Lompat ke isi

Konser Demokrasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Konser Demokrasi (bahasa Inggris: Concert of Democracies) atau Liga Demokrasi adalah organisasi internasional alternatif yang digagas oleh Ivo Daalder dan James Lindsay dalam opini editorial di Washington Post pada bulan Mei 2004. Konsep ini lebih luas daripada organisasi militer sehingga dipilihlah kata "konser", bukan "aliansi". Dalam artikel sambungannya di The American Interest,[1] mereka menyebutkan bahwa sekitar 60 negara layak menjadi anggota organisasi ini. John Ikenberry dan Anne-Marie Slaughter juga pernah mengusulkan pembentukan “Concert of Democracies” dalam laporan akhir Princeton Project berjudul National Security, Forging a World Under Liberty and Law: U.S. National Security in the 21st Century pada September 2006. Konsep ini mendapat dukungan dari mantan calon presiden Amerika Serikat John McCain.[2]

Menurut laporan akhir Princeton Project yang dirilis tanggal 7 September 2006, organisasi alternatif ini bertujuan memperkuat kerja sama keamanan di antara negara-negara demokrasi liberal dan menyusun kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bersama; idealnya di dalam lembaga regional dan global yang sudah ada, namun apabila lembaga tersebut gagal melakukannya, organisasi ini secara independen akan berfungsi sebagai lembaga yang berusaha memperkuat kebebasan sesuai aturan di seluruh dunia. Organisasi ini akan menjadi gambaran dan contoh pelaksanaan "perdamaian demokratis" di tingkat institusi.[3]

Pada tanggal 16 September 2006, Anne Bayefsky dari Hudson Institute mengusulkan pembentukan organisasi bernama United Democratic Nations dalam artikelnya di The Jerusalem Post. Tidak seperti peneliti Princeton Project, Bayefsky dan peneliti konservatif lainnya memandang organisasi tersebut sebagai pengganti PBB yang dianggap tidak sah dan kurang efektif.

Para ilmuwan politik berpendapat bahwa kriteria penerimaan anggota dalam Konser Demokrasi tidak mudah. Faktor utama yang menjadi pertimbangan keanggotaan adalah adanya pemilihan umum yang rutin, kompetitif, bebas, dan adil, perlindungan hak asasi manusia, dan penegakan hukum.[butuh rujukan] Pemikir progresif seperti Richard Falk dan Daniele Archibugi berpendapat bahwa tujuan akhir ini lebih mudah dicapai melalui reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ivo Daalder & James Lindsay, Democracies of the World, Unite, the-american-interest.com, January - February 2007 [1] Diarsipkan 2011-05-21 di Wayback Machine.
  2. ^ Liz Sidoti, “McCain Favours a ‘League of Democracies’, Washingtonpost.com, April 30, 2007 [2]
  3. ^ Robert Kagan, “The Case for a League of Democracies”, Financial Times, May 13, 2008 [3][pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Daniele Archibugi, The Global Commonwealth of Citizens. Toward Cosmopolitan Democracy, Princeton University Press, 2008, [4]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]