Son of God (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Son of God
Theatrical release poster
SutradaraChristopher Spencer
Produser
Skenario
  • Richard Bedser
  • Christopher Spencer
  • Colin Swash
  • Nic Young
Berdasarkan
New Testament
Pemeran
NaratorSebastian Knapp
Penata musik
SinematograferRob Goldie
PenyuntingRobert Hall
Perusahaan
produksi
Distributor20th Century Fox
Tanggal rilis
  • 21 Februari 2014 (2014-02-21)
Durasi138 menit
NegaraAmerika Serikat
BahasaInggris
Anggaran$22 million[1]
Pendapatan
kotor
$67.8 million[2]

Son of God adalah judul film Amerika Serikat produksi tahun 2014 bergenre epik yang diproduseri oleh Mark Burnett dan Roma Downey. Film ini kali pertama diputar hanya di beberapa gedung teater di Amerika Serikat pada 21 Februari 2014, kemudian dirilis secara umum pada 28 Februari 2014. Son of God diangkat dari Alkitab dengan menceritakan tentang suasana Israel sekitar tahun 6 SM, pada waktu orang Israel atau orang Yahudi masih dijajah oleh bangsa Romawi. Sebenarnya bangsa Israel terdiri dari 12 suku, tetapi 10 suku hilang karena perang, sehingga tinggal 2 suku, yaitu Yehuda dan Benyamin, kemudian bergabung menjadi satu: Yahudi.[3][4][5][6][7][8][9][10]

Plot[sunting | sunting sumber]

Pada waktu itu ada seorang perempuan muda Yahudi bernama Maria yang didatangi oleh Malaikat Tuhan bernama Gabriel. Malaikat Gabriel berkata bahwa Maria akan mengandung seorang anak laki-laki. Maria tentu saja sangat terkejut dengan perkataan Malaikat Gabriel karena merupakan aib besar jika ia sampai hamil mengingat Maria belum menikah dan masih bertunangan dengan seorang tukang kayu bernama Yusuf. Tapi akhirnya Maria taat pada perintah Tuhan karena ia mengandung dengan Roh Kudus dan akan melahirkan seorang Mesias. Yusuf akhirnya tahu bahwa Maria sudah hamil, Yusuf tentu saja marah karena ia belum pernah berhubungan dengan Maria sehingga mengira Maria telah selingkuh. Agar tidak mempermalukan Maria dan keluarganya, Yusuf berniat menceraikan Maria dengan diam-diam. Tetapi Yusuf berubah pikiran setelah ia didatangi Malaikat Gabriel dan diperintahkan tetap menikahi Maria karena Maria disiapkan untuk melahirkan Sang Mesias . Sampai suatu ketika kandungan Maria membesar dan siap melahirkan, Yusuf dan Maria terpaksa pergi dari tempat kediamannya, kembali ke Betlehem. Terjadi situasi yang menegangkan ketika Maria siap melahirkan tetapi semua penginapan penuh. Untunglah Maria bisa melahirkan dengan selamat walaupun di kandang domba. Sesuai amanah Malaikat Gabriel, Yusuf dan Maria memberi nama anaknya Yesus atau Yehosua. Kelahiran Yesus Sang Mesias ternyata diketahui oleh para gembala di dekat kandang domba tempat Yesus dilahirkan. Para Gembala itu datang berbondong-bondong kepada bayi Yesus dan menyembahnya. Bahkan datang 3 raja dari Timur ikut menyembah dengan membawa 3 persembahan emas, kemenyan dan mur. sesuai ramalan kitab suci. Pada awalnya 3 raja dari timur, Baltasar, Melkior, dan Kaspar tidak tahu letak kelahiran Yesus sehingga bertanya kepada raja yang berkuasa di tempat itu, Herodes, tetapi Herodes tidak mau memberi jawaban karena merasa, dialah raja orang Yahudi, bukan Yesus.

