Kista Bartholin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bartholin's cyst
Kista Bartholin pada sisi kanan labia
Informasi umum
Nama lainBartholinitis, Kista duktus Bartholin, Abses Bartholin
SpesialisasiGinekologi
Penyebabtidak diketahui[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaPembengkakan satu sisi dari vagina, nyeri[1]
Awal munculUsia subur[2]
Diagnosisberdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik[1]
Kondisi serupaKista Sebasea, hernia, hidradenitis supuratif, follikulitis, kanker vulva[3][4]
PerawatanInsersi kateter Word, insisi dan drainase, marsupialisasi, sitz baths[3][1]
Prevalensi2% dari perempuan[2]

Kista Bartholin merupakan gangguan yang terjadi jika terjadi penyumbatan pada kelenjar Bartholin yang terletak di dalam labia.[5] Kista yang berukuran kecil hanya menyebabkan gejala yang minimal. Kista yang berukuran lebih besar bisa menimbulkan pembengkakan di salah satu sisi dari vagina dan rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual, atau bahkan saat berjalan kaki.[1] Jika kista mengalami infeksi, dapat terjadi abses, yang menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kemerahan dan terasa amat nyeri.[6] Tidak diperlukan pengobatan jika kista ini tidak menimbulkan manifestasi gejala.[2][1] Kista Bartholin memengaruhi hingga 2% wanita di di seluruh dunia.[2] Kondisi ini sering terjadi pada wanita terutama pada masa usia subur.[2]

Kista Bartholin dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ataupun rasa nyeri. Drainase dianjurkan untuk dilakukan pada fase ini.[2] Drainase yang lebih sering dilakukan adalah dengan cara insersi kateter Word dalam waktu empat minggu. Hal ini dikarenakan seringnya risiko kekambuhan setelah dilakukan sayatan sederhana dan drainase.[2][3] Sering pula dilakukan tindakan bedah yang dikenal sebagai tindakan marsupialisasi atau, jika kista tetap ada, dapat dilakukan tindakan pengangkatan kelenjar Bartholin.[2] Pengangkatan kelenjar ini terkadang direkomendasikan pada pasien dengan usia lebih dari 40 tahun untuk memastikan tidak ada kanker.[2] Secara umum, antibiotik tidak diperlukan untuk menangani kista Bartholin.[2]

Penyebab utama dari kista Bartholin ini sendiri biasanya tidak diketahui.[1] Abses kelenjar Bartholin biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, tetapi biasanya bukan merupakan infeksi menular seksual (IMS).[7] Keterlibatan infeksi akibat gonore jarang ditemukan pada pasien ini.[1][4] Diagnosis kista Bartholin biasa didasari dari anamnesis gejala dan pemeriksaan fisik.[1] Pada wanita dengan usia di atas 40 tahun, sering direkomendasikan untuk dilakukan biopsi jaringan sekitar untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kanker .[8][1]

Kista ini dinamai oleh penemunya, Caspar Bartholin, yang secara tepat menjelaskan kelenjar ini pada tahun 1677.[9] Mekanisme penyebab mendasar kista ini dipastikan pada tahun 1967 oleh ahli kandungan abad ke-20 bernama Samuel Buford Word.[9][10][11]

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya kista Bartholin tidak menimbulkan gejala apapun, walaupun pada beberapa kesempatan dapat menyebabkan rasa sakit saat beraktivitas, terutama saat berjalan, duduk,[2] atau melakukan hubungan seksual (dispareunia).[12] Kista ini biasanya memiliki ukuran antara 1 hingga 4 cm, dan berlokasi di daerah medial labia minora. Kista Bartholin seringkali hanya berada pada sisi kiri atau kanan ( unilateral) dari kelenjar. Bila kista kecil umumnya tidak menimbulkan nyeri, kista yang besar dapat menimbulkan rasa nyeri yang cukup signifikan.

