Lompat ke isi

Pembuatan keju

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia.[1] Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan").[1] Faktor lain misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses pemanasan susu.[1] Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju.[2]

Pengasaman

[sunting | sunting sumber]

Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan baik.[2] Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan mengubahnya menjadi asam laktat.[2] Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih.[2]

Pengentalan

[sunting | sunting sumber]

Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih).[3] Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih tersebut dibuang.[2] Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran.[3] Semakin halus dadih tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju yang lebih keras.[3]

Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi dadih.[3] Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi tingkat kepadatan keju.[3] Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam, tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut.[3]

Sebagian besar keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya.[3] Namun zaman dahulu ketika keju masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting pohon ara digunakan sebagai pengganti rennet.[3]

Pengolahan dadih

[sunting | sunting sumber]

Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya berbeda-beda.[2] Beberapa keju lunak dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan.[2] Sebaliknya pada keju-keju lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih.[2] Semakin kecil potongan dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.[2]

Persiapan sebelum pematangan

[sunting | sunting sumber]

Pencetakan

[sunting | sunting sumber]

Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan dicetak.[3] Untuk keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang ke dalam cetakan. Untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki menggunakan bantuan sehelai kain.[3] Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.[3]

Penekanan

[sunting | sunting sumber]

Keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.[3] Untuk keju lunak, penekanan biasanya tidak dilakukan karena berat dari keju tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih.[3] Begitupun halnya dengan keju iris, berat dari keju tersebut menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan.[3] Meskipun demikian, sebagian besar keju melewati proses penekanan. Waktu dan intensitas penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.[3]

Pengasinan

[sunting | sunting sumber]

Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak terasa tawar.[3] Keju dapat diasinkan dengan empat cara yang berbeda.[2] Bagi beberapa keju, garam ditambahkan langsung ke dalam dadih.[2] Cara yang kedua adalah dengan menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian kulit keju.[2] Hal ini menyebabkan kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat.[2] Beberapa keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air garam.[2] Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari.[3] Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju dengan larutan garam.[2] Selain memberikan rasa, garam juga membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.[3]

Pematangan

[sunting | sunting sumber]

Pematangan (ripening) adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi keju yang penuh dengan rasa.[4] Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur tertentu yang digunakan pada proses produksi.[4] Karakter akhir dari keju banyak ditentukan dari jenis pematangannya.[4] Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan.[2] Waktu pematangan ini bervariasi mulai dari beberapa hari untuk keju lunak hingga beberapa Minggu untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.[2]

Teknik khusus

[sunting | sunting sumber]

Beberapa teknik dapat dilakukan sebelum proses pematangan untuk memengaruhi tekstur dan rasa akhir keju:

Peregangan (Stretching)

[sunting | sunting sumber]

Dadih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk menghasilkan tekstur yang berserabut.[5] Contoh keju yang melewati proses ini adalah keju Mozzarella dan Provolone.[5]

Cheddaring

[sunting | sunting sumber]

Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk menghilangkan kelembaban.[5] Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang cukup lama.[5] Contoh keju yang mengalami proses ini adalahkeju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.

Pencucian

[sunting | sunting sumber]

Dadih dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat keasamannya dan menjadikannya keju yang rasanya lembut.[5] Contoh keju melewati proses pencucian adalah keju Edam, Gouda, dan Colby.

Pembakaran

[sunting | sunting sumber]

Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu 35 °C(95 °F)-56 °C(133 °F) yang kemudian mengakibatkan butiran dadih kehilangan air dan membuat keju menjadi lebih keras teksturnya.[3] Proses ini sering disebut dengan istilah pembakaran (burning).[3] Contoh keju yang dipanaskan ulang adalah Emmental, Appenzell dan Gruyère.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c (Inggris) Ryan, Nancy Ross (2007). Cheese. Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Inggris) Encyclopedia of Food & Culture: Cheese Diarsipkan 2010-05-14 di Wayback Machine., eNotes. Diakses pada 21 April 2010.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Inggris) Dumont's Lexicon of Cheese. Rebo International b.v., Lisse, The Netherlands. 2004. ISBN 978-90-366-1689-8.  Page 14-18.
  4. ^ a b c (Inggris) Gisslen, Wayne (2007). Professional Cooking. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-471-66376-8.  Page 811.
  5. ^ a b c d e (Inggris) Cheese Making Diarsipkan 2010-06-28 di Wayback Machine., Cheese Wine Shop. Diakses pada 21 April 2010.