Dua puluh lima tahun kemudian, Yesus telah dewasa dan harus dibabtis. Ketika pembabtisan oleh Yohanes Pembabtis sudah tampak kemuliaan Yesus yaitu langit terbelah dan turun Roh Kudus dengan rupa burung merpati. Setelah dibabtis, Yesus memulai karya penyelamatannya dengan memilih para rasul. Yang pertama dipanggil adalah Petrus. Yesus kemudian melakukan karya penyelamatan dengan mengajar dan menolong, melakukan mukjizat, sehingga bertambah banyaklah pengikutnya. Puncaknya adalah ketika seminggu sebelum Paskah Yahudi, Yesus masuk ke pintu gerbang Kota Yerusalem dengan naik keledai dan diiringi para rasulnya kemudian ribuan pendukung mengelu-elukannya dengan melambai-lambaikan daun palma dan berteriak "Hosana!". Tapi sayang sekali Yesus mengalami permusuhan dengan para tokoh Agama Yahudi. Puncak permusuhan Yesus dengan para tokoh agama Yahudi adalah ketika Yesus marah di Bait Allah yang dijadikan tempat berdagang. Merasa kedudukannya semakin terancam oleh Yesus, Kayafas mengumpulkan para tokoh agama, berniat menyingkirkan Yesus. Para tokoh agama merasa kesulitan untuk membunuh Yesus dengan tangannya sendiri karena Yesus punya ribuan pengikut. Akhirnya disepakati cara yang licik yaitu Yesus akan dibunuh melalui penguasa saat itu yaitu orang Romawi. Kemudian Yesus dibawa ke Mahkamah agama Yahudi untuk diadili dan Petrus rupanya masih memegang janjinya, disaat Rasul-rasul lainnya lari ketakutan, Petrus masih mengikuti Yesus sampai ke Gedung Mahkamah Agama bahkan mencoba masuk tetapi bisa dicegah oleh anak buah Kayafas. Tapi akhirnya keberanian Petrus luntur juga karena tiga kali ada yang mengenali Petrus sebagai murid Yesus tetapi 3 kali juga Petrus membantahnya, setelah itu berkokoklah ayam maka menangislah Petrus karena ingat bahwa Yesus sudah menduga bahwa Petrus akan menyangkalnya sebanyak 3 kali sebelum ayam jantan berkokok. Rupanya Yudas Iskariot juga ada disana. Tapi saat itu Yudas sangat menyesal telah menghianati gurunya maka ia melemparkan uang pemberian Kayafas ke gedung Mahkamah Agama kemudian pergi ke bukit untuk bunuh diri. Setelah menyatakan Yesus bersalah dan harus dihukum mati di Mahkamah Agama, para tokoh agama Yahudi membawa Yesus ke gubernur Romawi yang berkuasa saat itu yaitu Ponsius Pilatus. Para tokoh agama Yahudi meminta Ponsius Pilatus menghukum mati Yesus dengan tuduhan palsu yaitu Yesus akan melakukan pemberontakan untuk menjadi Raja Orang Yahudi.

Setelah Yesus disiksa dan meninggal, terjadi gempa besar yang membuat Bait Allah terbelah. Setelah itu, jenazah Yesus dimakamkan dengan layak karena ada seorang pengikut Yesus bernama Yusuf dari Arimatea memberi uang yang cukup banyak kepada Ponsius Pilatus agar ia bisa mengambil jenazah Yesus. Yesus dimakamkan di makam yang dibeli oleh Yusuf dari Arimatea. Makam Yesus berbentuk seperti gua dan di pintunya ditutup dengan batu besar. Tiga hari setelah kematian Yesus, salah satu pengikut Yesus, Maria Magdalena berziarah ke makam Yesus. Betapa terkejutnya Maria Magdalena karena melihat batu besar penutup makam Yesus telah terguling. Rupanya Yesus menepati janjinya, pada hari ke-tiga bangkit dari antara orang mati dan menjadi Mesias, menyelamatkan manusia dari belenggu dosa dan siksa api neraka.

