Proliferasi nuklir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Senjata nuklir
One of the first nuclear bombs.
Sejarah senjata nuklir
Perang nuklir
Perlombaan nuklir
Disain senjata / uji coba
Ledakan nuklir
Sistem pengiriman
Espionase nuklir
Proliferasi
Negara
Negara dengan senjata nuklir

AS · Rusia · Britania Raya · Prancis
Tiongkok · India · Pakistan
Israel · Korea Utara

Proliferasi nuklir adalah penyebaran senjata nuklir, material fisi, serta teknologi dan informasi nuklir yang dapat diterapkan untuk membuat senjata kepada negara-negara yang tidak diakui sebagai "Negara Senjata Nuklir" oleh Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir, yang umumnya dikenal dengan Perjanjian Nonproliferasi atau NPT. Proliferasi nuklir ditentang oleh banyak negara yang memiliki atau tanpa senjata nuklir, karena pemerintah khawatir bahwa dengan lebih banyaknya negara yang memiliki senjata nuklir, maka akan meningkatkan kemungkinan perang nuklir, destabilisasi hubungan internasional atau regional, dan melanggar kedaulatan nasional negara bangsa.

Empat negara selain lima Negara Senjata Nuklir yang diakui telah memiliki, atau dianggap telah memiliki, senjata nuklir, yakni India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel. Tidak satu pun dari keempat negara ini adalah anggota NPT, meskipun Korea Utara bergabung dengan NPT pada tahun 1985, kemudian menarik diri pada tahun 2003 dan melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006.[1] NPT sendiri dikritik karena perjanjian tersebut bersifat diskriminatif, hanya negara-negara yang melakukan uji coba senjata nuklir sebelum tahun 1968 yang diakui sebagai negara senjata nuklir, sedangkan semua negara lainnya diperlakukan sebagai negara nonsenjata nuklir, yang hanya boleh bergabung dengan NPT jika mereka berjanji akan menghapus senjata nuklir.[2]

Riset dan pengembangan senjata nuklir awalnya dilakukan saat Perang Dunia II oleh Amerika Serikat (bersama Britania Raya dan Kanada), Jerman, Jepang, dan Uni Soviet. Amerika Serikat adalah negara pertama dan satu-satunya negara yang menggunakan senjata nuklir dalam peperangan, ketika ia menyerang Jepang dengan dua bom atom pada bulan Agustus 1945. Setelah menyerah dan perang berakhir, Jerman dan Jepang tidak lagi terlibat dalam penelitian senjata nuklir. Pada bulan Agustus 1949, Uni Soviet menguji senjata nuklirnya, menjadi negara kedua yang meledakkan bom nuklir.[3] Britania Raya pertama kali menguji coba senjata nuklirnya pada bulan Oktober 1952. Prancis pertama kali menguji senjata nuklir pada tahun 1960. Tiongkok meledakkan senjata nuklir pertamanya pada tahun 1964. India melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 1974, yang kemudian mendorong Pakistan untuk mengembangkan senjata nuklirnya sendiri, dan ketika India melakukan uji coba nuklir kedua pada tahun 1998, Pakistan mengikutinya dengan melakukan serangkaian uji coba nuklirya sendiri. Pada tahun 2006, Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Strong sign of North Korean nuclear test as regime calls 6 May party congress". The Guardian. 27 April 2016. 
  2. ^ Tannenwald, Nina (2013). "Justice and Fairness in the Nuclear Nonproliferation Regime" (PDF). Ethics and International Affairs. 27 (3): 299–315. doi:10.1017/S0892679413000221. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-06-12 – via Carnegie Council for Ethics in International Affairs. 
  3. ^ Nash, Gary B., Julie Roy Jeffrey, John R. Howe, Peter J. Frederick, Allen F. Davis, Allan M. Winkler, Charlene Mires, and Carla Gardina Pestana. The American People, Concise Edition Creating a Nation and a Society, Combined Volume (6th Edition). New York: Longman, 2007.

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Bas, Muhammet A., and Andrew J. Coe. "A dynamic theory of nuclear proliferation and preventive war." International Organization 70.4 (2016): 655-685 online.
  • Cimbala, Stephen J. "Nuclear proliferation in the twenty-first century: realism, rationality, or uncertainty?." Strategic Studies Quarterly 11.1 (2017): 129–146. online
  • Cohen, Michael D., and Aaron Rapport. "Strategic surprise, nuclear proliferation and US foreign policy." European Journal of International Relations 26.2 (2020): 344-371 online.
  • Dunn, Lewis A., and William H. Overholt. "The next phase in nuclear proliferation research." Asia's Nuclear Future/h (Routledge, 2019) pp. 1–33.
  • Lanoszka, Alexander. "Nuclear proliferation and nonproliferation among soviet allies." Journal of Global Security Studies 3.2 (2018): 217-233 online.
  • Lanoszka, Alexander. Atomic Assurance: The Alliance Politics of Nuclear Proliferation. (Cornell University Press, 2018); case studies of West Germany, Japan, and South Korea.
  • Lavoy, Peter, ed. Nuclear Weapons Proliferation in the next decade (Routledge, 2020).
  • Narang, Vipin. "Strategies of nuclear proliferation: How states pursue the bomb." International Security 41.3 (2017): 110-150 online.
  • Narang, Vipin. 2022. Seeking the Bomb: Strategies of Nuclear Proliferation. Princeton University Press.
  • Rezaei, Farhad. "The American response to Pakistani and Iranian nuclear proliferation: a study in paradox." Asian Affairs 48.1 (2017): 27-50 online[pranala nonaktif].
  • Sagan, Scott. 2011. "The Causes of Nuclear Weapons Proliferation." Annual Review of Political Science.
  • Smetana, Michal. Nuclear Deviance: Stigma Politics and the Rules of the Nonproliferation Game ( Palgrave Macmillan, 2020). ISBN 978-3-030-24224-4 online H-DIPLO review

Pranala luar[sunting | sunting sumber]