Ubi nuabosi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ubi nuabosi (dalam bahasa Flores disebut uwi ai nuabosi) adalah salah satu jenis ubi yang terdapat di Ende, Flores wilayah Nusa Tenggara Timur. Dapat dikatakan ubi nuabosi merupakan tanaman endemik dari Flores, Nusa Tenggara Timur.[1] Uniknya, meskipun berasal dari Nusa Tenggara Timur, tetapi tidak semua tempat di provinsi tersebut bisa ditanami ubi nuabosi.[2]

Asal-usul[sunting | sunting sumber]

Ubi nuabosi pertama kali ditanam oleh warga di dataran Ndetundora, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 4 desa berbeda, yakni Ntetundora I, Ntetundora II, Ntetundora III dan Randotonda. Warga di daerah tersebut sudah membudidayakan ubi nuabosi sejak 1954, nama nuabosi sendiri bahakan diambil dari salah satu nama kampung di desa Ntetundora I.[1]

Meskipun dianggap sebagai endemik, tetapi ubi nuabosi sebenarnya berasal dari Brasil. Ubi tersebut bisa sampai ke Nusa Tenggara Timur karena Kolonial Portugal yang menjajah Brasil membawa benih ubi itu ke wilayah Nusa Tenggara Timur pada abad 16.[3]

Varietas[sunting | sunting sumber]

Ubi nuabosi memiliki ukuran yang lebih besar dan panjang daripada ubi pada umumnya. Ubi nuabosi juga memiliki 5 varietas, yaitu waitero (ubi kayu kuning), waibara (ubi kayu putih), toko rheko, tana ai, dan terigu (berbeda dengan terigu gandum). Diantara 5 varietas tersebut, toko rheko, tana ai, dan terigu adalah varietas yang paling banyak dibudidayakan masyarakat Flores, karena tiga varietas inilah yang asli dikembangkan masyarakat Flores.[2][3]

Ubi nuabosi sangat khas, karena bila dikembangkan di daerah lain (termasuk masih di wilayah Nusa Tenggara Timur) maka produksi dan cita rasanya tidak sebaik di tempat asalnya di Flores. Menurut tim peneliti dari Udana Kupang, struktur tanah dan kandungan unsur hara mempengaruhi pertumbuhan ubi nuabosi, sehingga berdampak pada kandungan dan teksturnya.[2]

Tekstur[sunting | sunting sumber]

Kulit luarnya berwarna merah muda agak kecoklatan, umbinya berwarna putih bersih tanpa serat, rasa umbinya manis dan empuk serta tahan jika disimpan. Sehingga wajar jika harga ubi nuabosi lebih mahal.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Ubi Nuabosi Andalan Warga Dataran Ndetundora". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-11-11. 
  2. ^ a b c Dama, Alfred. "Mengapa Ubi Nuabosi Beda Rasa Bila Ditanam Di Tempat Lain?". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2019-11-11. 
  3. ^ a b "Apa Sebab Petani Ende Malah Enggan Menanam Ubi Nuabosi yang Rasanya Terkenal Lezat ini?". Mongabay Environmental News (dalam bahasa Inggris). 2016-11-25. Diakses tanggal 2019-11-11. 
  4. ^ Sy, Zulfikar (2018-08-31). "Ubi Nuabosi, si Lezat Bercitarasa Bumi Flores". MerahPutih. Diakses tanggal 2019-11-11.