setelah vaksinasi. Beberapa studi ini dikritik karena terdapat masalah pada metodologinya.[27] Kontroversi ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengenai vaksinasi hepatitis B dan vaksinasi ini pada anak-anak tetap rendah di beberapa negara. Sebuah penelitian pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung adanya hubungan antara vaksinasi hepatitis B dengan sindrom kematian bayi mendadak, sindrom kelelahan kronis, atau sklerosis ganda.[28] Sebuah studi pada tahun 2007 menemukan bahwa vaksinasi tampaknya tidak meningkatkan risiko episode pertama sklerosis ganda di masa kanak-kanak.[29]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah daftar negara berdasarkan persentase bayi yang menerima tiga dosis vaksin hepatitis B yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2014.[30]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Jalan menuju vaksin hepatitis B dimulai pada tahun 1963 ketika dokter/genetikawan Amerika Serikat, Baruch Samuel Blumberg, menemukan apa yang ia sebut "Antigen Australia" (sekarang disebut HBsAg) dalam serum suku Aborigin Australia.[31] Pada tahun 1968, protein ini ditemukan sebagai bagian dari virus yang menyebabkan "hepatitis serum" (hepatitis B) oleh ahli virologi Alfred Prince.[32] Ahli mikrobiologi/ vaksinolog Amerika Serikat Maurice Hilleman, yang meneliti di Merck, menggunakan tiga perlakuan (pepsin, urea, dan formaldehida) pada serum darah bersamaan dengan filtrasi ketat untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai vaksin yang aman. Hilleman berhipotesis bahwa ia bisa membuat vaksin HBV dengan menyuntikkan protein permukaan hepatitis B kepada pasien. Secara teori, teknik ini akan sangat aman, karena protein permukaan ini tidak memiliki DNA virus menular. Sistem kekebalan tubuh, yang mengenali protein permukaan sebagai benda asing, akan memproduksi antibodi berbentuk khusus, dibuat untuk mengikat dan menghancurkan protein ini. Kemudian, di masa depan, jika pasien terinfeksi HBV, sistem kekebalan tubuh dapat segera menyebarkan antibodi pelindung, menghancurkan virus sebelum mereka dapat membahayakannya.[33]

Hilleman mengumpulkan darah dari pria gay dan pengguna narkoba suntikan—kelompok yang diketahui berisiko terkena virus hepatitis. Percobaan ini dilakukan pada akhir 1970-an ketika HIV belum diketahui obatnya. Selain mencari protein permukaan hepatitis B, sampel darah kemungkinan mengandung HIV. Hilleman merancang sebuah proses multilangkah untuk memurnikan darah ini sehingga hanya protein permukaan hepatitis B saja yang tersisa. Setiap virus yang diketahui terbunuh oleh proses ini, dan Hilleman yakin bahwa vaksin itu aman.[33]

Percobaan skala besar pertama untuk vaksin turunan darah ini dilakukan pada pria gay, sesuai dengan status mereka yang berisiko tinggi. Kemudian, vaksin Hilleman secara tidak benar disalahkan sebagai pemicu epidemi AIDS. (Lihat Wolf Szmuness) Akan tetapi, meski vaksin turunan darah yang dimurnikan itu tampak diragukan, ternyata vaksin tersebut memang bebas dari HIV. Proses pemurnian telah menghancurkan semua virus—termasuk HIV.[33] Vaksin ini disetujui pada tahun 1981.

Vaksin turunan darah hepatitis B ditarik dari pasaran pada tahun 1986 ketika Pablo DT Valenzuela, Direktur Penelitian Chiron Corporation, berhasil membuat antigen dalam ragi dan menemukan vaksin rekombinan pertama di dunia.[34] Vaksin rekombinan ini dikembangkan dengan memasukkan gen HBV yang mengkode protein permukaan ke dalam ragi Saccharomyces cerevisiae. Metode ini memungkinkan ragi hanya menghasilkan protein permukaan noninfektif tanpa bahaya mengenalkan DNA virus yang sebenarnya ke dalam produk akhir.[33] Vaksin ini masih digunakan sampai sekarang.

