Lompat ke isi

Kanker usus besar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kanker usus)
Kanker usus besar
Lokasi dan tampilan dua contoh tumor kolorektal
Informasi umum
Nama lainKanker usus besar, kanker dubur, kanker usus
SpesialisasiGastroenterologi Bedah umum Onkologi
PenyebabUsia tua, faktor gaya hidup dan kelainan genetik[1][2]
Faktor risikoDiet, Kegemukan, merokok, Gaya hidup kurang bergerak, Penggunaan alkohol[1][3]
Aspek klinis
Gejala dan tandaDarah dalam tinja, perubahan buang air besar, penurunan berat badan yang tidak disengaja, Muntah, kelelahan[4]
DiagnosisBiopsi selama Sigmoidoskopi atau Kolonoskopi[4]
Tata laksana
PencegahanSkrining kanker dari usia 45 sampai 75 tahun
PerawatanOperasi, Radioterapi, Kemoterapi, Terapi target[5]
PrognosisKelangsungan hidup lima tahun 65% (Amerika Serikat)[6]
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi9.4 juta (2015)[8]
Kematian551,000 (2018)[7]

Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker pada usus, anal dan usus buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di dunia Barat. Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun.[9] Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma pada usus dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama. Perkembangan polip tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Terapi untuk kanker ini biasanya melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan kemoterapi. Sekitar 75-95% kasus kanker usus menyerang orang dengan risiko genetika tingkat rendah atau tidak sama sekali.[10][11]

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan kanker usus besar seharusnya dapat dicegah, dengan penelitian/pengamatan dan perubahan gaya hidup.[12][13]

Gaya hidup

[sunting | sunting sumber]

Rekomendasi saat ini untuk mencegah kanker usus besar meliputi peningkatan konsumsi biji-bijian utuh, buah-buahan dan sayur-sayuran, dan mengurangi konsumsi daging (berwarna) merah.[14][15] Walaupun demikian konsumsi serat, buah-buahan dan sayur-sayuran sehubungan dengan kanker usus besar masih lemah.[15] Kegiatan fisik (Physical exercise) berhubungan dengan kemudahan buang air besar, tetapi tidak mengurangi risiko kanker usus besar.[16][17] Duduk untuk jangka waktu lama secara regular/teratur berhubungan dengan tingkat kematian yang meningkat karena kanker usus besar. Risiko ini tidak dapat dihindarkan dengan melakukan olahraga yang teratur, meskipun memang menurunkannya.[18]

Diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi kopi secara rutin ternyata memiliki 15 persen risiko lebih kecil terkena kanker usus. Sedangkan, mereka yang minum enam gelas atau lebih, maka risiko terserang kanker usus berkurang hingga 40 persen.[19]

Obat-obatan

[sunting | sunting sumber]

Aspirin dan celecoxib mengurangi risiko kanker usus besar pada yang berisiko tinggi.[20] Bagaimanapun hal ini tidak direkomendasikan pada mereka yang berisiko sedang.[21] Terdapat bukti lain bahwa suplemen kalsium dapat juga digunakan, tetapi bukti-buktinya belum cukup untuk merekomendasikan pemakaian suplemen kalsium.[22] Vitamin D dan tekanan darah (blood levels) berhubungan dengan penurunan risiko kanker usus besar.[23][24]

Penapisan

[sunting | sunting sumber]

Lebih dari 80 persen kanker usus besar berasal dari terjadinya polip (adenomatous polyps) yang membuat kanker usus besar sangat cocok untuk ditapis. Diagnosis melalui penapisan terjadi 2-3 tahun sebelum diagnosis ditegakkan karena timbulnya gejala-gejala.[11] Penapisan dapat mengurangi kematian akibat kanker usus besar hingga 60%.[25]

