Sultan Anom Alimuddin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sultan Anom Alimuddin
Tidak Menjabat
Berkuasa1718-1727
Penobatan Palembang-Darussalam, 1718
PendahuluSultan Muhammad Mansyur
PenerusSultan Mahmud Badaruddin I
WangsaAzmatkhan
AyahSultan Muhammad Mansyur
IbuNyimas Sunguk (Puteri Jambi)
Agama Islam

Sultan Muhammad Anom Alimuddin atau dikenal dengan Pangeran Adipati Mangkubumi Alimuddin adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Palembang Darussalam berbarengan dengan Pamannya, Sultan Agung Komaruddin. Memerintah bersamaan dikarenakan, semenjak wafatnya Kakak Berbeda Ibunya sebagai Putra Mahkota Pangeran Purbaya Abu Bakar, terjadi Perang Saudara Palembang untuk merebut Tahta Kesultanan Palembang Darussalam yang dilibatkan oleh Beliau dan Adiknya, Sultan Mahmud Badaruddin I.

Nasab

Sayyidina Muhammad SAW Binti Sayyidatuna Fatimah Azzahra Menikah dengan Ali Bin Abi Thalib Bin Sayyidina Husain As Syahid Bin Ali Zainal Abidin As Sajad Bin Muhammad Al Baqir Bin Ja'far Shadiq Bin Ali Uraidhi Bin Muhammad An Naqib Bin Isa Ar Rumi Bin Ahmad Muhajjir Bin Ubaidillah Bin Alwi Alawiyyin Bin Muhammad Shohibus Saumiah Bin Alwi At Tsani Bin Ali Khaliq Qasam Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin Alwi Ammul Faqih Bin Abdul Malik Adzmatkhan Bin Abdullah Adzmatkhan Bin Ahmad Syah Jalaluddin Adzmatkhan Bin Maulana Husain Jamaluddin Kubro Bin Maulana Ibrahim Asmaraqandi Bin Maulana Ishaq Al Ummul Islam Bin Maulana Ainul Yaqin ( Raden Paku / Sunan Giri ) Bin Maulana Muhammad Ali Mahmud Nuruddin ( Pangeran Wirokesumo Cirebon / Pangeran Sido Ing Margi ) Bin Maulana Abdullah ( Pangeran Adipati Sumedang ) Bin Maulana Fadhlullah ( Tumenggung Manco Negoro ) Bin Maulana Muhammad Ali ( Pangeran Sido Ing Pasarean / Sultan Jamaluddin Mangkurat V ) Bin Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Imam ( Candi Walang ) Bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago ( Kebon Gede ) Bin Sultan Anom Alimuddin

Perang Saudara dengan Mahmud Badaruddin[sunting | sunting sumber]

Pamannya, Sultan Agung Komaruddin menaiki Tahta dan mendamaikan kedua belah pihak dan mengangkat kedua Pangeran (Sultan Anom Alimuddin dan Sultan Mahmud Badaruddin I) menjadi Sultan. Sehingga Kesultanan Palembang Darussalam ketika itu dipimpin oleh 3 Sultan, dengan Sultan Agung Komaruddin tetap sebagai pemimpin tertinggi. Setelah mangkatnya Sultan Agung Komaruddin, Tahta diserahkan kepada Adiknya, Sultan Mahmud Badaruddin I yang telah menikahi Puteri Sultan Agung Komaruddin. Awalnya sebagai Seorang Kakak, Beliau menentang Pernikahan Tersebut, karena Takut Tahta akan Jatuh ke Tangan Adiknya. Terjadilah Perang diantara Keduanya, yang dimenangkan Sultan Mahmud Badaruddin I sebagai Pangeran Jayo Wikramo (Gelar Sebelum Bertahta)