Pada tahun 1976, Blumberg telah memenangkan Nobel Fisiologi atau Kedokteran atas karyanya mengenai hepatitis B (berbagi dengan Daniel Carleton Gajdusek atas karyanya mengenai kuru). Pada tahun 2002, Blumberg menerbitkan sebuah buku berjudul Hepatitis B: The Hunt for a Killer Virus.[35] Dalam buku tersebut, menurut penulis biografi Paul Offit—penulis biografi Hilleman dan seorang vaksinologyang berpengalaman—Blumberg...

...mengklaim bahwa vaksin hepatitis B adalah penemuannya. Nama Maurice Hilleman disebutkan sekali.... Blumberg gagal menyebutkan bahwa Hillemanlah yang telah mengetahui bagaimana cara menginaktivasi virus hepatitis B, bagaimana cara membunuh semua virus lain yang mungkin terkontaminasi, bagaimana cara menghilangkan semua protein yang ditemukan dalam darah manusia, dan bagaimana melakukan semua ini sambil mempertahankan integritas struktural protein permukaan. Blumberg telah mengidentifikasi antigen Australia, sebuah langkah awal yang penting. Tapi semua langkah lainnya-satu langkah penting untuk membuat vaksin-milik Hilleman. Kemudian, Hilleman mengingat, "Saya pikir [Blumberg] pantas mendapat banyak pujian, tetapi ia tidak ingin memberi penghargaan pada orang lain."[36]

Manufaktur[sunting | sunting sumber]