Tiga jenis penapisan yang sekarang ini sering dilakukan adalah tes darah samar (fecal occult blood), flexible sigmoidoscopy, dan kolonoskopi.[11] Sigmoidoscopy tidak dapat mendeteksi sisi kanan atas dari usus besar, padahal 42% dari malignansi biasanya ditemukan di sini.[26] Kolonoskopi virtual melalui CT scan yang tidak invasif tampaknya bagus sebagai acuan deteksi kanker dan adenoma, tetapi mahal, ada radiasi, dan tidak dapat mengambil pertumbuhan tak normal yang ditemukan seperti halnya kolonoskopi biasa.[11] Yang paling baru saat ini adalah tes pada kotoran BAB dengan M2-PK Test dengan tingkat akurasi di atas 80%. Tes dapat berbentuk tes ELISA kuantitatif secara penuh atau hanya berupa tes cepat (rapid test) dengan tes kit yang dijual bebas seperti halnya untuk tes kehamilan.Tes darah samar pada kotoran BAB direkomendasikan dilakukan tiap 2 tahun sekali dan bisa melalui tes guaiac atau tes immunochemical.[11] Jika hasilnya positip, maka tindak lanjut melalui pemeriksaan kolonoskopi perlu dilakukan. Tes darah samar yang dilakukan setahun atau dua tahun sekali mengurangi tingkat kematian akibat kanker usus besar sebesar 16% dan mereka yang melakukan penapisan sebelum adanya kanker usus besar penurunan tingkat kematiannya mencapai 23%.[27] Tes immunochemical lebih akurat dan tidak perlu diet atau mengubah jadwal asupan obat-obatan sebelum testing dilakukan.[28]

Di Amerika Serikat penapisan direkomendasikan pada mereka yang berusia 50 hingga 75 tahun dengan sigmoidoscopy setiap 5 tahun sekali dan kolonoskopi setiap 10 tahun sekali. Pada mereka yang berisiko tinggi, penapisan dilakukan mulai umur 40-an.[11][29] Tidak jelas mana di antar 2 cara tersebut yang lebih tepat.[30] Kolonoskopi mungkin menemukan kanker lebih banyak pada bagian bawah dari usus besar, tetapi biayanya lebih besar dan lebih kompleks.[30] Pada mereka yang berisiko sedang dan telah melakukan kolonoskopi yang berkualitas dan hasilnya normal, maka American Gastroenterological Association tidak merekomendasikan penapisan jenis apapun selama 10 tahun ke depan.[31][32] Bagi mereka yang telah berusia 75 tahun dan harapan hidupnya kurang dari 10 tahun, penapisan jenis apapun juga tidak direkomendasikan.[33]

Penapis tumor M2-PK sudah ada di Indonesia berbentuk Tes ELISA kuantitatif penuh yang dilakukan oleh RS Kanker dengan biaya kurang lebih 2 sampai 3 kali biaya tes darah samar, tetapi masih kurang dari separuh biaya kolonoskopi yang invasif. Tes M2-PK ini tidak memiliki negatip palsu, jadi kalau negatip, berati memang benar-benar negatip. Bagi mereka yang berisiko ringan/sedang mungkin sebaiknya lebih memilih tes ini. Ternyata test M2-PK juga berguna untuk penapisan kanker paru-paru di mana tes M2-PK lebih baik daripada menggunakan tes SCC atau NSE tumor markers.. Saat ini di negara-negara maju penggunaan penapis tumor M2-PK digalakkan lebih dari penggunaan tes darah samar guiac (gFOBT) untuk penapisan berkala/rutin, karena dapat menapis tumor yang telah berdarah ataupun belum berdarah.[34] Penapis tumor M2-PK dapat menapis hingga 80% kanker usus besar dan hingga 44% adenoma > 1 sentimeter, sementara tes darah samar guiac menapis antara 13 hingga 50 persen kanker usus besar saja.[34] Beberapa negara di Eropa dan juga Australia memiliki program nasional penapisan kanker usus besar yang masih menggunakan tes darah samar pada mereka yang berusia 50 hingga 60 tahun.[35][36][37]== Epidemiologi ==

Jumlah kematian penderita kanker usus berdasarkan umur per 100000 penduduk pada tahun 2004.[38]
  data tak tersedia
  <2.5
  2.5-5
  5-7.5
  7.5-10
  10-12.5
  12.5-15
  15-17.5
  17.5-20
  20-22.5
  22.5-25
  25-27.5
  >27.5

Di dunia, lebih dari 1 juta orang menderita kanker usus setiap tahunnya,[11] yang mengakibatkan kematian sekitar setengah juta orang.[39]

Di Indonesia, rata-rata angka penderita kanker usus mencapai 19,1 per 100.000 populasi laki-laki di Indonesia, dan 15,6 per 100.000 populasi perempuan di Indonesia.[40]

