Piramida bertingkat
Piramida bertingkat (step pyramid, stepped pyramid) adalah Piramida yang memanfaatkan pijakan rata yang terus menaik dari tanah ke atas untuk mencapai bentuk yang mirip dengan piramida geometrik. Piramida bertingkat adalah struktur yang menjadi karakter dari beberapa kebudayaan di dalam sejarah, di berbagai lokasi di seluruh dunia. Piramida ini umumnya besar dan terbuat dari beberapa lapis batu. Istilah ini merujuk pada berbagai piramida yang memiliki bentuk sama yang muncul secara terpisah antara satu dengan yang lainnya, karena tidak ditemukan bukti terciptanya hubungan antara peradaban yang membangun piramida-piramida tersebut.
Mesopotamia
[sunting | sunting sumber]Ziggurat adalah monumen religius berukuran besar yang dibangun di lembah Mesopotamia dan barat Dataran Tinggi Iran pada zaman kuno, memiliki bentuk piramida berteras bertingkat yang terus menaik membentuk tingkat-tingkat. Diketahui terdapat 32 ziggurat di dan dekat Mesoptamia. Sebanyak 28 di antaranya berada di Irak, empat berada di Iran. Ziggurat yang terkenal meliputi Ziggurat Besar Ur dekat Nasiriyah, Irak, Ziggurat Aqar Quf dekat Baghdad, Irak, Chogha Zambil di Khuzestan, Iran, dan Tappeh Sialk di Kashan, Iran. Ziggurat dibangun oleh bangsa Sumeria, Babilonia, Elam, dan Assyria sebagai monumen untuk agama setempat. Pendahulu ziggurat kemungkinan adalah kuil yang ditopang di atas lantai yang ditinggikan atau teras yang diketahui berasal dari periode Ubaid[1] antara milenium ke-4 sebelum masehi dan abad ke-6 sebelum masehi. Ziggurat yang paling awal kemungkinan berasal dari Periode dinasti awal Sumeria.[2] Batu bata yang dikeringkan oleh matahari menjadi struktur inti dari ziggurat dengan lapisan luar adalah batu bata yang dibakar. Lapisan luar umumnya dilapisi oleh berbagai warna yang memiliki makna astrologi. Nama raja sering kali terukir di batu bata yang terlapisi tersebut.
Mesir Kuno
[sunting | sunting sumber]Piramida paling awal dari bangsa Mesir Kuno adalah piramida bertahap. Dibangun pada masa Dinasti Ketiga Mesir, arsitek Imhotep mendesain piramida bertahap ini sebagai makam firaun Djoser. Struktur Piramida Djoser disusun di atas serangkaian mastaba (bentuk awal dari makam) yang dibangun menumpuk di atas makam sebelumnya. Firaun berikutnya, seperti Sekhemkhet dan Khaba juga membangun struktur yang sama.
Pada Dinasti Keempat Mesir, bangsa Mesir membangun "piramida yang sebenarnya" dengan sisi yang mulus. Bentuk piramida seperti ini paling awal dibangun di Meidum, sebelumnya merupakan piramid bertingkat untuk firaun Sneferu. Sneferu lalu membangun piramida yang lain, Piramida Bent dan Piramida Merah di Dahshur yang merupakan piramida mulus pertama yang sejak awal dibangun dengan tujuan demikian.
Eropa
[sunting | sunting sumber]Piramida bertingkat terdapat di situs arkeologi Monte d'Accoddi di Sardinia, bertanggal milenium keempat sebelum masehi. Berupa lantai trapesoid di atas tumpukan tanah, membentuk jalan lintasan yang miring. Pada sautu waktu sebuah struktur persegi diletakkan di atasnya. Lantai yang paling dasar bertanggal Jaman Tembaga, dan terus ditinggikan hingga awal Jaman Perunggu, sekitar tahun 2000 sampai 1600 sebelum masehi. Di sekitar kaki dasar piramida terdapat batu yang berdiri, dan lempeng batu kapur, yang mungkin berfungsi sebagai altar.[3]
Mesoamerika
[sunting | sunting sumber]Peradaban Maya membangun piramida bertingkat hingga kedatangan Columbus. Piramida ini bisa ditemukan di kota-kota sekitar Yucatán, yang juga merupakan arsitektur Aztec dan Toltec. Dalam banyak kasus, piramida bertingkat yang sudah ada ditambahkan lagi tingkatnya sambil diperluas lantai-lantai di bawahnya, seperti Piramida Besar Cholula dan Piramida Besar Tenochtitlan.
Amerika Selatan
[sunting | sunting sumber]Piramida bertingkat juga ditemukan di arsitektur Amerika Selatan seperti di Kebudayaan Moche dan Kebudayaan Chavin
Amerika Utara
[sunting | sunting sumber]Terdapat beberapa bentuk piramida bertingkat di Amerika Utara, sering kali dikaitkan dengan tumpukan dan kompleks makam yang berada di Hutan Timur (berpusat di Amerika Utara bagian barat daya). Piramida bertingkat dibangun sebagai pusat kegiatan upacara kebudayaan Mississippi, antara 900 hingga 1500 setelah masehi. Struktur terbesar adalah Monk's Mound di Cahokia, Illinois.[4]
Indonesia
[sunting | sunting sumber]Di samping menhir, meja batu, dan patung batu, budaya megalitik Austronesia juga memiliki struktur serupa piramida bertingkat yang disebut dengan punden berundak. Punden berundak tidak sepenuhnya dapat disamakan dengan piramida, karena punden berundak lebih merupakan modifikasi bentang alam atau tata ruang. Contohnya dapat ditemukan di Pangguyangan, Cisolok, Sukabumi, dan Situs Gunung Padang, Jawa Barat. Gunung Padang adalah situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.[5] Konstruksi punden berundak mendasarkan pada kepercayaan bahwa gunung dan tempat tinggi lainnya merupakan persemayaman para leluhur.
Konsep punden berundak kemudian mempengaruhi bangunan-bangunan sejarah pada periode klasik dan Islam di Nusantara, akibatnya dapat ditemukan bangunan memiliki struktur seperti piramida bertingkat. Hal ini dapat ditemukan pada desain dasar untuk monumen Buddha Borobudur di Jawa Tengah. Borobudur adalah mandala yang ditempatkan pada struktur punden berundak. Hal ini kontras dengan Prambanan, bangunan sezaman namun mencerminkan arsitektur yang "diimpor" dari India. Bangunan-bangunan dari periode akhir Majapahit juga menunjukkan elemen punden berundak, seperti pada Candi Sukuh dan Candi Ceta di Jawa Tengah. Candi Sukuh memiliki piramida bertingkat pada bagian tertinggi punden berundak.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Crawford, halaman 73
- ^ Crawford, halaman 73-74
- ^ Blake, Emma (2004). The archaeology of Mediterranean prehistory. Wiley Blackwell. hlm. 117. ISBN 978-0-631-23268-1. Diakses tanggal 31 August 2011.
- ^ Warren King Morehead, The Cahokia mounds: with 16 plates; a preliminary paper, The University of Illinois, 1922
- ^ Faqihah Muharroroh Itsnaini (23 September 2022). Anggara Wikan Prasetya, ed. "Gunung Padang di Cianjur, Punya Situs Megalitikum Terbesar di Asia Tenggara". KOMPAS.
Bahan bacaan terkait
[sunting | sunting sumber]- Harriet Crawford, Sumer and the Sumerians, Cambridge University Press, (New York 1993), ISBN 0-521-38850-3.