Kerajaan Israel (Samaria)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Israel
Kerajaan Utara

931 SM–723 SM
Peta kerajaan Israel (biru) dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya pada abad 9 SM
Peta kerajaan Israel (biru) dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya pada abad 9 SM
StatusKerajaan
Ibu kotaSamaria
PemerintahanMonarki
Raja 
• Lihat teks
Lihat teks
Era SejarahZaman Besi
• Raja Yerobeam
931 SM
• Raja Hosea
723 SM
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Israel (kerajaan bersatu)
ksrKekaisaran
Asiria Baru
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Israel (bahasa Ibrani: ממלכת יִשְׂרָאֵל, Modern Mamlekhet Yisra'el Tiberias Mamléḵeṯ Yiśrāʼēl) adalah salah satu bekas negara penerus Kerajaan Israel Bersatu. Kerajaan ini berdiri dari tahun 930-an SM sampai sekitar 720-an SM, ketika kerajaan dikuasai oleh Kekaisaran Asyur. Kota-kota besar kerajaan itu Sikhem, Tirza, dan Samaria.

Sejarawan sering merujuk Kerajaan Israel ini sebagai Kerajaan Utara untuk membedakannya dari Kerajaan Selatan atau yang disebut Kerajaan Yehuda, yang berpusat di Yerusalem.

Nama[sunting | sunting sumber]

Di dalam Alkitab Ibrani, Kerajaan Israel disebut sebagai " Rumah Yusuf ",[1][2] atau sebagai "Kerajaan Israel di Samaria".[3] Dalam prasasti-prasasti di luar Israel, disebut sebagai "rumah Omri" (Bit-Umri) misalnya di Mesha Stele dan prasasti raja Sargon II.

Wilayah[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Israel terdiri dari teritori suku-suku Zebulun, Isakhar, Asyer, Naftali, Dan, Manasye, Efraim, Ruben dan Gad.

Ibu kotanya adalah Samaria.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Gambaran istana Kerajaan Israel.
Deportasi rakyat Kerajaan Israel oleh Kekaisaran Asyur

Kerajaan serikat merupakan kesatuan dari dua belas suku Israel yang hidup di wilayah yang saat ini merupakan Israel dan Palestina modern. Kerajaan ini berdiri dari sekitar 1030-930 SM.

Setelah wafatnya Salomo (Sulayman) pada 931 SM, sepuluh suku di utara menolak menerima Rehabeam (anak Salomo) sebagai raja mereka, dan sebagai gantinya pada sekitar tahun 930 SM memilih Yerobeam, yang bukan dari garis Daud, sebagai raja mereka. Kerajaan utara kemudian dikenal dengan Kerajaan Israel atau Efraim (mengacu pada suku terbesar). Pemberontakan terjadi di Sikhem.

Selama enam puluh tahun pertama, raja-raja Yehuda berusaha mengembalikan otoritas mereka terhadap kerajaan utara, dan terjadi perang yang terus berkecamuk di antara mereka. Selama delapan puluh tahun berikutnya, sudah tidak terjadi lagi perang terbuka di antara mereka, dan kemudian menjadi saling bersekutu, bekerja sama melawan musuh mereka, khususnya Damaskus.

Israel berdiri sebagai sebuah negara merdeka selama kira-kira 200 tahun, hingga sekitar tahun 720 SM, saat ditaklukkan oleh Kekaisaran Asyur. Alkitab mengisahkan bahwa seluruh orang Israel dibuang, yang kemudian dikenal dengan "Sepuluh suku yang hilang". Namun, ada yang memperkirakan hanya seperlima populasi (sekitar 40.000) yang benar-benar dipindahkan dari wilayah mereka selama dua periode pengasingan di bawah Tiglath-Pileser III dan Sargon II.[4] Banyak orang Israel melarikan diri ke selatan ke Yerusalem, yang menjadi lima kali lipat lebih luas selama periode ini, sehingga didirikan sebuah tembok baru dan sebuah mata air (Siloam) yang disediakan oleh Raja Hizkia.

