Notosukardjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Notosukardjo (terkadang disebut sebagai Notosukardjo a/l Sukardjo) (Aksara Jawa = ꦤꦺꦴꦠꦺꦴꦱꦸꦏꦂꦗꦺꦴ, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, 15 Desember 1923-1990/1991 ?) adalah mantan Anggota DPR /MPR RI pada era Orde Baru (hasil Pemilihan Umum 1971 hingga 1987) yang pernah menjadi Anggota DPR RI pada era Orde Lama (hasil Pemilihan umum 1955).[1] Selain itu, ia juga dikenal aktif di kegiatan organisasi penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.[2][3] Selain sebagai politikus, Ia juga dikenal sebagai salah satu perintis Universitas Janabadra yang ada di Kota Yogyakarta.[4] Kini namanya diabadikan sebagai salah satu ruas jalan yang ada di Ngaglik, Sleman.[5]

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Ia adalah politikus dari Partai Nasional Indonesia (dari unsur underbouw pertanian yaitu Petani) dan Partai Demokrasi Indonesia.[6][7] Sebelum menjadi politikus, Ia pernah menjadi lurah di Donoharjo, Ngaglik, Sleman sekaligus ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia bersama dengan (alm) dr. Poestika Sastroamidjojo, Sp.PD-Sp.JP atau Poestika Kusuma Sujana (istri dari M.S.A Sastroamidjojo dan ibu dari Sastrawan Seno Gumira Ajidarma) selain ikut mengurus Tentara Pelajar (Pelajar Pejuang Kemerdekaan) pimpinan Radius Prawiro.[8][9]

Pasca Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Saat peralihan kekuasaan di Indonesia (pasca G 30 S), Ia pernah menjadi wakil dari PNI untuk memperbincangkan serta memberikan pandangannya terkait masalah ekonomi, keuangan dan industri (ekuin) bersama dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada sidang bersama Menteri Ekuin per tanggal 10 Juli 1967.[10]

DPR RI[sunting | sunting sumber]

Selama di DPR RI, Ia pernah berbicara mewakili Fraksi PDI untuk memberikan pemandangan umum mini dalam Pembicaraan Tingkat III RUU tentang Organisasi Kemasyarakatan pada tanggal 22 April 1985.[11] Seusai Pemilihan umum 1987, sebenarnya ia memiliki peluang (kans) untuk terpilih kembali sebagai Anggota DPR RI periode 1987-1992. Akan tetapi, beliau lebih memilih untuk menyerahkan jabatannya kepada Soetardjo Soerjogoeritno dengan alasan regenerasi dan mematuhi kesepakatan DPP PDI saat itu yang melarang ketua DPD PDI merangkap jabatan sebagai anggota DPR serta anggota yang telah duduk di DPR RI sebanyak dua periode menduduki posisinya kembali.[12]

Kini rumah joglo miliknya yang berada di Tanjung, Donoharjo, Ngaglik, Sleman telah ditetapkan sebagai warisan budaya.[13][14]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Memperkenalkan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat hasil pemilihan umum 1971. Lembaga Pemilihan Umum. 1971. 
  2. ^ Esa, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha (2007-11-01). Himpunan Pitutur Luhur. Direktorat Jenderal Kebudayaan. ISBN 978-979-16071-7-9. 
  3. ^ Notosukarjo (1989). Pendalaman Budaya Spiritual diselenggarakan pada tanggal 7 s/d 9 Agustus 1989 di Yogyakarta: naskah Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa : Budi Rahayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Proyek Inventarisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
  4. ^ Jehamun, Philipus (2019-12-22). "Keluarga dan Kader PDI Perjuangan Nyekar ke Makam Eyang Noto Sukarjo". bernasnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-04. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "Pemerintah Kabupaten Sleman » Blog Archive » Masyarakat Abadikan Nama Mantan Lurah Donoharjo Sebagai Nama Jalan". Diakses tanggal 2021-01-04. 
  6. ^ Anderson, Benedict R. O'G. (Benedict Richard O'Gorman), 1936-2015. (2009). A preliminary analysis of the October 1, 1965 coup in Indonesia. McVey, Ruth Thomas. Jakarta: Equinox Publishing. ISBN 978-602-8397-52-0. OCLC 624374138. 
  7. ^ "Selected Documents Relating to the "September 30th Movement" and Its Epilogue". Indonesia (1): 131–204. 1966. doi:10.2307/3350789. ISSN 0019-7289. 
  8. ^ disparsleman (2017-11-02). "Monumen Kesehatan". Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-28. Diakses tanggal 2021-01-04. 
  9. ^ Umum, Indonesia Lembaga Pemilihan (1973). Riwajat hidup anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum 1971. Lembaga Pemilihan Umum. 
  10. ^ "PEMANDANGAN ANGGOTA DPRGR TENTANG EKU". HM Soeharto. 2016-09-27. Diakses tanggal 2021-04-28. 
  11. ^ Umum, Indonesia Lembaga Pemilihan (1988). Pemilihan umum 1987. Lembaga Pemilihan Umum. 
  12. ^ Administrator (1987-06-27). "Menjadi wakil rakyat itu ibadah". Tempo.co. Diakses tanggal 2021-04-28. 
  13. ^ "Lestarikan Bentuk Rumah sebagai Perwujudan Aset Budaya". gudeg.net. Diakses tanggal 2021-04-28. 
  14. ^ "Penghargaan Pelestari Cagar Budaya di Tahun 2004". budaya.jogjaprov.go.id. Diakses tanggal 2021-04-28.