Mohamad Hery Saripudin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mohamad Hery Saripudin

Mohamad Hery Saripudin (lahir 24 Juni 1963) adalah seorang diplomat Indonesia kelahiran Indramayu.

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Ia merupakan alumni SMAN Indramayu (sekarang SMAN 1 Sindang) angkatan 1981. Pada 1988, ia lulus dengan gelar Sarjana (S1) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada 1993, ia meraih gelar master (MA) dalam bidang International Development Studies (IDS) dari St. Mary’s University, Halifax, Kanada dengan tesis berjudul "The Effects and the Relations of Foreign Aid: A Case Study of Indonesia and Its Two Largest Donors, the United States and Japan." Pada Januari 2018, ia meraih gelar Doktor (Dr.) dalam bidang Hubungan Internasional dengan predikat cum laude dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung dengan disertasi berjudul “Upaya Indonesia dalam Penyelesaian Isu Internasionalisasi Kasus Papua: Diplomasi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Negara-Negara Melanesian Spearhead Group”. Pada 14 September 2020, ia diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kenya merangkap Republik Demokratik Kongo, Somalia, dan Uganda.[1][2]

Karir[3][sunting | sunting sumber]

Hery pertama kali bergabung dengan Kementrian Luar Negeri (Kemlu) pada tahun 1989 dan telah menyelesaikan seluruh pendidikan berjenjang profesional diplomatiknya dari tingkat dasar sampai pimpinan, yakni sekdilu Angkatan XV (tahun 1990), Sesdilu (2000) dan sesparlu (2006).

Selama bergabung di Kemenlu, Hery pernah menjadi Staf Direktorat Asia Pasifik (Dit. Aspas) Direktorat Jenderal Politik (Ditjen Politik) selama tiga tahun pada 1990-1993.

Karirnya menanjak ketika Hery dipercayakan menjadi Kepala Seksi (Kasi) di Direktorat Kerjasama Investasi dan Kerjasama Keuangan (Dit. Invesku), Ditjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri (HELN) pada 1994-1995.

Kasi APEC pada Dit. Hubungan Ekonomi antar Negara Berkembang (HENB), Ditjen HELN pada 1999-2001 dan Kepala Bagian (Kabag) Umum pada Biro Administrasi Menteri (BAM) selama 2005-2006.

Kepala Sub-Direktorat (Kasubdit) Keamanan Internasional pada Dit. Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS), Ditjen Multilateral 2006. Kasubdit Asia Tenggara 1 pada Dit. Asia Timur dan Pasifik (Astimpas), Ditjen Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) selama 2006-2007.

Hery kemudian menjadi Kasubdit ASEAN-Organisasi Internasional pada Dit Mitra Wicara dan Antar Kawasan (MWAK), Ditjen Kerjasama ASEAN pada 2012-2013 dan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan (P3K2) Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) pada Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) selama tiga tahun sejak Mei 2013 hingga September 2016.

Penugasan Luar Negeri[sunting | sunting sumber]

Suami dari Zulfah Nahdliyati ini juga memiliki pengalaman dalam penempatan tugas di luar negeri. Saat itu, Hery merupakan salah satu diplomat yunior Indonesia pertama yang ikut membuka Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria setelah diresmikannya pembukaan hubungan diplomatik dengan Afsel (sebagai third secretary untuk bidang ekonomi, tahun 1995-1999).

Konsul bidang ekonomi dengan gelar counselor di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Vancouver, Kanada selama empat tahun pada 2001-2005.

Koordinator bidang Politik II yang menangani di antaranya isu politik khusus, dekolonisasi, HAM, Palestina, Terorisme, dan politik hukum pada Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York, dengan gelar diplomatik Minister Counsellor pada tahun 2008-2012. Serta Konsul Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi pada Oktober 2016 – Desember 2019.

Ayah empat anak ini sekarang menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kenya, Uganda, Republik Demokratik Kongo, Somalia, United Nations Environment Programme (UNEP), dan United Nations Human Settlement (UN-Habitat), berkedudukan di Nairobi, Kenya sejak November 2020.

Selain itu, Hery juga pernah menjadi anggota delegasi RI (delri) untuk sidang- sidang APEC; Delri pada sidang-sidang PBB untuk berbagai isu terkait hukum laut, Palestina, HAM, dekolonisasi dan politik khusus;

Pernah menjadi Delri pada beberapa sidang ASEAN; melakukan berbagai pengkajian isu-isu strategi kebijakan luar negeri RI terkait wilayah Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf), termasuk kawasan Timur Tengah sebagai bahan rekomendasi kebijakan kepada Pimpinan kemlu;

Pelaksanaan diplomasi perlindungan WNI di Luar Negeri, khususnya di wilayah kerja KJRI Jeddah, Kerajaan Arab Saudi; pelaksanaan diplomasi haji sebagai sarana peningkatan kerjasama ekonomi bilateral Indonesia-Arab Saudi.

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Ia memiliki empat anak dari pernikahannya dengan Zulfanah yakni Faiz Novascotia Saripudin, Fathia Izzati (keduanya anggota band Reality Club), Farahdiena Saripudin, dan Farisha Aqilah Saripudin.

Referensi[sunting | sunting sumber]