Vaksin tersebut mengandung salah satu protein amplop virus, yaitu antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). Saat ini, antigen diproduksi oleh sel ragi dengan cara menyisipkan kode genetik untuk HBsAg.[37] Setelah itu, antibodi sistem imun terhadap HBsAg terbentuk pada aliran darah. Antibodi ini dikenal sebagai anti-HBs. Antibodi dan memori sistem imun ini kemudian memberikan kekebalan terhadap infeksi HBV.[38]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e "Hepatitis B vaccines WHO position paper" (PDF). Weekly epidemiological record. 40 (84): 405–420. 2 Oktober 2009. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2015-12-02. 
  2. ^ Moticka, Edward. A Historical Perspective on Evidence-Based Immunology. hlm. 336. ISBN 9780123983756. 
  3. ^ "WHO Model List of Essential Medicines (19th List)" (PDF). World Health Organization. April 2015. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 13 December 2016. Diakses tanggal 8 Desember 2016. 
  4. ^ "Vaccine, Hepatitis B". International Drug Price Indicator Guide. Diakses tanggal 6 Desember 2015. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Hamilton, Richart (2015). Tarascon Pocket Pharmacopoeia 2015 Deluxe Lab-Coat Edition. Jones & Bartlett Learning. hlm. 314. ISBN 9781284057560. 
  6. ^ Mast, E. E.; Margolis, H. S.; Fiore, A. E.; Brink, E. W.; Goldstein, S. T.; Wang, S. A.; Moyer, L. A.; Bell, B. P.; Alter, M. J.; Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) (2005). "A comprehensive immunization strategy to eliminate transmission of hepatitis B virus infection in the United States: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) part 1: immunization of infants, children, and adolescents" (Free full text). MMWR. Recommendations and reports : Morbidity and Mortality Weekly Report. Recommendations and reports / Centers for Disease Control. 54 (RR–16): 1–31. PMID 16371945. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2015-09-24. 
  7. ^ "Elimination of Perinatal Hepatitis B: Providing the First Vaccine Dose Within 24 Hours of Birth". Pediatrics: e20171870. 28 Agustus 2017. doi:10.1542/peds.2017-1870. 
  8. ^ Chang, M. -H.; Chen, C. -J.; Lai, M. -S.; Hsu, H. -M.; Wu, T. -C.; Kong, M. -S.; Liang, D. -C.; Shau, W. -Y.; Chen, D. -S. (1997). "Universal Hepatitis B Vaccination in Taiwan and the Incidence of Hepatocellular Carcinoma in Children". New England Journal of Medicine. 336 (26): 1855–1859. doi:10.1056/NEJM199706263362602. PMID 9197213. 
  9. ^ "Hepatitis B vaccine". Nhs.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-28. Diakses tanggal 27 April 2017. 
  10. ^ Joint Committee on Vaccination and Immunisation (2006). "Chapter 12 Immunisation of healthcare and laboratory staff—Hepatitis B". Immunisation Against Infectious Disease 2006 ("The Green Book") (PDF) (edisi ke-3rd). Edinburgh: Stationery Office. hlm. 468. ISBN 0-11-322528-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-07. Diakses tanggal 2018-01-21. 
  11. ^ Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2011). "Use of hepatitis B vaccination for adults with diabetes mellitus: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP)". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 60 (50): 1709–11. PMID 22189894. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-20. 
  12. ^ Bar-On ES, Goldberg E, Hellmann S, Leibovici L (2012). "Combined DTP-HBV-HIB vaccine versus separately administered DTP-HBV and HIB vaccines for primary prevention of diphtheria, tetanus, pertussis, hepatitis B and Haemophilus influenzae B (HIB)". Cochrane Database Syst Rev. 4: CD005530. doi:10.1002/14651858.CD005530.pub3. PMID 22513932. 
  13. ^ a b c d e Joint Committee on Vaccination and Immunisation (2006). "Chapter 18 Hepatitis B". Immunisation Against Infectious Disease 2006 ("The Green Book") (PDF) (edisi ke-Edisi ke-3 (Bab 18 terevisi 10 Oktober 2007)). Edinburgh: Stationery Office. hlm. 468. ISBN 0-11-322528-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Januari 2013. 
  14. ^ King; Taylor, E. M.; Crow, S. D.; White, M. C.; Todd, J. R.; Poe, M. B.; Conrad, S. A.; Gelder, F. B. (1990). "Comparison of the immunogenicity of hepatitis B vaccine administered intradermally and intramuscularly". Reviews of infectious diseases. 12 (6): 1035–1043. doi:10.1093/clinids/12.6.1035. PMID 2148433. 
  15. ^ Levitz; Cooper, B.; Regan, H. (1995). "Immunization with high-dose intradermal recombinant hepatitis B vaccine in healthcare workers who failed to respond to intramuscular vaccination". Infection Control and Hospital Epidemiology. 16 (2): 88–91. doi:10.1086/647062. PMID 7759824. 
  16. ^ Cardell, K.; Åkerlind, B.; Sällberg, M.; Frydén, A. (2008). "Excellent Response Rate to a Double Dose of the Combined Hepatitis a and B Vaccine in Previous Nonresponders to Hepatitis B Vaccine". The Journal of Infectious Diseases. 198 (3): 299–304. doi:10.1086/589722. PMID 18544037. 