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Kista kelenjar Bartholin muncul akibat penyumbatan dari saluran yang mengalirkan cairan dari kelenjar Bartholin.[13] Penyumbatan ini terutama ditimbulkan oleh adanya infeksi atau penyumbatan mukus.[12] Hasill sekresi produksi dari kelenjar Bartholin tidak dapat keluar sehingga menyebabkan terbentuknya kista.[2]

Diagnosa[sunting | sunting sumber]

Kondisi lain yang dapat menyertai kista Bartholin antara lain termasukhidradenoma papilliferum, lipoma, kista epidermoid dan kista duktus Skene, di sepanjang kondisi lainnya.[2] Pada perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun, dapat direkomendasikan dilakukannya biopsi untuk menyingkirkan adanya kanker.[2]

Terapi[sunting | sunting sumber]

Bila kista tidak menimbulkan rasa sakit maupun rasa tidak nyaman, kemungkinan tidak diperlukan pemberian terapi. Kista berukuran kecil tanpa gejala dapat dipantau berkala untuk menilai perubahan dari kista. Pada kasus yang memerlukan adanya tindakan, dapat dilakukan penempatan kateter untuk mengalirkan kista. Kista juga dapat disayat dengan tindakan bedah untuk dibuatkan kantong permanen (marsupialisasi). Tindakan bedah memiliki tingkat keberhasilan hingga mencapai 85%, terlepas dari metode yang digunakan. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi pembengkakan dan rasa tidak nyaman.[14]

Tindakan kateterisasi adalah tindakan minor yang dapat dilakukan secara lokal dan bisa dilakukan tanpa perlu melakukan rawat inap pada pasien. Pada kista dapat dimasukkan tabung kecil yang memiliki balon di ujungnya (dikenal sebagai kateter Word).[2] Balon ini kemudian dipompa agar tetap berada di tempatnya. Kateter dapat berada di dalam kista setidaknya selama 2 hingga 4 minggu, yang berfungsi untuk mengalirkan cairan dan menimbulkan pembukaan kelenjar secara normal, setelah terbuka, kateter dapat dilepas.[15] Kateter ini umumnya tidak mengganggu aktivitas secara normal, akan tetapi hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan jika kateter masih terpasang.[16]

Dapat pula dilakukan marsupialisasi, yakni pembukaan kista secara permanen.[17] Dalam hal ini kelenjar dibuka melalui sayatan untuk memastikan saluran sekresi cairannya tetap terbuka. Jika kista mengalami infeksi, kista dapat pecah dan dapat sembuh dengan sendirinya setelah 3 hingga 4 hari. Obat nyeri dapat diberikan tanpa resep dokter, yakni ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit, dan mandi sitz diketahui dapat meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan rasa nyeri. Kompres hangat juga diketahui dapat memperpendek waktu penyembuhan. Jika di kemudian hari abses kelenjar Bartholin kembali muncul, kelenjar dan salurannya dapat diangkat melalui proses pembedahan.

Prognosa[sunting | sunting sumber]

