Kekurangan vitamin A

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
}Kelaziman kekurangan vitamin A, 1995.

Kekurangan vitamin A (Vitamin A deficiency, VAD) atau hipovitaminosis A adalah kurangnya vitamin A pada darah dan jaringan.[1] Penyakit ini lebih umum dijumpai pada negara-negara miskin, terkhususnya pada anak-anak dan wanita dalam masa reproduktif, dan jarang ditemukan pada negara-negara yang lebih berkembang. Rabun senja menjadi tanda-tanda awal kekurangan vitamin A, karena vitamin tersebut memainkan peran yang besar pada fototransduksi visual; namun juga mejadi gejala-gejala awal yang hilang saat vitamin A dikonsumsi kembali. Xeroftalmia, keratomalacia dan kebutaan total dapat terjadi setelahnya bila kekurangannya lebih memprihatinkan.

Kekurangan vitamin A menjadi penyebab utama global dari kebutaan masa kecil yang dapat dicegah, dan penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium 4 untuk mengurangi angka kematian anak. Sekitar 250 hingga 500 ribu anak yang kekurangan gizi pada negara berkembang mengalami kebutaan setiap tahun karena kekurangan vitamin A, dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Sekitar setengahnya meninggal setahun setelah menjadi buta.[2] Sesi Spesial pada Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 menentukan tujuan yaitu mengeliminasi kekurangan vitamin A pada 2010.[3]

Kasus rabun senja karena kekurangan vitamin A juga tinggi pada wanita hamil pada banyak negara berkembang. Kekurangan vitamin A juga berkontribusi pada kematian maternal dan banyak hasil buruk lainnya pada kehamilan dan proses menyusui.[4][5][6][7]

Kekurangan vitamin A juga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada negara dengan anak yang belum diimunisasi, penyakit menular seperti campak memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Alfred Sommer, bahkan kekurangan ringan subklinikal dapat menjadi masalah, karena dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk mengembangkan infeksi pernapasan dan diare, memperlambat laju pertumbuhan, memperlambat perkebangan tulang, dan mengurangi kemungkinan selamat dari penyakit serius.[6]

Kekurangan vitamin ini diperkirakan mempengaruhi sekitar satu pertiga anak-anak dibawah lima tahun di seluruh dunia,[8] dan membunuh nyawa sekitar 670.000 anak dibawah lima tahun pertahun.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Vitamin A". Micronutrient Information Center, Linus Pauling Institute, Oregon State University, Corvallis. January 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2021. Diakses tanggal 1 November 2019. 
  2. ^ "Micronutrient Deficiencies: Vitamin A". World Health Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2013. Diakses tanggal 12 September 2019. 
  3. ^ "In Preventing Vitamin A Deficiency, a Little Friendly Bacteria Might Go a Long Way". Rutgers Today (dalam bahasa Inggris). 2011-12-19. Diakses tanggal 2019-10-27. 
  4. ^ "WHO Vitamin A deficiency | Micronutrient deficiencies". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-16. Diakses tanggal 2008-03-03. 
  5. ^ Latham, Michael E. (1997). Human Nutrition in the Developing World (Fao Food and Nutrition Paper). Food & Agriculture Organization of the United. ISBN 92-5-103818-X. 
  6. ^ a b Sommer, Alfred (1995). Vitamin a Deficiency and Its Consequences: A Field Guide to Detection and Control. Geneva: World Health Organization. ISBN 92-4-154478-3. 
  7. ^ "A world fit for children" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-10-12. Diakses tanggal 2008-03-03. 
  8. ^ World Health Organization, Global prevalence of vitamin A deficiency in populations at risk 1995–2005, WHO global database on vitamin A deficiency.
  9. ^ Black RE et al., Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences, The Lancet, 2008, 371(9608), p. 253.