Lompat ke isi

Perang Saudara Romawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Saudara Romawi adalah serangkaian konflik bersenjata yang terjadi di dalam Kekaisaran Romawi antara abad ke-1 SM hingga abad ke-4 M. Konflik ini melibatkan berbagai faksi yang berusaha memperebutkan kekuasaan di Roma. Beberapa perang saudara ini terjadi akibat ketidakstabilan politik, ambisi pribadi, dan perbedaan pandangan mengenai cara terbaik untuk mengelola kekaisaran yang luas. Perang-perang ini tidak hanya mempengaruhi struktur politik Romawi tetapi juga membawa perubahan sosial, ekonomi, dan militer yang signifikan.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Sejarah Republik Romawi diwarnai dengan konflik internal dan ketegangan yang berkembang dari waktu ke waktu. Selama abad ke-2 dan ke-1 SM, Republik Romawi mengalami sejumlah krisis yang menyebabkan ketidakstabilan. Salah satu pemicunya adalah pertentangan antara kaum optimates (kaum bangsawan konservatif) dan populares (kaum yang mendukung reformasi untuk rakyat). Faktor-faktor ini diperburuk oleh ambisi pribadi para jenderal dan politisi yang kuat, yang berusaha menggunakan tentara pribadi mereka untuk mendapatkan kekuasaan di Roma.

Perang Saudara Pertama (88-82 SM)

[sunting | sunting sumber]

Perang Saudara Romawi pertama terjadi antara Gaius Marius dan Lucius Cornelius Sulla. Perang ini dimulai pada tahun 88 SM, ketika Sulla, seorang jenderal dan bangsawan Romawi, diberi komando atas perang melawan Mithridates VI dari Pontus. Namun, Marius, seorang jenderal yang lebih tua dan veteran yang sangat dihormati, berhasil memanipulasi politik Roma untuk merebut komando dari Sulla. Sulla merespons dengan berbaris ke Roma bersama tentaranya, memulai perang saudara pertama dalam sejarah Romawi.

Sulla akhirnya menang, dan dia melancarkan serangkaian reformasi yang dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan senat dan mencegah kebangkitan kembali kekuatan populares. Perang ini berakhir dengan kemenangan Sulla pada tahun 82 SM, yang kemudian menjadi diktator Roma. Namun, pemerintahan Sulla yang brutal dan tirani meninggalkan luka dalam politik Romawi yang tidak pernah sembuh.

Perang Saudara Julius Caesar (49-45 SM)

[sunting | sunting sumber]

Perang Saudara Romawi yang paling terkenal adalah konflik antara Julius Caesar dan Pompey. Perang ini dimulai pada tahun 49 SM ketika Caesar, setelah mengalahkan Gaul, kembali ke Italia dan menyeberangi Sungai Rubicon dengan legiun-nya, sebuah tindakan yang secara efektif mendeklarasikan perang terhadap Senat Romawi yang dipimpin oleh Pompey.

Setelah pertempuran yang sengit, Caesar berhasil mengalahkan Pompey dalam Pertempuran Farsalos pada tahun 48 SM. Pompey melarikan diri ke Mesir, di mana ia dibunuh. Setelah itu, Caesar menjadi penguasa tunggal Roma dan akhirnya dinyatakan sebagai diktator seumur hidup. Namun, pemerintahan Caesar berakhir dengan pembunuhannya pada tahun 44 SM, yang memicu perang saudara baru.

Perang Saudara Romawi Kedua (43-42 SM)

[sunting | sunting sumber]

Setelah kematian Julius Caesar, Roma kembali terjerumus dalam kekacauan. Perang Saudara Romawi kedua melibatkan koalisi yang dibentuk oleh Mark Antony, Octavianus (kemudian menjadi Augustus), dan Lepidus melawan pembunuh Caesar, yaitu Brutus dan Cassius. Koalisi ini, yang dikenal sebagai Triumvirat Kedua, berhasil mengalahkan Brutus dan Cassius dalam Pertempuran Philippi pada tahun 42 SM.

Namun, kedamaian yang didirikan oleh Triumvirat ini tidak berlangsung lama. Ketegangan antara Octavianus dan Mark Antony meningkat, terutama setelah Antony menjalin hubungan dengan Cleopatra VII dari Mesir. Ini mengarah pada perang saudara terakhir yang akan menentukan nasib Roma.

Perang Saudara Actium (31 SM)

[sunting | sunting sumber]

Perang Saudara Actium adalah konflik terakhir dalam rangkaian perang saudara di Roma Kuno, yang berakhir dengan kemenangan Octavianus atas Mark Antony dan Cleopatra. Pertempuran penentu terjadi di Actium, Yunani, pada tahun 31 SM, di mana pasukan laut Octavianus menghancurkan armada Antony. Antony dan Cleopatra kemudian melarikan diri ke Mesir, di mana mereka akhirnya bunuh diri.

Setelah kemenangan ini, Octavianus menjadi penguasa tunggal Roma dan menerima gelar Augustus, yang menandai berakhirnya Republik Romawi dan dimulainya Kekaisaran Romawi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Kohn, George Childs, 'Dictionary of Wars, Revised Edition' (Checkmark Books, New York, 1999)