Diogo Morgado telah mengilhami tagar #HotJesus di media sosial Twitter karena memerankan Yesus dalam Son of God. Akibatnya orang-orang bertanya-tanya, mengapa Yesus digambarkan seksi? Bagaimana sebenarnya sosok Yesus? Wartawan CNN dan Guru Besar Alkitab mengungkapkan opini mereka dari sisi masing-masing.

Sejak diputar pada 28 Februari 2014, film yang diambil dari miniseri History Channel berjudul The Bible ini dengan cepat populer. Sebelum diputar, 500 ribu tiket ludes terjual. Diogo Morgado, warga Portugal, disorot karena menggambarkan tokoh ilahi sebagai pribadi yang memiliki fisik sempurna.

Dalam cerdas editor CNN, Carol Costello mengangkat isu mengapa tokoh ilahi yang menjelma masuk sejarah harus digambarkan sebagai pribadi tampan dan berfisik sempurna.

Costello menulis, “Kita benar-benar tidak tahu perawakan Yesus. Yang kita tahu adalah dia seorang tukang kayu. Bisa jadi, Yesus memiliki fisik sempurna. Tapi, saya tidak mengira bahwa ketika Natanael bertanya, ‘Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?’ dan Filipus menjawab, ‘Mari dan lihatlah,’ (Yoh. 1:45-46) mereka berbicara membincangkan perawakan Yesus secara fisik.”

Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, aktor Diogo Morgado menyarankan, bahwa meskipun penampilannya tidak harus menjadi fokus, hal itu mungkin membuat Yesus “lebih menarik” bagi khalayak luas.

Penampilan Morgado pasti akan menguji kesabaran sejarawan yang mengatakan bahwa Yesus, sebagai seorang Yahudi dari Palestina abad pertama, mungkin berkulit lebih gelap daripada wajah Morgado yang mengilhami tagar #hotjesus.

“Ini pujian, jelas,” kata Morgado, “tapi saya tidak ingin hal itu menjauhkan kita dari tujuan yang hendak kami capai. Cerita terbaik adalah cerita yang sampai ke kebanyakan orang. Jika pesan Yesus adalah cinta, harapan dan kasih sayang, dan saya dapat membawa lebih banyak orang dengan menjadi Yesus yang lebih menarik, saya senang dengan itu.”

Mungkin Yesus tidak perlu menjadi ‘seksi’ agar orang-orang berhubungan dengan kisahnya. Tetapi, pengguna Twitter tetap menggunakan #HotJesus.

Seksualitas Yesus

Amerika telah lama terobsesi dengan tubuh Yesus. Sepuluh tahun lalu, The Passion of the Christ meraup lebih dari US$ 300 juta (Rp 3,6 triliun) saat orang Amerika menyaksikan kulitnya dicambuk, alisnya ditusuk dengan duri, dan tubuhnya rusak di kayu salib. Sekarang dengan Son of God, Twitter dan media berita outlet telah berdengung tentang # hotjesus. Edward J. Blum, Guru Besar Sejarah di San Diego State University ini juga mengomentari obsesi rakyat Amerika terhadap fisik dan seksualitas Yesus ini.

Saat Passion of the Christ mengikuti genre film horor, Son of God secara sinematik mengarah ke film roman. Rambut Morgado yang diterpa angin saat ia berkhotbah. Kicau burung kadang terdengar. Karakter di latar dan benda-benda bergerak lambat. Kristus berperan pusat kasih. Para produsen, pada kenyataannya, telah menyebutnya sebagai love story.

Beberapa adegan tampak seolah-olah secara mengikuti film-film roman sebelumnya. Ketika Yesus berjalan di atas air dan mengundang Petrus untuk bergabung dengannya, hujan lebat meliputi mereka. Yesus membentang lengan dan tangannya dan dua orang itu saling mendekat dengan cara menyerupai adegan ikonik The Notebook. Di dalam The Notebook pasangan yang sedang jatuh cinta berbasah-basah ketika mereka bergerak untuk saling merangkul.