  17. ^ Roome, A. J.; Walsh, S.; Cartter, M.; Hadler, J. (1993). "Hepatitis B vaccine responsiveness in Connecticut public safety personnel". Journal of the American Medical Association. 270 (24): 2931–2934. doi:10.1001/jama.270.24.2931. PMID 8254852. 
  18. ^ Rosman, Md, A.; Basu, P.; Galvin, K.; Lieber, C. (1997). "Efficacy of a High and Accelerated Dose of Hepatitis B Vaccine in Alcoholic Patients a Randomized Clinical Trial". The American Journal of Medicine. 103 (3): 217–222. doi:10.1016/S0002-9343(97)00132-0. PMID 9316554. 
  19. ^ Pasricha, N.; Datta, U.; Chawla, Y.; Singh, S.; Arora, S.; Sud, A.; Minz, R.; Saikia, B.; Singh, H.; James, I.; Sehgal, S. (2006). "Immune responses in patients with HIV infection after vaccination with recombinant Hepatitis B virus vaccine". BMC Infectious Diseases. 6: 65. doi:10.1186/1471-2334-6-65. PMC 1525180alt=Dapat diakses gratis. PMID 16571140. 
  20. ^ Krugman; Davidson, M. (1987). "Hepatitis B vaccine: prospects for duration of immunity". The Yale Journal of Biology and Medicine. 60 (4): 333–339. PMC 2590237alt=Dapat diakses gratis. PMID 3660859. 
  21. ^ Petersen, K. M.; Bulkow, L. R.; McMahon, B. J.; Zanis, C.; Getty, M.; Peters, H.; Parkinson, A. J. (2004). "Duration of Hepatitis B Immunity in Low Risk Children Receiving Hepatitis B Vaccinations from Birth" (Free full text). The Pediatric Infectious Disease Journal. 23 (7): 650–655. doi:10.1097/01.inf.0000130952.96259.fd. PMID 15247604. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-05. 
  22. ^ Gabbuti, A.; Romanò, L.; Blanc, P.; Meacci, F.; Amendola, A.; Mele, A.; Mazzotta, F.; Zanetti, A. R. (2007). "Long-term immunogenicity of hepatitis B vaccination in a cohort of Italian healthy adolescents". Vaccine. 25 (16): 3129–3132. doi:10.1016/j.vaccine.2007.01.045. PMID 17291637. 
  23. ^ "Are booster immunisations needed for lifelong hepatitis B immunity?". The Lancet. 355 (9203): 561–565. 2000. doi:10.1016/S0140-6736(99)07239-6. PMID 10683019. 
  24. ^ Van Damme P, Van Herck K (March 2007). "A review of the long-term protection after hepatitis A and B vaccination". Travel Med Infect Dis. 5 (2): 79–84. doi:10.1016/j.tmaid.2006.04.004. PMID 17298912. 
  25. ^ a b Martínez-Sernández, V; Figueiras, A (Agustus 2013). "Central nervous system demyelinating diseases and recombinant hepatitis B vaccination: a critical systematic review of scientific production". Journal of neurology. 260 (8): 1951–9. doi:10.1007/s00415-012-6716-y. PMID 23086181. 
  26. ^ "CDC – Hepatitis B and Multiple Sclerosis ( MS) – Vaccine Safety". cdc.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-10. 
  27. ^ Hernán; Jick, S. S.; Olek, M. J.; Jick, H. (2004). "Recombinant hepatitis B vaccine and the risk of multiple sclerosis: a prospective study". Neurology. 63 (5): 838–842. doi:10.1212/01.WNL.0000138433.61870.82. PMID 15365133. 
  28. ^ Zuckerman, J. N. (2006). "Protective efficacy, immunotherapeutic potential, and safety of hepatitis B vaccines". Journal of Medical Virology. 78 (2): 169–177. doi:10.1002/jmv.20524. PMID 16372285. 
  29. ^ Mikaeloff, Y.; Caridade, G.; Rossier, M.; Suissa, S.; Tardieu, M. (2007). "Hepatitis B Vaccination and the Risk of Childhood-Onset Multiple Sclerosis". Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine. 161 (12): 1176–1182. doi:10.1001/archpedi.161.12.1176. PMID 18056563. 
  30. ^ "Hepatitis B (HepB3) Data by country". WHO. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 June 2016. Diakses tanggal 8 Juni 2016. 
  31. ^ Blumberg B, Alter H (1965). "A "new" antigen in leukemia sera". JAMA. 191: 101–106. doi:10.1001/jama.1965.03080070025007. PMID 14239025. 
  32. ^ Howard, Colin; Zuckerman, Arie J. (1979). Hepatitis viruses of man. Boston: Academic Press. hlm. 16–18. ISBN 0-12-782150-3. 
  33. ^ a b c d "World Hepatitis Day: The History of the Hepatitis B Vaccine". Blog.advocatesaz.org. 26 Juli 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-05. Diakses tanggal 27 April 2017.  Teks " Planned Parenthood Advocates of Arizona " akan diabaikan (bantuan)
  34. ^ Fisher, Lawrence M. (13 Oktober 1986). "Biotechnology Spotlight Now Shines On Chiron". New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 26, 2017. 
  35. ^ Blumberg, Baruch (2002), Hepatitis B: The Hunt for a Killer Virus, Princeton: Princeton University Press.
  36. ^ Offit, Paul A. (2007). Vaccinated:One Man's Quest to Defeat the World's Deadliest Diseases. New York: Smithsonian Books/Collins, pp 135–136. 
  37. ^ "Hepatitis B Vaccine from Merck". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-21. Diakses tanggal 9 Mei 2010. 
  38. ^ "CDC Viral Hepatitis". Atlanta, Georgia: Centers for Disease Control and Prevention. 24 Juli 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-20. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.