Kelainan refraksi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelainan refraksi
Mata sehat (atas), dan dua yang menunjukkan masalah refraktif: pada gambar tengah, cahaya difokuskan terlalu di depan, sementara pada gambar bawah titik fokus cahaya berada terlalu di belakangan.
Informasi umum
Nama lainKerabunan
SpesialisasiOftalmologi, optomteri
TipeRabun jauh, rabun dekat, astigmatisma, presbiopia[1]
PenyebabPanjang bola mata, masalah dengan bantuk kornea dan penuaan lensa mata.[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaPenglihatan kabur, penglihatan ganda, pusing, keletihan mata[1]
KomplikasiKebutaan, ambliopia[2][3]
DiagnosisPemeriksaan mata[1]
PerawatanKacamata, lensa kontak, bedah refraktif[1]
Prevalensi~1.5 miliar[4]

Kelainan refraksi, gangguan refraksi, atau yang lebih umum dikenal sebagai kerabunan, adalah gangguan dalam memfokuskan cahaya secara akurat pada retina, yang disebabkan oleh bentuk mata dan/atau kornea.[1] Jenis paling umum dari kelainan refraksi adalah rabun jauh, rabun dekat, astigmatisma, dan presbiopia. Rabun jauh menyebabkan objek pada jarak yang jauh tampak buram, rabun dekat dan presbiopia menyebabkan objek pada jarak yang dekat tampak buram, sementara astigmatisma menyebabkan objek tampak terentang atau buram. Gejala-gejala lainnya meliputi penglihatan ganda (diplopia), pusing dan keletihan mata.

Rabun jauh terjadi karena panjang bola mata yang terlalu panjang, rabun dekat terjadi karena bola mata yang terlalu pendek, astigmatisma terjadi karena bentuk kornea yang tidak normal, dan presbiopia disebabkan oleh menuanya lensa mata sehingga tidak dapat berubah bentuk dengan cukup. Beberapa kelainan refraksi terjadi lebih umum pada orang yang orangtuanya juga mengalami. Diagnosis dari berbagai kelainan tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata.

Gejala-gejala tersebut dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata, lensa kontak atau dengan pembedahan. Kacamata adalah metode koreksi yang paling mudah dan aman, sementara lensa kontak dapat memberi jangkauan penglihatan yang lebih lebar, namun mereka sudah dikatikan dengan resiko infeksi. Bedah refraktif secara permanen mengubah bentuk kornea.

Jumlah orang yang mengalami kelainan refraksi di seluruh dunia diperkirakan mencapai satu hingga dua miliar orang.[4] Tingkatnya beragam pada berbagai wilayah di dunia, dengan 25% orang Eropa dan 80% orang Asia yang mengidap masalah ini. Dari semua gejala, rabun jauh menjadi yang paling umum,[5] dengan presentasenya pada populasi dewasa yaitu diantara 15-49% dan 1.2-42% pada populasi anak-anak.[6] Rabun dekat paling umum mengidapi anak muda dan orang tua,[7][8] sementara presbiopia kebanyakan mengidapi orang diatas usia 35 tahun.

Jumlah orang dengan kelainan refraksi yang masih belum diperbaiki diseluruh dunia pada tahun 2013 diperkirakan berjumlah 660 juta orang.[9] Dari jumlah tersebut, 9.5 mengalami kebutaan karena kelainan refraksi, menjadikannya salahsatu penyebab kehilangan penglihatan paling umum bersama dengan katarak, degenerasi makula dan kekurangan vitamin A.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f "Facts About Refractive Errors". NEI. October 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 July 2016. Diakses tanggal 29 July 2016. 
  2. ^ "Care of the Patient with Amblyopia" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 August 2016. Diakses tanggal 17 February 2020. 
  3. ^ Dandona, R; Dandona, L (2001). "Refractive error blindness". Bulletin of the World Health Organization. 79 (3): 237–43. PMC 2566380alt=Dapat diakses gratis. PMID 11285669. 
  4. ^ a b Denniston, Alastair; Murray, Philip (2018). Oxford Handbook of Ophthalmology (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4). OUP Oxford. hlm. 926. ISBN 9780198816751. 
  5. ^ Foster, PJ; Jiang, Y (February 2014). "Epidemiology of myopia". Eye. 28 (2): 202–8. doi:10.1038/eye.2013.280. PMC 3930282alt=Dapat diakses gratis. PMID 24406412. 
  6. ^ Pan, CW; Ramamurthy, D; Saw, SM (January 2012). "Worldwide prevalence and risk factors for myopia". Ophthalmic & Physiological Optics. 32 (1): 3–16. doi:10.1111/j.1475-1313.2011.00884.x. PMID 22150586. 
  7. ^ Castagno, VD; Fassa, AG; Carret, ML; Vilela, MA; Meucci, RD (23 December 2014). "Hyperopia: a meta-analysis of prevalence and a review of associated factors among school-aged children". BMC Ophthalmology. 14: 163. doi:10.1186/1471-2415-14-163alt=Dapat diakses gratis. PMC 4391667alt=Dapat diakses gratis. PMID 25539893. 
  8. ^ Grosvenor, Theodore (2007). Primary care optometry (edisi ke-5). St. Louis (Miss.): Butterworth Heinemann, Elsevier. hlm. 70. ISBN 9780750675758. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-15. 
  9. ^ Vos, Theo; Barber, Ryan M; Bell, Brad; Bertozzi-Villa, Amelia; Biryukov, Stan; Bolliger, Ian; et al. (Global Burden of Disease Study 2013 Collaborators) (22 August 2015). "Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for 301 acute and chronic diseases and injuries in 188 countries, 1990-2013: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2013". Lancet. 386 (9995): 743–800. doi:10.1016/s0140-6736(15)60692-4. PMC 4561509alt=Dapat diakses gratis. PMID 26063472. 
  10. ^ Pan, CW; Dirani, M; Cheng, CY; Wong, TY; Saw, SM (March 2015). "The age-specific prevalence of myopia in Asia: a meta-analysis". Optometry and Vision Science. 92 (3): 258–66. doi:10.1097/opx.0000000000000516alt=Dapat diakses gratis. PMID 25611765.