Setelah kehancuran Israel, Yehuda masih bertahan hingga sekitar satu setengah abad hingga ditaklukkan oleh bangsa Babilonia.

Raja-raja Israel[sunting | sunting sumber]

Daftar raja-raja Israel dan Yehuda
Tahun Raja Karakter Raja Lama memerintah (tahun) Nabi Ayat
1051-1011 SM Saul - (raja pertama) Jahat 40 Samuel 1 Samuel 9–31
1011 Isyboset - (dibunuh) Jahat 2 (bersamaan
dengan Daud)
Natan 1 Samuel 9–31
1011-971 SM Daud Baik 40,5 Natan 2 Samuel
971-931 SM Salomo Campuran 40 Natan; Ahia orang Silo 1 Raja–raja 2–11
931 SM Rehabeam Campuran 3 hari (kemudian hanya
menguasai bagian selatan)
Ahia 1 Raja–raja 11–12
931-910 SM Yerobeam I Jahat 22 Ahia 1 Raja–raja 12–14
910-909 SM Nadab - (dibunuh) Jahat 2 1 Raja–raja 15
909-886 SM Baesa Jahat 24 1 Raja–raja 15–16
886-885 SM Ela - (dibunuh) Jahat 2 1 Raja–raja 16
885 SM Zimri Jahat 7 hari 1 Raja–raja 16
885-880 SM Tibni Jahat 4 1 Raja–raja 16
885-874 SM Omri Jahat 12 1 Raja–raja 16
874-853 SM Ahab Jahat 22 Elia, Mikha 1 Raja–raja 16–22
853-852 SM Ahazia Jahat 2 Elia 1 Raja–raja 22, 2 Raja–raja 1
852-841 SM Yoram - (dibunuh) Jahat 12 Elisa 2 Raja–raja 2–8
841-814 SM Yehu Campuran 28 Elisa 2 Raja–raja 9–10
814-798 SM Yoahas Jahat 17 Elisa 2 Raja–raja 13
798-782 SM Yoas Jahat 16 Elisa 2 Raja–raja 13
782-753 SM Yerobeam Jahat 41 Yunus, Amos 2 Raja–raja 14
753-752 SM Zakharia - (dibunuh) Jahat 6 bulan Hosea 2 Raja–raja 15
752 SM Salum (raja Israel) - (dibunuh) Jahat 1 bulan Hosea 2 Raja–raja 15
752-742 SM Menahem Jahat 10 Hosea 2 Raja–raja 15
742-740 SM Pekahya - (dibunuh) Jahat 2 Hosea 2 Raja–raja 15
752-732 SM Pekah - (dibunuh) Jahat 20 Hosea 2 Raja–raja 15
732-723 SM Hosea Jahat 9 Hosea 2 Raja–raja 17

Dari tabel di atas, jika dihitung langsung dari jumlah tahun-tahun pemerintahan sejak raja Saul sampai Hosea (25 nama raja), maka Kerajaan Israel Utara berada di tangan bangsa Israel selama 328 tahun. Jika dihitung dari raja Yerobeam bin Nebat sampai Hosea (20 nama raja), maka lamanya Kerajaan Israel Utara berdiri adalah sekitar 208 tahun.

Salmaneser V menyerang Samaria, tetapi Sargon II menulis dalam prasastinya bahwa ialah yang merebut Samaria. Alkitab tidak menyebutkan nama raja Asyur yang merebut Samaria. Lalu orang Israel diangkutnya sebagai tawanan ke Asyur. Sebagian dari mereka ditempatkannya di kota Halah, sebagian di dekat Sungai Habor di wilayah Gozan, dan sebagian lagi di kota-kota di negeri Madai.[5]

Kehancuran[sunting | sunting sumber]

