Lai, Siau Tengah, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lai
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenKepulauan Siau Tagulandang Biaro
KecamatanSiau Tengah
Kode pos
95861
Kode Kemendagri71.09.09.2003

Lai merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia

Asal Usul Desa Lai

Nama Desa Lai berasal daro kata Laine yang artinya Kaki Pegunungan yang memanjang dari Gunung Tamata

Asal Usul Penduduk

Penduduk Desa Lai adalah turunan Datuk yang bernama MANGANGUWI dengan istrinya bernama BIKI BIKI. Salah seorang cucu datuk tersebut bernama SUWUHANG yang melihat kaki gunung Tamata yang memanjang itu, terbit keinginannya untuk membuka hutan disepanjang pegunungan tersebut dan lama kelamaan mereka diami turun temurun. Salah seorang dari datuk turunan SUWUHANG bernama KAKEMBING yang kuburnya sampai sekarang masih ada di puncak Gunung Tamata.

Perlu diketahui bahwa menurut ceriteraorang tua - tua bahwa MANGANGUWI dan BIKI BIKI itu berasal dari Ternate dan kemungkinan sebagai nelayan kuno hanyut karena diakibatkan cuaca buruk sehingga sampai dan mendarat di Pantai Bebase dekat Muara Sungai Malla. Sekarang dan mereka naik ke Gunung Tamata dan mereka namai lahan tersebut Laine (Lai) dan turunan mereka itulah yang menjadi penduduk desa Lai sampa sekarang ini.

Agama dan Kebudayaan

Pada mulanya penduduk desa Lai belum mengenal agama tertentu, mereka hanya percaya pada kekuatan gaib dari batu besar atau pohon pohon kayu besar yang dianggap mereka mempunyai dewa penjaganya. Karena itu untuk menghibur hati dewa-dewa tersebut diadakan pesta adat dengan cara menyajikan bermacam - macam makanan seperti nasi kuning, nasi merah, ayam panggang, minuman saguer dll. dan kemudian diadakan suatu tarian yang disebut SALAI dengan memakai alat alat, bunyia bunyian yang dinamakan TAGONGGONG dengan maksud menghibur dewa - dewa tersebut supaya tidak mendatangkan sakit - penyakit, mara bahaya diakibatkan gempa dan musibah lainnya, malah sebaliknya mendatangkan panen perkebunan yang berlimpah, menjauhkan musibah dan sakit penyakit dan lain lain yang merugikan.

Akhirnya tahun 1857 masuklah seorang pendeta bangsa Belanda bermana KELLING, yang mengajarkan agama Kristen Protestant, sehingga mulai menurun kegiatan penyemabahan batu-batu besar serta pepohonan besar dan akhirnya musnah sama sekali. Hanya mengenai kesenian yaitu tari Salai dengan alat TAGONGGONG dan syair MASAMBO masih membudaya dari sebahagian penduduknya yang mewarisinya. Selain dari pada itu, karena Datuk MANGANGUWI yang bernama SENSE MADUNDE demar memakai senjata sumpit, maka anak anak (penduduk) Desa Lai sampai akhir akhir ini (1960) gemar memakai senjata sumpit.

Adat Istadat

SIfat gotong royong / budaya mupalus telah menjadi kebiasaan seluruh penduduk dan selalu tolong menolong dalam pembangunan/ perkebunan / pertanian dan ketika dalam peristiwa kedukaan dan lain lain , selalu dihadapi dengan budaya gotong royong/mufalus

Demikianlah Sejarah Desa Lai ini telah disusun menurut data-data sejarah dari :

  1. Bapak ANDARIAS SABANARI
  2. Bapak ERENST FRANTS NOACH
  3. Bapak MATHIAS MARKUS
  4. Bapak ANDARIAS MAKAHINDA

Lai Siau, 10 Februari 1960

TTD

MATHIAS MARKUS

(salinan text asli dari tahun 1960, Oleh Bapak MATHIAS MARKUS, rewritten by RESTY THERESIA NOACH)