Muhammad Seman
Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Muhammad Seman | |
---|---|
Pangeran Matseman Gusti Matseman | |
Berkuasa | 1862—1905 |
Pendahulu | Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin |
Penerus | Gusti Berakit |
Wangsa | Pagustian |
Ayah | Pangeran Antasari |
Ibu | Nyai Fatimah |
Permaisuri | 1. Nyai Salmah (ibu Ratu Zaleha) 2. Nyai Banun (ibu Pg. Banjarmas & Gusti Dijah) |
Anak | 1. ♂ Pangeran Banjarmas (anak Nyai Banun) 2. ♀ Goesti Dijah (anak Nyai Banun; isteri Pg. Perbatasari) |
Agama | Islam |
Sultan Muhammad Seman (bin almarhum Pangeran Antasari) adalah Sultan Banjar (Raja Kerajaan Kastapura) dalam pemerintahan pada masa 1862—1905 (versi lain 1875-1905).[2] Nama lahirnya Gusti Matseman. dilahirkan sekitar tahun 1897.[3] Ia adalah putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian (Kesultanan Banjar yang Baru) sebagai penerus Kesultanan Banjar yang telah dihapuskan Belanda. Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Banjar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan anak dari Pangeran Antasari dengan Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, panglima Dayak (Siang) dalam Perang Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan Sultan Banjar yang berdarah Dayak dari pihak ibunya.
Gusti Matseman pada bagian akhir bulan Agustus 1883 beroperasi di daerah Dusun Hulu. Ia dengan pasukannya kemudian bergerak ke Telok Mayang dan berkali-kali mengadakan serangan terhadap pos Belanda di Muara Teweh. Sementara itu, Pangeran Perbatasari, keponakan dan menantu Gusti Matseman, mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Pahu, daerah Kutai. Kekalahan yang di deritanya menyebabkan ia tertangkap pada tahun 1885.[4] Pada tahun 1888, Sultan Muhammad Seman mendirikan sebuah masjid di Baras Kuning yang sedianya akan menjadi tempat gerakan Beratib Beramal.[5] Sultan Muhammad Seman meneruskan perjuangan mengusir penjajah Belanda dari tanah Banjar. Sultan beserta pejuang lainnya seperti Tumenggung Surapati, Panglima Batur, Panglima Bukhari, dan beberapa pejuang lainnya terus menggempur pertahanan Belanda di daerah Muara Teweh, Buntok, Tanjung, Balangan, Amuntai, Kandangan, dan di sepanjang sungai Barito. Pada pertempuran di Benteng Baras Kuning, Sultan Muhammad Seman gugur sebagai syuhada, setelah mempertahankan benteng dari serbuan Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 24 Januari 1905.[butuh rujukan] Demikian pula perlawanan Tumenggung Gamar di Lok Tunggul tidak berhasil sehingga ia dengan pasukannya terpaksa mengundurkan diri ke Tanah Bambu. Di tempat ini pertempuran terjadi lagi.[butuh rujukan]
Tumenggung Gamar gugur dalam salah satu pertempuran tahun 1886. Gusti Matseman masih terus mengadakan perlawanan di daerah Khayalan Hulu.
Gusti Matseman berusaha untuk mendirikan benteng di daerah hilir Sungai Taweh. Usaha ini membuat Belanda kemudian memperkuat posnya di Khayalan dengan menambah pasukan baru, dan mendirikan lagi pos darurat di Tuyun. Dalam bulan Desmber 1886, pasukan Gusti Matseman berusaha memutuskan hubungan antara kedua pos Belanda tersebaut. Sementara itu, benteng pejuang di Taweh makin diperkuat dengan datangnya pasukan bantuan dan tbahan makanan yang di angkut melalui hutan. Namun, di lain pihak pos Matseman ini terancam bahaya. Di sebelah utara dan selatan benteng muncul kubu-kubu baru Belanda yang berusaha menghalang-halangi masuknya bahan makanan ke dalam benteng. Keadaan di sekitar benteng Matseman semakin kritis. Pada suatu ketika bneteng di serang pasukan Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan Gusti Matseman terdesak sehingga terpaksa meloloskan diri dan benteng jatuh ke tangan Belanda yang kemudian di bakar. Gusti Matseman masih terus melakukan perlawanan walaupun teman-teman seperjuangannya, yaitu Gusti Acil, Gusti Arsat, dan Antung Durrakhman menyerah pada pemerintah Belanda. Perlawanannya baru berhenti setelah ia gugur tahun 1905.[6][7]
Sultan Muhammad Seman sangat dekat kekerabatan dengan Suku Dayak Murung. Ini karena ibu dia, Nyai Fatimah, berasal dari suku Dayak Murung, yang tidak lain adalah saudara dari Tumenggung Surapati. Muhammad Seman juga mengawini dua puteri Dayak dari Suku Dayak Ot Danum. Puteranya, Gusti Berakit, ketika tahun 1906 juga mengawini putri kepala suku Dayak yang tinggal di tepi sungai Tabalong. Sebagai wujud toleransi yang tinggi, ketika mertuanya meninggal, Sultan Muhammad Seman memprakarsai diselenggarakannya upacara Tiwah, yaitu upacara kematian secara agama Kaharingan, agama asli Suku Dayak.
Dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman, maka pejuang-pejuan dalam Perang Banjar semakin berkurang dab melemah. Sehingga sejarah mencatat bahwa Perang Banjar berakhir ketika gugurnya Sultan Muhammad Seman. Sepeninggal Sultan Muhammad Seman, perjuangan dilanjutkan oleh putri dan menantu dia, yaitu Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad, beserta sisa-sisa pasukan yang masih setia dengan perjuangan rakyat Banjar.[butuh rujukan]
Makam Sultan Muhammad Seman terdapat pada sebuah perbukitan yang dinamakan Gunung Sultan di tengah kota Puruk Cahu ibu kota Kabupaten Murung Raya, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.
Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[8]
- Antasari dengan anak-anaknya
- Demang Lehman
- Amin Oellah
- Soero Patty dengan anak-anaknya
- Kiai Djaya Lalana
- Goseti Kassan dengan anak-anaknya
Silsilah Sultan Muhammad Seman[sunting | sunting sumber]
Di bawah ini adalah silsilah Sultan Muhammad Seman (Mat Sěman).[9][10]
SULTAN BANJAR IX.a. ♂ Sultan Tahmidulah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR X.a. ♂ Sultan Hamidillah | ♂ Datu Arya | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR XI.a. ♂ Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (+ 16 Januari 1761) | SULTAN SUMBAWA IX ♂ Gusti Mesir Pangeran Anom Mangkoe Ningrat Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II | RAJA TALIWANG ♂ Gusti Aceh Datu Taliwang | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Ngabehi Tuha | ♂ Pangeran Rahmat | SULTAN BANJAR XII.a.1. ♂ Sri Pangeran Abdullah (Amirul Mukminin Abdullah) + 1776 | ♂ Gusti Kusin | ♀ Putri Lawiyah | SULTAN BANJAR XII.a.2. ♂ Pangeran Amir (Sultan Amir) | ♂ Sultan-sultan Sumbawa | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Ngabehi Lada | ♂ Pangeran Mas'ud | SULTAN BANJAR Sultan Adam | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Tumenggung Surapati | ♀ Nyai Fatimah | SULTAN BANJAR ♂ Gusti Inu Kartapati Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin (+ 11 Oktober 1862) | ♀ Ratu Antasari | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nyai Salmah | SULTAN BANJAR (Kerajaan Kastapura) ♂ Sultan Muhammad Seman (+ 24 Januari 1905) | ♀ Nyai Banun | ♀ Putri Kaidah | SULTAN BANJAR ♂ Panembahan Muhammad Said (+ 1875) | ♀ Putri Bulan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Ratu Zaleha (+ 24 September 1953) | ♀ Nyai Mariamah | ♀ Gusti Dijah | ♂ Pangeran Banjarmas | ♂ Gusti Mat Napis (Pangeran Mangku) | ♂ Pangéran Parbatasari | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti Berakit | ♂ Antoeng Kwing/Koewing[11] | ♂ Gusti Syarif Perbatasari | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti Mansyur Perbatasari (+ 10 Juli 2018) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti ........ | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.co.id/2011/06/silsilah-kerajaan-banjar.html
- ^ "Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2009-12-22.
- ^ http://suluhbanjar.blogspot.co.id/2011/09/ratu-jaleha-srikandi-gagah-berani-dalam.html
- ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19. PT Balai Pustaka. hlm. 282. ISBN 9794074101. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-22. Diakses tanggal 2014-05-22.ISBN 9789794074107
- ^ (Inggris) Merle Calvin Ricklefs, Islam in the Indonesian social context, Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, 1991, ISBN 0-7326-0252-1, 9780732602529
- ^ (Indonesia) Basuni, Ahmad (1986). Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan. Bina Ilmu.
- ^ (Inggris) MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press. ISBN 9780945971733. ISBN 0-945971-73-7
- ^ (Belanda) de Heere, G. A. N. Scheltema (1863). Staatsblad van Nederlandisch Indië. Ter Drukkerij van A. D. Schinkel. hlm. 118.
- ^ M. Idwar Saleh, Sri Sutjiatiningsih (1-1-1993). Pangeran Antasari. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 75.
- ^ Goh, Yoon Fong (2013). Perdagangan dan Politik: Banjarmasin 1700-1747. Yogyakarta, Indonesia: Lilin Persada Press. hlm. 33.
- ^ http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2011/06/silsilah-kerajaan-banjar.html
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- M. Gazali Usman, Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- http://en.rodovid.org/wk/Person:157412 Silsilah Sultan Muhammad Seman
- http://kalteng.tribunnews.com/2011/11/02/penonton-drama-kalang-barah-tegang
- http://baritobasin.wordpress.com/2008/01/14/gusti-muhammad-seman-pahlawan-daerah-yang-terlupakan/
- http://www.disbudpar.baritoselatankab.go.id/tag/resensi-buku-gigir-gampar-barito-raya-amuk-1860-1905/ Diarsipkan 2014-05-17 di Wayback Machine.
- http://460033.blogspot.com/2009/03/gusti-buasan.html
- Video di YouTube SEJARAH SULTAN MUHAMMAD SEMAN ( 1862 -1905 )
Didahului oleh: Pangeran Antasari |
Sultan Banjar 1862-1905 |
Diteruskan oleh: Pangeran Khairul Saleh |