Mirae caritatis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mirae caritatis adalah sebuah ensiklik dari Paus Leo XIII tentang Ekaristi Kudus yang diberikan pada tanggal 28 Mei 1902. Tema utamanya adalah dampak devosi yang luar biasa kepada Ekaristi Kudus dalam kehidupan moral dan spiritual umat beriman.

Paus mengeksplorasi beberapa aspek teologi Ekaristi, dengan menyebut Ekaristi sebagai sumber kehidupan, misteri iman, ikatan kasih, dan kurban Misa.[1]

"Sebab sebagaimana manusia dan negara sama-sama berasal dari Allah, maka mereka tidak dapat melakukan kebaikan apa pun kecuali di dalam Allah melalui Yesus Kristus, yang melaluinya setiap pemberian yang terbaik dan terpilih selalu mengalir dan berproses."[2] ...sedangkan Tuhan telah menundukkan seluruh tatanan supernatural pada Inkarnasi Sabda-Nya, yang dengannya keselamatan telah dikembalikan kepada umat manusia , ... Ekaristi, menurut kesaksian para Bapa Suci, harus dianggap sebagai kelanjutan dan perluasan Inkarnasi.[3]

Seperti dalam ensiklik-ensiklik sebelumnya, Leo melanjutkan seruannya untuk pembaruan sosial, yang sumbernya terdapat dalam Ekaristi Kudus. Beliau berpendapat bahwa sakramen ini memupuk kasih amal timbal balik yang akan memajukan persaudaraan Kristiani dan kesetaraan sosial.[1]

Setelah memuji banyaknya manfaat Ekaristi, Leo kemudian menganjurkan agar kita sering menerima manfaat yang sama, suatu hal yang menjadi bahan perdebatan pada saat itu.[1]

Maka singkirkan kesalahan yang tersebar luas namun paling nakal dari mereka yang berpandangan bahwa penerimaan Ekaristi hanya diperuntukkan bagi mereka ... yang melepaskan diri dari kekhawatiran dunia demi mencari ketenangan. dalam beberapa jenis kehidupan yang mengaku religius. Karena pemberian ini, yang tidak ada yang lebih baik atau lebih kondusif bagi keselamatan, ditawarkan kepada semua orang, apa pun jabatan atau martabat mereka, ...."[4]

Penerus Leo, Paus Pius X, mengulangi hal ini dalam motu proprio Sacra Tridentina Synodus tahun 1905, dan Quam singulari tahun 1910, yang menetapkan "usia akal" (kira-kira usia tujuh tahun) sebagai ambang batas bagi anak-anak untuk diterima menerima sakramen.

Ungkapan cermin amal sendiri dipopulerkan oleh Ailred of Rievaulx selama Abad Pertengahan. Ensiklik Leo XIII dikutip oleh Paus Pius XII dan Paulus VI dalam dokumen pengajaran mereka masing-masing, Mediator Dei dan Mysterium fidei .

Referensi[sunting | sunting sumber]