Daerah yang Menjadi Wilayah Pembuangan yang dilakukan Kerajaan Asyur

Kejatuhan Kerajaan Israel terjadi sekitar April-September 723 SM.[6] Sesudah kejatuhan kerajaan, maka penduduknya dibuang ke wilayah Asyur dan Babel.[7][8] Pembuangan ini tidak terlepas dari ekspansi kerajaan Asyur yang bangkit sebagai kekuatan besar di dunia Timur Dekat Kuno pada awal abad ke-8 SM.[9] Secara teologis, pembuangan ini dimaknai sebagai hukuman Tuhan untuk ketidaktaatan raja-raja Israel.[10]

Ancaman dari Asyur[sunting | sunting sumber]

Di bawah pemerintahan raja Adad-nirari II (912-890 SM), Asyur bangkit sebagai kekuatan baru di dunia Timur Dekat Kuno.[9] Raja berikutnya, Asshur-nasir-pal II, (883-850) berhasil memperluas wilayah Asyur ke arah Barat hingga ke pantai timur Laut Tengah.[9] Di tempat inilah, posisi Asyur menjadi sangat strategis dan menjadi ancaman serius bagi negara-negara yang ada di Palestina dan sekitarnya.[10]

Perang Melawan Asyur[sunting | sunting sumber]

Keterangan di Alkitab memperlihatkan bahwa Israel beberapa kali melakukan pertempuran dengan Asyur.[9] Pertempuran pertama (853 SM) terjadi di Qarqar, di tepi sungai Orontes.[10] Pada pertempuran ini Ahab, raja Israel, berhasil menahan ekspansi Asyur yang dipimpin oleh raja Salmaneser III.[9][10] Setelah peristiwa ini, Israel menghadapi konflik internal yang ditandai dengan pergantian kekuasaan dari dinasti Omri ke Yehu.[10] Di bawah pemerintahan Yehu, konfrontasi Israel utara dengan Asyur dihentikan dengan jalan Yehu membayar upeti kepada Asyur, sebagaimana tercatat pada Prasasti Obelisk Hitam.[10][11]

Pada akhir abad ke-8 SM, tekanan Asyur terhadap Israel Utara melemah.[11] Sebagian besar pasukan ditarik kembali untuk menghadapi serangan Urartu.[11] Situasi ini dimanfaatkan oleh Israel utara untuk bangkit dan mencapai kemakmuran di bawah pemerintahan Yerobeam II.[9] Akan tetapi, Asyur di bawah pimpinan raja Tiglat-Pileser III kembali menyerang wilayah Palestina.[11] Mereka berhasil menguasai beberapa wilayah Israel (2 Raja–raja 15:2; 16:5–9; Yesaya 7:1–7) dan mewajibkan Israel membayar upeti.[9]

Kekalahan Israel[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 727 SM, terjadi pergantian kekuasaan di Asyur.[9] Salmaneser V naik takhta menggantikan Tiglat-Pileser III.[9][10] Situasi ini dimanfaatkan oleh raja Israel untuk memberontak.[10] Israel menolak membayar upeti dan mencari bantuan kepada So (raja Mesir).[10] Hal ini membuat Salmaneser V dan pasukannnya mengepung Israel.[9] Dalam pengepungan ini, raja Salmaneser V meninggal dunia dan digantikan oleh raja Sargon II.[9] Di bawah pimpinan Sargon II, Israel akhirnya ditaklukkan setelah dikepung selama 2 tahun.[9] Orang-orang Israel kemudian dibuang ke berbagai wilayah taklukan Asyur, khususnya ke Hala, Gozan, dan kota-kota Madai.[12] Sementara itu, agar Israel tidak kosong, orang-orang dari daerah lain yang ditaklukkan oleh Asyur, seperti dari Babel, Kuta, Awa, Hamat, dan Sewardim ditempatkan di Israel.[12] Taktik pembuangan seperti ini merupakan kebijakan politik Asyur untuk mencegah terjadinya pemberontakan dari bangsa-bangsa yang telah ditaklukkannya.[12]