Walaupun kista Bartholin dapat menyebabkan rasa sakit yang teramat sangat, penyakit ini tidak mengancam jiwa. Terbentuknya kista baru tidak dapat dicegah, akan tetapi tindakan operasi atau pengangkatan kista dengan laser dapat menurunkan kemungkinan terbentuknya kista baru di tempat yang sama. Pasien dengan riwayat kista lebih mungkin untuk mendapatkan kista baru di masa depan dibanding wanita yang belum pernah memiliki kista sama sekali. Kista ini dapat muncul kembali setiap beberapa tahun. Kebanyakan pasien dengan riwayat marsupialisasi diketahui memiliki tingkat kekambuhan yang rendah, namun tidak benar-benar berhenti.[butuh rujukan]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Sekitar dua persen wanita akan memiliki kista kelenjar Bartholin di dalam hidup mereka.[2] Prevalensi kista ini mencapai 0,55 kejadian per 1000 orang per tahun. Sementara pada wanita berusia 35-50 tahun kista ini memiliki prevalensi 1,21 kejadian per 1000 orang per tahun.[18] Insidensi kista duktus Bartholin dapat meningkat seiring bertambahnya usia hingga usia menopause, dan menurun setelah terjadinya menopause.[18] Wanita keturunan Hispanik mungkin lebih sering mengalami kista Bartholin bila dibandingkan dengan wanita kulit putih dan wanita kulit hitam.[2] Risiko terjadinya kista kelenjar Bartholin ini dapat meningkat sesuai dengan banyaknya persalinan seorang wanita.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j "Bartholin Gland Cysts". Merck Manuals Professional Edition. Diakses tanggal 12 September 2018. "Bartholin Gland Cysts". Merck Manuals Professional Edition. Retrieved 12 September 2018.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Omole, Folashade; Simmons, Barbara J.; Hacker Yolanda (2003). "Management of Bartholin's duct cyst and gland abscess". American Family Physician. 68 (1): 135–40. PMID 12887119. Omole, Folashade; Simmons, Barbara J.; Hacker Yolanda (2003). "Management of Bartholin's duct cyst and gland abscess". American Family Physician. 68 (1): 135–40. PMID 12887119.
  3. ^ a b c Lee, MY; Dalpiaz, A; Schwamb, R; Miao, Y; Waltzer, W; Khan, A (May 2015). "Clinical Pathology of Bartholin's Glands: A Review of the Literature". Current Urology. 8 (1): 22–5. doi:10.1159/000365683. PMC 4483306alt=Dapat diakses gratis. PMID 26195958. 
  4. ^ a b Ferri, Fred (2017). Ferri's clinical advisor 2018 : 5 books in 1. Elsevier Canada. hlm. 175. ISBN 978-0323280495. 
  5. ^ "Bartholin Gland Cysts". Merck Manuals Professional Edition. Diakses tanggal 12 September 2018. 
  6. ^ Omole, Folashade; Simmons, Barbara J.; Hacker Yolanda (2003). "Management of Bartholin's duct cyst and gland abscess". American Family Physician. 68 (1): 135–40. PMID 12887119. 
  7. ^ Marx, John A. Marx (2014). "Skin and Soft Tissue Infections". Rosen's emergency medicine : concepts and clinical practice (edisi ke-8th). Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders. hlm. Chapter 137. ISBN 978-1455706051. 
  8. ^ Lee, MY; Dalpiaz, A; Schwamb, R; Miao, Y; Waltzer, W; Khan, A (May 2015). "Clinical Pathology of Bartholin's Glands: A Review of the Literature". Current Urology. 8 (1): 22–5. doi:10.1159/000365683. PMC 4483306alt=Dapat diakses gratis. PMID 26195958. Lee, MY; Dalpiaz, A; Schwamb, R; Miao, Y; Waltzer, W; Khan, A (May 2015). "Clinical Pathology of Bartholin's Glands: A Review of the Literature". Current Urology. 8 (1): 22–5. doi:10.1159/000365683. PMC 4483306. PMID 26195958.
  9. ^ a b Knaus, John V.; Isaacs, John H. (2012). Office Gynecology: Advanced Management Concepts (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. hlm. 266. ISBN 9781461243403. 
  10. ^ Baskett, Thomas F (2019). Mr. United Kingdom: Cambridge University Press. hlm. 455–457. ISBN 978-1108421706. 
  11. ^ Williams Gynecology (edisi ke-2). McGraw Hill Professional. 2012. hlm. 1063. ISBN 9780071804653. 
  12. ^ a b Eilber, Karyn Schlunt; Raz, Shlomo (September 2003). "Benign Cystic Lesions of the Vagina: A Literature Review". The Journal of Urology. 170 (3): 717–722. doi:10.1097/01.ju.0000062543.99821.a2. PMID 12913681. 
  13. ^ Eilber, Karyn Schlunt; Raz, Shlomo (September 2003). "Benign Cystic Lesions of the Vagina: A Literature Review". The Journal of Urology. 170 (3): 717–722. doi:10.1097/01.ju.0000062543.99821.a2. PMID 12913681. Eilber, Karyn Schlunt; Raz, Shlomo (September 2003). "Benign Cystic Lesions of the Vagina: A Literature Review". The Journal of Urology. 170 (3): 717–722. doi:10.1097/01.ju.0000062543.99821.a2. PMID 12913681.
  14. ^ Bartholin's cyst from BestPractice, BMJ Publishing Group. Last updated: Apr 26, 2013
  15. ^ Bourne, Tom (2007). "Mr". Australian and New Zealand Journal of Obstetrics & Gynaecology. 47: 137–140. 
  16. ^ Reif, P; Elsayed, H (2015). "Quality of life and sexual activity during treatment of Bartholin's cyst or abscess with a Word catheter". European Journal of Obstetrics, Gynecology, and Reproductive Biology. 190: 76–80. doi:10.1016/j.ejogrb.2015.03.008. PMID 25800788. 
  17. ^ Haider Z, Condous G, Kirk E, Mukri F, Bourne T (April 2007). "The simple outpatient management of Bartholin's abscess using the Word catheter: a preliminary study". Aust N Z J Obstet Gynaecol. 47 (2): 137–140. doi:10.1111/j.1479-828X.2007.00700.x. PMID 17355304. 
  18. ^ a b Yuk, Jin-Sung; Kim, Yong-Jin; Hur, Jun-Young; Shin, Jung-Ho (2013). "Incidence of Bartholin duct cysts and abscesses in the Republic of Korea". International Journal of Gynecology & Obstetrics. 122 (1): 62–4. doi:10.1016/j.ijgo.2013.02.014. PMID 23618035.