Superficial charm

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Superficial charm (Inggris: pesona superfisial atau pesona yang tidak tulus) merujuk pada tindakan sosial berupa perkataan atau tindakan yang dilakukan karena seseorang diterima dengan baik oleh orang lain, alih-alih didasarkan menurut keyakinan atau keinginannya. Tindakan ini dapat disebut juga sebagai "memberi tahu orang apa yang ingin mereka dengar".[1] Pesona superfisial biasanya efektif untuk mengambil hati atau membujuk[2] dan menjadi salah satu elemen dari manajemen kesan.[3]

Sanjungan dan pesona dengan motif tersembunyi biasanya tidak dihargai secara sosial, di mana kebanyakan orang merasa bahwa mereka dapat membedakan pujian tulus dan yang tidak.[2] Namun, para peneliti telah membuktikan bahwa pesona manipulatif sekalipun terhitung cukup efektif.[4] Sementara skap yang diungkapkan bersifat negatif atau meremehkan, sikap implisitnya kerap terpengaruh secara positif.[2][4] Efektivitas pesona dan sanjungan umumnya berasal dari keinginan alamiah penerima untuk merasa nyaman dengan diri sendiri.[4]

Pesona superfisial dapat merusak diri sendiri. Pesona ini biasanya sukses di bidang-bidang seperti teater, penjualan, politik, dan diplomasi. Lebih dari itu, kemahiran dalam kecerdasan sosial dan mengambil isyarat sosial dari orang lain tanpa henti dapat mengorbankan motivasi dan perasaan pribadi.[5]

Pesona ini bisa bersifat eksploitatif. Sebagai contoh, individu dengan gangguan kepribadian anti sosial, diketahui memiliki rasa bersalah atau kecemasan yang terbatas ketika harus mengeksploitasi orang lain dengan cara yang berbahaya. Sementara intimidasi dan kekerasan adalah cara umum eksploitasi, penggunaan pesona superfisial ini sering terjadi. Pesona superfisial terdaftar dalam Hare Psychopathy Checklist.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Robin, Stéphane; Rusinowska, Agnieszka; Villeval, Marie Claire (2014). "Ingratiation: Experimental evidence". European Economic Review (dalam bahasa Inggris). 66 (2): 16–38. doi:10.1016/j.euroecorev.2013.11.005. 
  2. ^ a b c Valdesolo, Piercarlo (2010). "Flattery Will Get You Far". Scientific American United scientificamerican.com. Scientific American, a Division of Springer Nature America, Inc. Diakses tanggal 22 Maret 2022. 
  3. ^ Sanaria, Apurva D. (2016). "A Conceptual Framework for Understanding the Impression Management Strategies Used by Women in Indian Organizations". South Asian Journal of Human Resources Management (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 25–39. doi:10.1177/2322093716631118. ISSN 2322-0937. 
  4. ^ a b c Chan, Elaine; Sengupta, Jaideep (2010). "Insincere Flattery Actually Works: A Dual Attitudes Perspective" (PDF). Journal of Marketing Research. 47 (1): 122–133. doi:10.1509/jmkr.47.1.122. Diakses tanggal 22 Maret 2022. 
  5. ^ Goleman, Daniel (2005). Emotional intelligence. New York: Bantam Books. hlm. 1–388. ISBN 978-0553383713. OCLC 61770783. 
  6. ^ Psychology Today (2018). "Antisocial Personality Disorder | Psychology Today". Psychology Today (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 Maret 2022.