Tulisan[sunting | sunting sumber]

Beberapa tulisan yang muncul dalam kitab-kitab orang Israel menilai pembuangan ini sebagai bentuk hukuman Tuhan untuk ketidaktaatan mereka.[11][12]

  1. Kitab Raja-raja: Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah menuntun mereka dari tanah Mesir dari kekuasaan Firaun, raja Mesir, dan karena mereka telah menyembah allah lain, dan telah hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel, dan menurut ketetapan yang telah dibuat raja-raja Israel…Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan di manapun mereka diam, baik dekat menara penjagaan maupun di kota yang berkubu; mereka mendirikan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun..Mereka menolak ketetapan-Nya dan perjanjian-Nya, yang telah diadakan dengan nenek moyang mereka, juga peraturan-peraturan-Nya yang telah diperingatkan-Nya kepada mereka; mereka mengikuti dewa kesia-siaan, sehingga mereka mengikuti bangsa-bangsa yang di sekeliling mereka, walaupun TUHAN telah memerintahkan kepada mereka: janganlah berbuat seperti mereka itu…Sebab itu TUHAN sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya. (2 Raja–raja 17:7–8, 9b–10, 15, 18a)
  2. Kitab Amos: Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku; mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka. (Amos 2:6-8)Dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik, firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam(Amos 5:27).
  3. Kitab Hosea: Perbuatan-perbuatan mereka tidak mengizinkan mereka berbalik kepada Allah mereka, sebab roh perzinahan ada di antara mereka, dan mereka tidak mengenal TUHAN (Hosea 5:4)Tiuplah sangkakala! Serangan laksana rajawali atas rumah TUHAN! Oleh karena mereka telah melangkahi perjanjian-Ku dan telah mendurhaka terhadap pengajaran-Ku. Kepada-Ku mereka berseru-seru: "Ya Allahku, kami, Israel mengenal Engkau!" Israel telah menolak yang baik--biarlah musuh mengejar dia! (Hosea 8: 1–3)

Setelah keruntuhan[sunting | sunting sumber]

Kekalahan Israel dari Asyur membuat kerajaan ini hilang untuk selamanya.[9] Samaria yang yang menjadi ibu kota kerajaan ini memang terus ada, namun kebijakan politik Asyur membuat kota ini tidak lagi identik dengan Israel.[12] Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah bangsa campuran yang masing-masing memiliki ilah.[10] Ini jugalah yang membuat orang Yahudi di kemudian hari tidak pernah mengakui penduduk Samaria sebagai saudara mereka.[12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Zakharia 10:6
  2. ^ 2 Samuel 2:10
  3. ^ 1 Raja–raja 22:51 dan ayat-ayat selanjutnya
  4. ^ Finkelstein & Silberman 2001, The Bible Unearthed.
  5. ^ 2 Raja–raja 17:6; 18:11
  6. ^ McFall, Leslie (1991), "Translation Guide to the Chronological Data in Kings and Chronicles" (PDF), Bibliotheca Sacra, 148: 3-45, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-07-19  Teks no. 53.
  7. ^ I. Suharyo. 1995. Membaca Alkitab: Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. 59.
  8. ^ Wim van Weiden dan I. Suharyo. 2000. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. 50.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m S. Wismoady Wahono. 2004. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 470.
  10. ^ a b c d e f g h i j W. S. Lasor, dkk. 2009. Pengantar Perjanjian Lama: Taurat dan Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 386-387.
  11. ^ a b c d e (Inggris) Harry Thomas Frank. 1975. Discovering the Biblical world. New Jersey: Hammond. 113-122.
  12. ^ a b c d e f (Inggris) Paul Lawrence. 2006. The Lion Atlas of Bible History. Oxford: Lion Hudson. 88-89.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pustaka tambahan[sunting | sunting sumber]

(Indonesia) Bob Phillips, "Find It in the Bible - Lists, Lists, and more List", Immanuel, Jakarta 2007