Tanda baca

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tanda baca (Inggris: punctuation) adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga tinggi rendah serta jeda yang dapat di sewaktu pembacaan. Bisa juga dikatakan bahwa tanda baca adalah tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan berbagai bagian dari satuan bahasa tertulis.[1] Aturan tanda baca berbeda antarbahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

Jenis tanda baca[sunting | sunting sumber]

Berikut ini merupakan tanda baca yang penting dan contoh penggunaannya:[2]

Tanda Titik (.)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda titik (.) digunakan pada akhir kalimat pernyataan.

Contoh:

Mereka duduk di sana.
Mereka akan datang ke pertemuan itu.
  • Tanda titik (.) digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Contoh:

a. 1. Patokan Umum
   1.1 Isi Karangan
   1.2 Ilustrasi
   1.2.1 Gambar Tangan
   1.2.2 Tabel
   1.2.3 Grafik
   2. Patokan Khusus
   ...
   ...
  • Tanda titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Contoh:

pukul 03.25.10 (pukul 3 lewat dua puluh lima menit 10 detik atau pukul 3, 25 menit, 10 detik)
03.25.10 jam   (3 jam, 25 menit, 10 detik)
00.25.10       (25 menit, 10 detik)
00.00.10       (10 detik)
  • Tanda titik (.) digunakan dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Contoh:

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Tanda titik (.) digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Contoh:

Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 jiwa.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

Tanda Koma (,)[sunting | sunting sumber]

  • Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.

Contoh:

Jika kamu bukan hewan, jin, atau setan, maka dengarkan apa yang gurumu katakan.

• Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, begitu, dan akan tetapi.

• Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, wah, aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat dalam kalimat.

• Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya yang membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Tanda Titik Koma (;)[sunting | sunting sumber]

  • Nama resmi tanda baca titik koma (;) adalah Semicolon.
  • Titik koma (;) berfungsi untuk menggantikan kata hubung dan memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.

Contoh:

Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
  • Titik koma (;) digunakan pada akhir perincian yang berupa daftar klausa.

Contoh:

Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah:
1) berkewarganegaraan Indonesia;
2) berijazah sarjana S-1;
3) berbadan sehat; dan
4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • Titik koma (;) digunakan pada memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma (,).

Contoh:

Agenda rapat hari ini meliputi
1) pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
2) penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
3) pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

Tanda Titik Dua (:)[sunting | sunting sumber]

  • Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

Contoh:

Mereka memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  • Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
Ketua: Tandre Wijaya
  • Tanda titik dua digunakan diantara jilid, diantara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Tanda Hubung (-)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda (-) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai.

Contoh:

Kita harus pergi bersama-sama. Biar acara kita semakin seru.
  • Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh:

di- smash, pen- tackle-an

Tanda Pisah (—)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda pisah (—) berfungsi untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Contoh:

Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
  • Tanda pisah (—) berfungsi untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.

Contoh:

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

Tanda Tanya (?)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda (?) tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

Contoh:

Siapa tadi yang mengetuk pintu?

Tanda Seru (!)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda (!) seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

Contoh:

Mari kita dukung upaya pembebasan pengetahuan!

Tanda Elipsis (...)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda elipsis (...) berfungsi untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

Contoh:

Dalam Undang-undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara adalah ...

Catatan:

1) Tanda elipsis didahului dan diikuti dengan spasi.

2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik, sehingga jumlah titik menjadi empat buah (....).

Tanda Petik ("...")[sunting | sunting sumber]

  • Tanda petik ("...") berfungsi untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Contoh:

"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."              
  • Tanda petik ("...") berfungsi untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dirujuk dalam suatu kalimat.

Contoh:

Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.

Tanda Petik Tunggal ('...')[sunting | sunting sumber]

  • Tanda petik tunggal (`) kutip satu berfungsi untuk mengapit petikan yang ada dalam petikan yang lain.

Contoh:

Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" 
  • Tanda petik tunggal (`) kutip satu berfungsi untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.

Contoh:

Pada saat itu, bahasa Melayu digunakan sebagai lingua franca 'bahasa perhubungan' di seluruh nusantara.

Tanda Kurung ((...))[sunting | sunting sumber]

  • Tanda kurung ((...)) berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui.

Contoh:

Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Surabaya.

Tanda Kurung Siku ([...])[sunting | sunting sumber]

  • Tanda kurung siku ([...]) berfungsi untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Contoh:

Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Garis Miring (/)[sunting | sunting sumber]

  • Tanda garis miring (/) digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

Nomor: 7/PK/VII/2025
Jalan Kramat III/10 
tahun ajaran 2024/2025
  • Tanda garis miring (/) digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Contoh:

mahasiswa/mahasiswi             'mahasiswa dan mahasiswi'
dikirimkan lewat darat/laut     'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
buku dan/atau majalah           'buku dan majalah atau buku atau majalah' 
harganya Rp1.500,00/lembar      'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
  • Tanda garis miring (/) digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis oleh orang lain.

Contoh:

Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verchaar dicetak ulang beberapa kali.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

Tanda Penyingkatan atau Apostrof (')[sunting | sunting sumber]

  • Tanda penyingkatan atau apostrof (') digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Contoh:

Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Tahun '98 akan selamanya dikenang oleh mereka. ('98 = 1998)

Format penulisan[sunting | sunting sumber]

Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk keperluan penulisan kalimat.

  • Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan. Contoh: Buaya adalah binatang reptil berbahaya.
  • Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh: Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional saat ini.
  • Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-03-09. 
  2. ^ "Belajar bahasa Indonesia : upaya terampil berbicara dan menulis karya ilmiah (buku pandukung mata kuliah wajib pengembangan kepribadian) sesuai SK Dirjen Dikti No : 43/DIKTI/Kep./2006 / Muhammad Rohmadi, H. Eddy Sugiri, Aninditya Sri Nugraheni ; editor, Yuli Kusumawati | OPAC Perpustakaan Nasional RI". opac.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2024-03-09. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]