Di Amerika Serikat, berdasarkan data tahun 2007-2009 4,96% pria dan wanita yang lahir sekarang didiagnosis akan menderita kanker usus pada masa depan mereka.[41]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama WCR2014_5.5
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NCI2014Pre
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Theodoratou2017
  4. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NCI2014Pt
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NCI2014PtTx
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SEER2014
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bray2018
  8. ^ Vos T, Barber RM, Bell B, Bertozzi-Villa A, Biryukov S, Bolliger I, et al. (GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborators) (October 2016). "Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for 310 diseases and injuries, 1990–2015: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1545–1602. doi:10.1016/S0140-6736(16)31678-6. PMC 5055577alt=Dapat diakses gratis. PMID 27733282. 
  9. ^ "Cancer". World Health Organization. February 2006. Diakses tanggal 2007-05-24. 
  10. ^ Watson AJ, Collins, PD (2011). "Colon cancer: a civilization disorder". Digestive diseases (Basel, Switzerland). 29 (2): 222–8. doi:10.1159/000323926. PMID 21734388. 
  11. ^ a b c d e f g Cunningham D, Atkin W, Lenz HJ, Lynch HT, Minsky B, Nordlinger B, Starling N (2010). "Colorectal cancer". Lancet. 375 (9719): 1030–47. doi:10.1016/S0140-6736(10)60353-4. PMID 20304247. 
  12. ^ Searke, David (2006). Cancer Epidemiology and Prevention (edisi ke-3). Oxford University Press. hlm. 809. ISBN 9780199747979. 
  13. ^ Rennert, Gad (2007). Cancer Prevention. Springer. hlm. 179. ISBN 9783540376965. 
  14. ^ Campos FG, Logullo Waitzberg, AG, Kiss, DR, Waitzberg, DL, Habr-Gama, A, Gama-Rodrigues, J (Jan 2005). "Diet and colorectal cancer: current evidence for etiology and prevention". Nutricion hospitalaria : organo oficial de la Sociedad Espanola de Nutricion Parenteral y Enteral. 20 (1): 18–25. PMID 15762416. 
  15. ^ a b Doyle VC, Logullo Waitzberg, AG, Kiss, DR, Waitzberg, DL, Habr-Gama, A, Gama-Rodrigues, J (May 2007). "Nutrition and colorectal cancer risk: a literature review". Gastroenterology nursing : the official journal of the Society of Gastroenterology Nurses and Associates. 30 (3): 178–82; quiz 182–3. doi:10.1097/01.SGA.0000278165.05435.c0. PMID 17568255. 
  16. ^ Harriss DJ, Atkinson, G, Batterham, A, George, K, Cable, NT, Reilly, T, Haboubi, N, Renehan, AG, Colorectal Cancer, Lifestyle, Exercise And Research, Group (Sep 2009). "Lifestyle factors and colorectal cancer risk (2): a systematic review and meta-analysis of associations with leisure-time physical activity". Colorectal disease : the official journal of the Association of Coloproctology of Great Britain and Ireland. 11 (7): 689–701. doi:10.1111/j.1463-1318.2009.01767.x. PMID 19207713. 
  17. ^ Robsahm TE, Aagnes B, Hjartåker A, Langseth H, Bray FI, Larsen IK (November 2013). "Body mass index, physical activity, and colorectal cancer by anatomical subsites: A systematic review and meta-analysis of cohort studies". Eur. J. Cancer Prev. 22 (6): 492–505. doi:10.1097/CEJ.0b013e328360f434. PMID 23591454. 
  18. ^ Templat:Vcite2 journal
  19. ^ ternyata kopi bisa menghindarkan kita dari risiko terkena kanker usus[pranala nonaktif permanen]
  20. ^ Cooper K, Squires, H, Carroll, C, Papaioannou, D, Booth, A, Logan, RF, Maguire, C, Hind, D, Tappenden, P (Jun 2010). "Chemoprevention of colorectal cancer: systematic review and economic evaluation". Health technology assessment (Winchester, England). 14 (32): 1–206. doi:10.3310/hta14320. PMID 20594533. 
  21. ^ Agency for Healthcare Research and Quality. "Aspirin or Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs for the Primary Prevention of Colorectal Cancer". United States Department of Health & Human Services. 2010/2011 