Saat lain menunjukkan keintiman maskulin adalah ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Setelah memasuki makam, Yesus membelai jenazah Lazarus telentang di atas batu. Yesus berdiri di belakang kepalanya dan menciumnya. Pada saat itu mata Lazarus terbuka dan melihat Kristus. Terlihat klimaks.

Keintiman Kristus dengan pengikut laki-lakinya baik dan tulus. Pada beberapa kesempatan, ia menempatkan tangannya di wajah mereka dan menunjukkan perhatian kepada mereka. Bahkan sebelum Yudas mengkhianatinya, Yesus menepuk wajahnya dengan lembut. Para rasul berpegangan tangan dan berjalan bergandengan tangan.

Bahkan jalan penyaliban pun berisi adegan yang menggambarkan kedekatan antar-laki-laki. Ketika Yesus jatuh karena memanggul salib, Simon Kirene dipaksa membantu. Mereka menatap satu sama lain beberapa kali sebelum mereka berpisah, Yesus meletakkan tangannya ke tubuh Simon dengan sikap penuh afeksi. Mirip kisah akhir Titanic yang memperlihatkan Rose yang akhirnya tidak bisa bertahan untuk memegang Jack.

Blum mencatat bahwa adegan-adegan romantis Yesus dalam Son of God tidak hanya penting untuk tahu hal-hal yang ia tekankan, tetapi juga untuk apa yang ia abaikan. Tidak ada adegan Maria Magdalena secara eksplisit dari sisi seksual. Dia disamakan dengan perempuan berzina yang hampir dirajam seperti secara keliru digambarkan dalam film-film lainnya. Dia tidak membasuh kaki Kristus dengan minyak narwastu, sebuah adegan yang sangat sensual dalam film seperti Jesus Christ Superstar. Bahkan, Maria Magdalena digambarkan sekadar salah satu murid. Yesus menganggap dirinya tidak berbeda dari yang lain, kecuali dia tidak menyentuhnya dengan tanda-tanda keintiman.

Blum mengungkapkan bahwa ia tidak berusaha menunjukkan bahwa Son of God menggambarkan Yesus sebagai gay atau bahwa perilaku homo-sosial sama dengan aktivitas seksual. Namun, dalam upaya untuk menggambarkan Yesus sebagai manusia pada tingkat tertentu, Son of God berjuang dengan masalah yang sama bahwa para teolog, guru sekolah Minggu, dan pembuat film lain. Pakar studi agama, Anthony Pinn telah mengklaim bahwa itu tidak cukup hanya untuk menegaskan “Yesus memiliki penis” sebagai bukti kemanusiaannya. Pertanyaan selanjutnya adalah “Apa yang dilakukan dengan itu”. “Dengan laki-laki atau dengan perempuan”. Suka atau tidak, ini adalah jenis pertanyaan orang Amerika.

Seksualitas Yesus dan cara pengikutnya berinteraksi intim dengan dia telah lama memainkan peran dalam kehidupan Kristen di Amerika. Selama periode sejarah kolonial Amerika, kaum Moravia dan keturunan Afrika Amerika dan Indian mengonversi obsesi “sisi lubang” berdarah dari Kristus yang disalibkan. Musik dan doa-doa mereka ditandai dengan lubang mirip dengan vagina yang mengalirkan darah yang memberi hidup.

Kemudian, selama abad ke-19 dan ke-20, seniman Amerika menggambarkan Yesus yang mereka harapkan akan mengungkapkan sifat manusia dan surgawi-Nya. Karena “agama” sering dikodekan sebagai “perempuan”, meskipun, hal ini menyebabkan gambar Yesus yang tampak sangat feminin untuk pemirsa. Rambut panjang menjadi perhatian konstan. Bahkan lukisan yang menggambarkan wajah Yesus karya Warner Sallman, salah satu karya seni yang paling dikenal di Amerika, membuat satu pendeta khawatir itu mendorong perilaku toleran terhadap homoseksual di dalam jemaat.

