Lompat ke isi

Negara-negara bawahan dan taklukan Kesultanan Utsmaniyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Negara-negara Vassal adalah sejumlah negara bawahan dan taklukan, biasanya di pinggiran Kekaisaran Ottoman di bawah suzerainty (kekuasaan) dari Porte (pemerintah pusat) Ottoman, di mana kontrol langsung tidak dilakukan, karena berbagai alasan.

Beberapa dari negara-negara ini berperan sebagai negara penyangga antara Ustmaniyah dan Kristen di Eropa atau Syi’ah di Asia.

Jumlah mereka bervariasi dari waktu ke waktu tapi yang terkemuka adalah Kekhanan Crimea, Wallachia, Moldavia, Transylvania.

Negara-negara lain seperti Bulgaria, Kerajaan Hungaria Timur, Kedespotan Serbia, dan Kerajaan Bosnia[butuh rujukan] merupakan vassal sebelum diserap seluruhnya atau sebagian kedalam Kekaisaran.

Yang lainnya memiliki nilai komersial seperti Imeretia, Mingrelia, Chios, Kadipaten Naxos, dan Republik Ragusa (Dubrovnik).

Tempat-tempat seperti kota-kota suci dan juga Siprus dan Zante yang merupakan daerah taklukan yang berasal dari Venesia tidak dikuasai sepenuhnya.

Akhirnya, beberapa area kecil seperti Montenegro/Zeta dan Gunung Lebanon tidak pantas untuk upaya penaklukan dan tidak sepenuhnya di bawah kendali pusat.

Kepangeranan Serbia kembali menjadi taklukan pada 1817, setelah menjadi begitu pada abad ke-15 menyusul jatuhnya Smederevo dan aneksasi kedalam Kekaisaran Ustmaniyah.

  • Beberapa negara dalam sistem eyalet termasuk sanjak yang dipimpin oleh sancakbey lokal (misalnya, Samtskhe, beberapa sanjak Kurdi), daerah-daerah yang diizinkan untuk memilih pemimpin mereka sendiri (misalnya, daerah-daerah Albania, Epirus, dan Morea (Mani Peninsula secara nominal adalah bagian dari Provinsi Kepulauan Aegean tapi bey-bey Maniot merupakan bawahan taklukan dari Porte (pemerintah pusat) Ustmaniyah.)), atau de facto eyalet-eyalet independen[butuh rujukan] (misalnya, kabupaten-kabupaten Barbaresque Algiers, Tunis, Tripolitania di Maghreb, dan kemudian Khedivate Mesir).
  • Diluar sistem eyalet adalah negara-negara seperti Moldavia, Wallachia and Transylvania yang membayar upeti kepada Ottoman dan di mana Porte memiliki hak untuk mencalonkan atau menggulingkan penguasa, hak garnisun, dan kontrol kebijakan luar negeri. Mereka dianggap oleh Otomans sebagai bagian dari Dar al-'Ahd, sehingga mereka diizinkan untuk mempertahankan pemerintahan sendiri, dan tidak berada di bawah hukum Islam.[1]
  • Beberapa negara seperti Ragusa membayar upeti untuk keseluruhan wilayah mereka dan mengakui suzerainty (kekuasaan) Ottoman.
  • Lainnya seperti sharif Mekah mengakui suzerainty Ottoman tapi disubsidi oleh Porte.
  • Selanjutnya pada periode penurunan Ottoman, beberapa negara yang memisahkan diri dari Kekaisaran Ottoman memiliki status negara vasal (misalnya mereka membayar upeti kepada Kekaisaran Ottoman), sebelum memperoleh kemerdekaan penuh. Namun mereka de facto independen, termasuk memiliki kebijakan luar negeri mereka sendiri dan militer independen mereka sendiri. Ini adalah kasus dengan kepangeranan-kepangeranan Serbia, Romania and Bulgaria.

Ada juga bawahan sekunder seperti Nogai Horde dan Circassia yang (setidaknya secara nominal) merupakan vasal (bawahan) khans Crimea, atau Berber dan Arab yang membayar upeti kepada beylerbey Afrika Utara, yang pada gilirannya menjadi vasal Ottoman dengan sendirinya.

Negara-negara lain membayar upeti untuk harta/kepunyaan mereka yang terikat pada Kekaisaran Ottoman tetapi tidak dimiliki oleh Ottoman seperti Habsburg untuk bagian dari Royal Hungaria atau Venesia untuk Zante.

Upeti lain dari kekuatan asing termasuk semacam "uang perlindungan" kadang-kadang disebut pajak horde (mirip dengan Danegeld) dibayar oleh Rusia atau Persemakmuran Polandia-Lithuania. Itu biasanya dibayarkan kepada khan Crimea bawahan Ottoman daripada sultan Ottoman secara langsung.

Daftar negara Sekutu, bawahan, otonomi dan taklukan Utsmaniyah

[sunting | sunting sumber]
Map showing some vassal states of the Ottoman Empire in 1683

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Romanian historian Florin Constantiniu points out that, on crossing into Wallachia, foreign travelers used to notice hearing church bells in every village, which were forbidden by Islamic law in the Ottoman empire. Constantiniu, Florin (2006). O istorie sinceră a poporului român (edisi ke-IV). Univers Enciclopedic Gold. hlm. 115–118. 
  2. ^ a b "An Historical Geography of the Ottoman Empire: From Earliest Times to the ... - Donald Edgar Pitcher - Google Boeken". Books.google.com. Diakses tanggal 2013-09-18. 
  3. ^ Constantinople 1453: the end of Byzantium[pranala nonaktif permanen] p.10
  4. ^ "The Tatar Khanate of Crimea". All Empires. Diakses tanggal 9 October 2010. 
  5. ^ "The European Tributary States of the Ottoman Empire in the Sixteenth and ... - Google Books". Books.google.com. 2013-06-20. Diakses tanggal 2013-09-18. 
  6. ^ Palabiyik, Hamit, Turkish Public Administration: From Tradition to the Modern Age, (Ankara, 2008), 84.
  7. ^ Ismail Hakki Goksoy. Ottoman-Aceh Relations According to the Turkish Sources (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-01-19. Diakses tanggal 2014-09-29. 
  8. ^ "The Thirty Years War: Europe's Tragedy - Peter Hamish Wilson - Google Books". Books.google.com. Diakses tanggal 2013-09-18. 
  9. ^ "Princes of Transylvania". Tacitus.nu. 2008-08-30. Diakses tanggal 2013-09-18.