Seno Gumira Ajidarma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seno Gumira Ajidarma
Seno, 2017
Seno, 2017
Lahir19 Juni 1958 (umur 65)
Boston, Amerika Serikat
Pekerjaan
  • Wartawan
  • penulis
  • fotografer
  • kritikus film Indonesia
KebangsaanIndonesia
Pendidikan
Penghargaan
  • 1987 – SEA Write Award
  • 1997 – Dinny O’Hearn Prize for Literary
  • 2005 – Khatulistiwa Literary Award
  • 2012 – Ahmad Bakrie Award [note 1]
PasanganIkke Susilowati [2]
AnakTimur Angin [2]
KerabatProf. Dr. M.S.A Sastroamidjojo (Ayah)
dr. Poestika Kusuma Sujana (ibu)[2]

Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum. (lahir 19 Juni 1958)[3] adalah penulis dan ilmuwan sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.

Ia juga terkenal karena menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu. Tulisannya tentang Timor Timur dituangkan dalam trilogi buku Saksi Mata (kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (roman), dan Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai).

Biografi[sunting | sunting sumber]

Seno Gumira Ajidarma adalah putra dari Prof. Dr. M.S.A Sastroamidjojo, seorang guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada.[4] Tapi, lain ayah, lain pula si anak. Seno Gumira Ajidarma bertolak belakang dengan pemikiran sang ayah.

Setelah lulus SMP, Seno tidak mau melanjutkan sekolah. Terpengaruh cerita petualangan Old Shatterhand di rimba suku Apache, karya pengarang asal Jerman Karl May, dia pun mengembara mencari pengalaman. Seperti di film-film: ceritanya seru, menyeberang sungai, naik kuda, dengan sepatu mocasin, sepatu model boot yang ada bulu-bulunya. Selama tiga bulan, ia mengembara di Jawa Barat, lalu ke Sumatra. Sampai akhirnya jadi buruh pabrik kerupuk di Medan. Karena kehabisan uang, dia meminta uang kepada ibunya. Tapi, ibunya mengirim tiket untuk pulang. Maka Seno pulang dan meneruskan sekolah.

Ketika SMA, ia sengaja memilih SMA Santo Thomas yang boleh tidak pakai seragam. Komunitas yang dipilih sesuai dengan jiwanya. Bukan teman-teman di lingkungan elite perumahan dosen Bulaksumur (UGM), rumah orang tuanya. Tapi, komunitas anak-anak jalanan yang suka tawuran dan ngebut di Malioboro. Dia juga ikut teater Alam pimpinan Azwar A.N selama dua tahun.

Karier[sunting | sunting sumber]

Tertarik puisi-puisi karya Remy Sylado di majalah Aktuil Bandung, Seno pun mengirimkan puisi-puisinya dan dimuat. Teman-teman Seno mengatakan Seno sebagai penyair kontemporer. Seno tertantang untuk mengirim puisinya ke majalah sastra Horison. Kemudian, Seno menulis cerpen dan esai tentang teater.

Pada usia 19 tahun, Seno bekerja sebagai wartawan, menikah, dan pada tahun itu juga Seno masuk Institut Kesenian Jakarta, jurusan sinematografi.[4]

Dia menjadi seniman karena terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara, hura-hura, nyentrik, rambut boleh gondrong.

Sampai saat ini, Seno telah menghasilkan puluhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), Dunia Sukab (2001), Sepotong Senja untuk Pacarku (2002), Negeri Senja (2003), Linguae (2007), Tiada Ojek di Paris (2015)[5], Aku Kesepian, Sayang, Datanglah Menjelang Kematian (2020). Karya lain berupa novel Matinya Seorang Penari Telanjang (2000). Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary, 1997. Dua cerpennya telah dibuat menjadi opera oleh komponis Ananda Sukarlan yaitu "Ibu, Yang Anaknya Diculik Itu" (menjadi sebuah monodrama yang dinyanyikan Aning Katamsi) dan "Clara" (diperdanakan oleh soprano Isyana Sarasvati dan para vokalis lain pemenang kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan 2013).

Pada tahun 2008, dia bersama Linda Christanty dan Kris Budiman, didapuk menjadi juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Kesibukan Seno sekarang adalah membaca, menulis, memotret, jalan-jalan, selain bekerja di Pusat Dokumentasi Jakarta-Jakarta.[6] Juga kini ia membuat komik. Baru saja ia membuat teater. Seno juga menjadi Rektor di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2016 sampai tahun 2020 dan menjadi dosen tetap di Fakultas Film dan Televisi IKJ juga Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Film[sunting | sunting sumber]

Tahun Judul Dikreditkan sebagai Keterangan
Penulis
2000 Sebuah Pertanyaan untuk Cinta Cerita
2014 Pendekar Tongkat Emas Skenario
2018 Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Skenario
2019 Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi Cerita dan skenario

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Seno Gumira menolak Bakrie Awards [1]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Tokoh Agustus 2012 Seno Gumira Ajidarma". 
  2. ^ a b c (Indonesia) Diakses tanggal 24 Desember 2011[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ (Indonesia) Ajidarma, Seno Gumira. Iblis tidak Pernah Mati. Yayasan Galang, 1999, Yogyakarta. Halaman 167. ISBN 979-95690-2-8.
  4. ^ a b (Indonesia) http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/seno.html Diarsipkan 2013-06-23 di Wayback Machine..
  5. ^ Ajidarma, Seno Gumira (2015). Tiada ojek di Paris (edisi ke-Cetakan I). Ujungberung, Bandung. ISBN 978-979-433-846-9. OCLC 907659447. 
  6. ^ (Indonesia) http://www.goodreads.com/author/show/512651.Seno_Gumira_Ajidarma.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]