Baru-baru ini, perhatian tentang seks dan Yesus telah memasuki rutinitas komedi mainstream. Komedian Samantha Bee memulai autobiografinya dengan membahas kisah cinta pra-remaja dengan Yesus. Dia membayangkan apa namanya ketika ia dan Yesus menikah, “Samantha Kristus, Ny Yesus Kristus, Anak Domba Allah, Ny Samantha H. Kristus.” Dia membayangkan tubuh Yesus, “Dia mengenakan jubah sepanjang waktu, tetapi Anda tahu Yesus memiliki pantat yang besar dan bisa melepas celana jins dan sepatu bot koboi usangnya, bahkan jika Anda tidak yakin mengapa Anda menginginkan itu.” Film Hamlet 2 menampilkan lagu dan tarian “Rock Me Sexy Jesus”. Dalam blue jeans dan T-shirt ketat, Yesus menari bak Elvis Presley saat berperan dalam film Grease.

Son of God tidak mencoba untuk menjadi konyol. Film ini berusaha serius, tapi bahkan tidak dapat menghindari dilema menggambarkan kehidupan Yesus terpisah dari masalah keintiman dan seksualitas. Kebanyakan yang menonton film ini mungkin sangat peduli tentang pernikahan dan seksualitas. Pemirsa ini percaya kepada Yesus, dan mereka melihat untuk meminta bimbingan.

Namun Blum mengingatkan bahwa ketika datang kepada Yesus, ada banyak bimbingan kecuali tentang isu-isu keintiman dan seksualitas. Untuk iman yang terobsesi dengan pernikahan, Yesus tidak pernah menikah (setidaknya pernikahan itu tidak disebutkan dalam kitab-kitab Injil kanonik). Untuk iman yang berkaitan dengan keintiman sesama jenis, Yesus memiliki seorang murid laki-laki yang ia “kasihi”. Mereka yang mencari kepastian tidak akan menemukannya dalam pengajaran dan kisah tentang Yesus. Apa yang mereka akan temukan dalam film seperti Son of God adalah kisah ikatan laki-laki yang menyebabkan sebuah revolusi agama.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "In 'Son of God,' the Bible told in low-budget, Hollywood style". The Washington Times. washingtontimes.com. Diakses tanggal April 1, 2014. 
  2. ^ "Son of God (2014)". Box Office Mojo. Diakses tanggal November 29, 2014. 
  3. ^ Saba Hamedy (December 11, 2014). "'Exodus: Gods and Kings' expected to champion box office". Los Angeles Times. Diakses tanggal December 12, 2014. 
  4. ^ Littleton, Cynthia (September 12, 2013). "'The Bible' Producers Resurrect Jesus for Expanded 'Son of God' Film". Variety. 
  5. ^ Kits, Borys (September 12, 2013). "20th Century Fox to Distribute Jesus Christ Movie 'Son of God'". The Hollywood Reporter. 
  6. ^ "'Bible' Producers Cut Satan Scenes From 'Son of God' Following Obama Controversy (Video)". The Hollywood Reporter. February 17, 2014. Diakses tanggal May 26, 2014. 
  7. ^ "Anyone else think the Devil in #TheBible Sunday on HIstory Channel looks exactly like That Guy?". @glennbeck. Twitter. Diakses tanggal February 28, 2014. 
  8. ^ "Why does the devil in 'The Bible' look exactly like President Obama?". Daily Mail. February 28, 2014. Diakses tanggal April 16, 2013. 
  9. ^ Subers, Ray (February 28, 2014). "Forecast: 'Non-Stop,' 'Son of God' to End 'LEGO's Reign This Weekend". Box Office Mojo. Amazon.com. Diakses tanggal February 28, 2014. 
  10. ^ "Box Office: 'Non-Stop' Soars To $30M, 'Son Of God' Earns $26.5M, 'Frozen' Crosses $1B". Forbes. February 3, 2014. Diakses tanggal May 26, 2014.