Kedutaan Besar Tiongkok, Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kedutaan Besar Tiongkok, Jakarta
Koordinat6°13′32″S 106°49′32″E / 6.22556°S 106.82556°E / -6.22556; 106.82556Koordinat: 6°13′32″S 106°49′32″E / 6.22556°S 106.82556°E / -6.22556; 106.82556
LokasiJakarta Selatan
AlamatJl. Mega Kuningan No. 2
Duta BesarXiao Qian[1]
Situs webid.china-embassy.org

Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta merupakan perwakilan diplomatik Republik Rakyat Tiongkok di Indonesia yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Kedutaan Besar ini diaktifkan kembali pada tahun 1990 seusai normalisasi hubungan Indonesia dengan Tiongkok, dan sebelumnya didirikan di kawasan Glodok pada tahun 1950.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Tiongkok sudah memiliki suatu Konsulat Jenderal di Jakarta sebelum kemerdekaan Indonesia, yakni dalam masa Belanda saat Jakarta dikenal sebagai Batavia. Negosiasi antara Tiongkok dibawah Dinasti Qing dan Belanda, menurut legasi Tiongkok ke Belanda pada saat itu Lu Zhengxiang [en], sudah berbuah persetujuan Belanda akan didirikannya suatu konsulat Tiongkok di Hindia Belanda. Perjanjian konsuler antara kedua negara ditandatangani pada tahun 1911, namun karena terjadinya Revolusi Xinhai para konsul ditunjuk oleh pemerintah Republik Tiongkok.[2] Saat Perang Dunia Kedua pecah, Konsulat Jenderal tersebut terletak di daerah Kalibaru. Dikarenakan invasi pulau Jawa oleh Jepang, konsulat tersebut dievakuasi, namun konsul jenderal Tiongkok tertangkap pasukan Jepang ketika kapalnya karam dikarenakan torpedo kapal selam Jepang.[3] Seusai perang, konsul jenderal baru sudah tiba pada bulan Januari 1946.[4]

Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia, duta besar pertama dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke Indonesia, Wang Renshu [en; zh], mulai berkerja bulan Juli 1950. Wang aktif dalam membujuk kalangan Tionghoa-Indonesia untuk memilih menjadi warga negara Tiongkok, yang menyebabkan posisinya tidak disukai pemerintah Indonesia. Pada tahun 1951, suatu insiden diplomatik terjadi ketika sejumlah staf kedubes Tiongkok ditolak masuk oleh Indonesia. Wang belakangan ditarik kembali ke Tiongkok.[5][6] Seusai peristiwa G30S/PKI, sejumlah tokoh Partai Komunis Indonesia mencari suaka politik di RRT, sehingga banyak demonstran mengepungi kedubes Tiongkok. Hubungan formal Indonesia-Tiongkok pun diputuskan pada bulan Oktober 1967.[7] Sebelum hubungan resmi diputuskan, sempat terjadi insiden dimana ribuan demonstran berhasil menerobos gerbang kedubes setelah didobrak dengan truk, dan kedutaan tersebut dijarah dengan mobil, furnitur, dan dokumen dibakar. Sejumlah staf kedutaan dan demonstran terluka, dan satu orang demonstran tewas. Seusai pemutusan hubungan, kepentingan konsuler Tiongkok diwakili oleh Rumania.[8]

Pada akhir 1970an, negosiasi antara RRT dan RI berlangsung mengenai normalisasi hubungan. Sejumlah pejabat menyatakan bahwa kedubes akan segera dibuka pada masa itu, namun hal ini tidak terjadi.[9] Bangunan bekas kedubes yang berada di Glodok digunakan sebagai tempat parkir hingga diruntuhkan pada tahun 2007.[10][11] Hubungan Indonesia dengan Tiongkok baru dinormalisasi pada tahun 1990, dan kedutaan besar Tiongkok dibuka kembali pada tanggal 27 September 1990, awalnya di lokasi sementara di Hotel Borobudur Jakarta.[12]

Sejumlah ormas Islam melangsungkan demonstrasi di sekeliling kedubes tersebut tahun 2018 dan 2019, memprotes perlakuan Tiongkok atas masyarakat Muslim Uighur.[13]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Curriculum Vitae Duta Besar Xiao Qian". Embassy of China, Jakarta. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  2. ^ Willmott, Donald E. (2009). The National Status of the Chinese in Indonesia 1900-1958 (dalam bahasa Inggris). Equinox Publishing. hlm. 30–33. ISBN 978-602-8397-28-5. 
  3. ^ Chang 2019, hlm. 208-209.
  4. ^ Chang 2019, hlm. 350-351.
  5. ^ Wong 1984, hlm. 37-39.
  6. ^ Muas, Tuty Enoch (15 Februari 2016). "Kasus Wang Renshu: Sebuah Kegagalan Diplomasi RRC terhadap Indonesia". Paradigma, Jurnal Kajian Budaya. 3 (1): 64–65. doi:10.17510/paradigma.v3i1.33. 
  7. ^ Wong 1984, hlm. 48.
  8. ^ "Kedutaan RRC dan Orang Tionghoa Jadi Sasaran". VIVA.co.id. 6 Oktober 2008. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  9. ^ Wong 1984, hlm. 57-58.
  10. ^ "Eks Kedubes Cina di Glodok Berganti Rupa". detikcom. 5 Juli 2007. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  11. ^ Administrator (28 Mei 1983). "'Diplomasi' Parkir Di Bekas RRC". Tempo.co. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  12. ^ "China officially reopens embassy in Indonesia". UPI (dalam bahasa Inggris). 27 September 1990. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  13. ^ "Massa mendemo Kedubes China bela Muslim Uighur, pemerintah Indonesia 'masih terkesan senyap'". BBC News Indonesia. 20 Desember 2019. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]