Sphagnum
Sphagnum
| |
---|---|
Taksonomi | |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Bryophyta |
Kelas | Sphagnopsida |
Ordo | Sphagnales |
Famili | Sphagnaceae |
Genus | Sphagnum Linnaeus, 1753 |
Tipe taksonomi | Sphagnum palustre |
Lumut gambut (Sphagnum) (bahasa Inggris: peat moss) adalah lumut bertekstur kasar yang membentuk koloni datar di rawa air tawar. Mereka adalah tanaman yang tumbuh lambat yang membentuk lapisan pertumbuhan hijau segar setiap tahun di habitat air tawar. Lumut ini juga dapat mengikat karbon organik dalam jumlah banyak. Sphagnum tua menjadi lebih gelap dan terurai sebagai lumut gambut di bagian bawah rawa. Sphagnum penting bagi rawa untuk berkembang.[1][2]
Morfologi
[sunting | sunting sumber]Lumut ini memiliki protonema yang tidak berbentuk benang, yaitu merupakan suatu badan yang berbentuk daun kecil dengan tepi yang bertoreh-toreh dan memiliki satu lapis sel.[3]
Batangnya memiliki banyak cabang, dimana cabang mudanya tumbuh tegak dan membentuk roset pada ujungnya. Daun-daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang di bawah puncak tumbuh sama cepat dengan induk batang sehingga terlihat seperti batang lumut yang bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit demi sedikit, maka cabang-cabangnya akhirnya menjadi tumbuhan yang terpisah-pisah.[3]
Kulit batangnya terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong, dimana jaringannya dapat menghisap banyak air seperti spons. Dinding-dindingnya memiliki liang-liang yang bulat, baik dinding yang membujur maupun yang melintang.[3]
Di dalam daunnya, terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas di antara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala. Sel-sel tersebut merupakan sel hidup, memiliki bentuk yang memanjang, dan mengandung banyak klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapiler itu berguna untuk memenuhi kebutuhan air dan mineral pada lumut.[3]
Reproduksi
[sunting | sunting sumber]Cabang-cabang batang ada yang memiliki bentuk dan warna khusus, yaitu yang menjadi pendukung alat reproduksi. Cabang-cabang jantan memiliki anteridium yang bulat dan bertangkai di ketiak-ketiak daunnya, sedangkan cabang-cabang betina memiliki arkegonium pada ujungnya dan tidak memilki sel pemula yang berbentuk limas pada ujungnya (seperti lumut hati). Sporangiumnya hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki yang mebesar, dan sampai lama diselubungi oleh dinding arkegonium. Akhirnya, dinding tersebut pecah pada kaki sporangium.[3]
Kapsul spora berbentuk bulat dan terdapat kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporongen. Arkespora pada lumut ini tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam dari amfitesium. Kapsul spora memiliki tutup yang dapat membuka jika spora sudah masak. Kaki sporangium yang melebar, yang disebut haustorium, ada dalam suatu pemanjangan ujung batang, dimana kaki tersebut memanjang seperti tangkai dan membentuk pseudopodium.[3]
Perbedaan dengan Sphagnum moss
[sunting | sunting sumber]Sphagnum gambut adalah bentuk mati dari Sphagnum moss. Setelah Sphagnum lumut mati, mereka membusuk di bagian bawah rawa sebagai lumut gambut. Lumut gambut banyak digunakan sebagai amandemen tanah karena mereka menahan sejumlah besar air dan merupakan bahan pot yang jauh lebih halus. Tidak seperti sphagnum hidup, spora jamur jarang ditemukan di gambut. Di negara-negara tertentu, beberapa metode pemanenan yang mudah digunakan untuk mengambil lumut gambut dari bagian bawah rawa tanpa mengganggu lapisan sphagnum hidup di bagian atas rawa.[4]
Lumut Sphagnum berwarna hijau, sedangkan lumut gambut berwarna coklat gelap. Sphagnum ditemukan di bagian atas rawa sementara lumut gambut ditemukan di bagian bawah rawa. Lumut sphagnum mati terurai dan membentuk lumut gambut. Sphagnum digunakan dalam industri bunga, sedangkan lumut gambut digunakan sebagai bahan pengondisi tanah. Sphagnum mengandung spora jamur, yang menyebabkan masalah kesehatan, sedangkan lumut gambut tidak mengandung spora jamur tersebut.[4]
Manfaat
[sunting | sunting sumber]Sphagnum digunakan dalam industri bunga sebagai tanaman hias. Saat menangani sphagnum, disarankan untuk menggunakan sarung tangan karena mengandung beberapa spora jamur, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang terkait dengan kuku jari.[4]
Spaghnum moss kering juga bisa digunakan sebagai media tanam untuk tanaman karnivora dan sebagai campuran media tanam bunga anggrek. Karena sifatnya yang bisa menyimpan air dalam jumlah banyak dan bisa menjaga kelembaban, media tanam ini sangat bagus digunakan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada tanaman karnivora.[4]
Spaghnum moss kering jika diletakkan di atas air akan mengambang karena bobotnya yang sangat ringan. Jika akan digunakan sebagai media tanam sebaiknya spaghnum moss diremas-remas sampai terendam air. Jika sudah terendam berarti air tersebut sudah diserap oleh spaghnum moss dan siap digunakan sebagai media tanam.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sriwiyati (2020). Ayo Mempelajari Lumut. Semarang: Alprin. hlm. 28. ISBN 9786232633018.
- ^ Jayanti, Ummi Nur Afinni Dwi (2020). Keanekaragaman Tumbuhan: Modul Inkuiri Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal. Malang: CV Multimedia Edukasi. hlm. 30. ISBN 9786237531784.
- ^ a b c d e f Tjitrosoepomo, Gembong (Januari 2023). Taksonomi Tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta (edisi ke-12 (Revisi)). Sleman, D.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 9786233591454.
- ^ a b c d e "What Is Sphagnum Moss and How It's Used for Potted Plants". The Spruce (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-06-06.