Strategi perang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Strategi perang adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan perang.[1] Strategi adalah kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang lemah untuk menghasilkan kemenangan.[2]

Istilah strategi juga banyak digunakan dalam dunia bisnis, politik, ekonomi, dan olahraga.

Proses Strategi[sunting | sunting sumber]

  1. Menentukan tujuan keamanan nasional sebagai dasar proses strategi.
  2. Merumuskan strategi raya, lebih dikenal dengan istilah kebijakan.
  3. Mengembangkan strategi militer.
  4. Merancang strategi operasi.
  5. Merumuskan strategi medan tempur, lebih dikenal dengan istilah taktik.

Jenis Strategi[sunting | sunting sumber]

Strategi[sunting | sunting sumber]

Darat[sunting | sunting sumber]

Posisi merupakan masalah dalam strategi. Strategi membedakan posisi garis luar dan posisi garis dalam. Negara berada pada posisi garis luar apabila dapat mengepung lawan atau musuhnya. Posisi garis dalam adalah posisi satu negara yang menghadapi kemungkinan permusuhan dari negara di sekelilingnya.

Jerman pada perang dunia berada pada posisi garis dalam. Pada perang dunia I Jerman bersekutu dengan Austria, keduanya terletak di Eropa Tengah. Mereka menghadapi Prancis dan Inggris di bagian barat, Rusia di bagian timur, dan Italia di bagian selatan. Pada perang dunia II, Jerman bersekutu dengan Italia menghadapi Prancis dan Inggris di bagian barat, Polandia dan Uni soviet di bagian timur. Prancis dalam kepemimpinan Napoleon Bonaparte sering kali berada di posisi garis dalam.

Untuk memperoleh kemenangan, pada posisi garis dalam membutukan kemampuan manuver yang cepat dengan daya pukul yang tinggi sedangkan pada posisi garis luar memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik untuk mempertahankan dan memanfaatkan posisinya. Namun sulit untuk mengkoordinasikan dua atau lebih negara yang berbeda, meskipun mereka bersekutu. Selalu ada kesalahpahaman akibat dari prestis dan kebanggaan nasional masing-masing.

Laut[sunting | sunting sumber]

Kekuatan maritim sangat penting untuk mengembangkan kekuasaan negara maupun menjamin kesejahteraannya.[3] Pengembangan kekuasaan negara lebih mudah dilakukan melalui laut daripada darat, seperti kekuasaan Spanyol atas dunia pada abad ke-16. Kekuasaan Spanyol direbut Inggris yang bersemboyan Inggris harus menguasai lautan untuk menguasai dunia meskipun surut pada abad ke-20. Negara lain, seperti Prancis dan Jerman juga ingin menguasai dunia dengan membangun armada lautnya. Pertempuran laut merupakan sebab terjadinya perang antara Prancis dan Inggris.

Negara yang ingin menguasai dunia selalu membangun armada laut. Kekuatan armada laut sebelum perang dunia II ditentukan oleh jumlah kapal tempur yang besar dan dilengkapi daya tembak, daya gerak, dan daya penahan. Pada perang dunia I berkembanglah kapal induk akibat perkembangan pesawat terbang untuk menyerang musuh atau lawannya dari jarak jauh. Pada perang dunia II, pertempuran laut dimenangkan oleh pihak yang memiliki banyak kapal induk yang dapat mengirimkan pesawat terbang berkali-kali untuk menyerang musuh, seperti: pertempuran laut Midway di samudra Pasifik antara armada Jepang dan Amerika Serikat. Meskipun berhasil menyerang pangkalan AS Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang tidak dapat menghancurkan kapal induk AS. Sementara, Jerman mengembangkan strategi pertempuran laut dengan menggunakan kapal selam untuk memenangkan pertempuran dengan Inggris. Pada perang dingin, peran kapal selam menjadi sangat penting.

Strategi di laut adalah membangun kekuatan maritim yang berkembang dengan peningkatan kemampuan teknologi.

Udara[sunting | sunting sumber]

Pada permulaan abad ke-20, sejak perang dunia I pesawat terbang telah dimanfaatkan dalam perang. Pesawat terbang dapat mengubah cara berperang secara radikal karena dapat menyerang langsung ke pusat pemerintahan lawan atau musuh. Kekuatan udara harus mengalahkan dan menghancurkan kekuatan udara lawan atau musuh, terlebih dahulu agar kekuatan lawan atau musuh dapat dikalahkan meskipun memiliki angkatan darat dan angkatan laut yang besar dan kuat. Fungsi utama kekuatan udara adalah menyerang basis industri dan keutuhan sosial musuh.

Strategi udara terbukti banyak meleset seperti di pertempuran Britania, Dresden, dan Vietnam tetapi terbukti kebenarannya ketika AS menggunakan bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima pada perang dunia II. Perkembangan teknologi baru, yaitu penembakan dengan ketepatan maksimal jarak jauh, dipraktikkan dalam Perang Teluk I dan perang Irak.

Kekuatan udara menjadi lebih penting dengan adanya perkembangan peluru kendali dan roket

Teorikus Ilmu Perang[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Carl von Clausewitz, On War (terjemahan dari Vom Kriege) oleh Michel Howard dan Peter Paret, Princeton University, New Jersey, 1976
  2. ^ Makers of Modern Strategy, diedit oleh Peter Paret, Oxford University Press, Oxford, 1986
  3. ^ Makers of Modern Strategy, diedit Peter Paret, Oxford University Press, 1986

Pranala luar[sunting | sunting sumber]