  22. ^ Weingarten MA, Zalmanovici, A, Yaphe, J (2008). Weingarten, Michael Asher MA, ed. "Dietary calcium supplementation for preventing colorectal cancer and adenomatous polyps". Cochrane database of systematic reviews (Online) (1): CD003548. doi:10.1002/14651858.CD003548.pub4. PMID 18254022. 
  23. ^ Ma Y, Zhang, P, Wang, F, Yang, J, Liu, Z, Qin, H (2011). "Association between vitamin D and risk of colorectal cancer: a systematic review of prospective studies". Journal of clinical oncology : official journal of the American Society of Clinical Oncology. 29 (28): 3775–82. doi:10.1200/JCO.2011.35.7566. PMID 21876081. 
  24. ^ Yin L, Grandi, N, Raum, E, Haug, U, Arndt, V, Brenner, H (Jul 2011). "Meta-analysis: Serum vitamin D and colorectal adenoma risk". Preventive medicine. 53 (1–2): 10–6. doi:10.1016/j.ypmed.2011.05.013. PMID 21672549. 
  25. ^ He J, Efron, JE (2011). "Screening for colorectal cancer". Advances in surgery. 45: 31–44. doi:10.1016/j.yasu.2011.03.006. PMID 21954677. 
  26. ^ Siegel RL, Ward EM, Jemal A (Mar 2012). "Trends in Colorectal Cancer Incidence Rates in the United States by Tumor Location and Stage, 1992–2008". Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. 21 (3): 411–6. doi:10.1158/1055-9965.EPI-11-1020. PMID 22219318. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-29. Diakses tanggal September 16, 2012. 
  27. ^ Hewitson, P; Glasziou, P; Watson, E; Towler, B; Irwig, L (June 2008). "Cochrane systematic review of colorectal cancer screening using the fecal occult blood test (hemoccult): an update". The American journal of gastroenterology. 103 (6): 1541–9. doi:10.1111/j.1572-0241.2008.01875.x. PMID 18479499. 
  28. ^ Lee, Jeffrey K.; Liles, Elizabeth G.; Bent, Stephen; Levin, Theodore R.; Corley, Douglas A. (4 February 2014). "Accuracy of Fecal Immunochemical Tests for Colorectal Cancer". Annals of Internal Medicine. 160 (3): 171–181. doi:10.7326/M13-1484. 
  29. ^ "Screening for Colorectal Cancer". U.S. Preventive Services Task Force. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-07. Diakses tanggal 2015-03-04. 
  30. ^ a b Brenner, H.; Stock, C.; Hoffmeister, M. (9 April 2014). "Effect of screening sigmoidoscopy and screening colonoscopy on colorectal cancer incidence and mortality: systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials and observational studies". BMJ. 348 (apr09 1): g2467–g2467. doi:10.1136/bmj.g2467. 
  31. ^ American Gastroenterological Association. "Five Things Physicians and Patients Should Question" (PDF). Choosing Wisely: an initiative of the ABIM Foundation. American Gastroenterological Association. Diakses tanggal August 17, 2012. 
  32. ^ Winawer, S (February 2003). "Colorectal cancer screening and surveillance: clinical guidelines and rationale-Update based on new evidence". Gastroenterology. 124 (2): 544–60. doi:10.1053/gast.2003.50044. PMID 12557158. 
  33. ^ Qaseem A, Denberg TD, Hopkins RH Jr; et al. (2012). "Screening for Colorectal Cancer: A Guidance Statement From the American College of Physicians". Annals of Internal Medicine. 156 (5): 378–386. doi:10.7326/0003-4819-156-5-201203060-00010. PMID 22393133. 
  34. ^ a b Tonus, C; Sellinger, M; Koss, K; Neupert, G (14 August 2012). "Faecal pyruvate kinase isoenzyme type M2 for colorectal cancer screening: a meta-analysis". World journal of gastroenterology : WJG. 18 (30): 4004–11. PMID 22912551. 
  35. ^ [1]
  36. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-24. Diakses tanggal 2015-03-04. 
  37. ^ [2]
  38. ^ "WHO Disease and injury country estimates". World Health Organization. 2009. Diakses tanggal Nov. 11, 2009. 
  39. ^ Merika E, Saif, MW, Katz, A, Syrigos, K, Morse, M (2010). "Review. Colon cancer vaccines: an update". In vivo (Athens, Greece). 24 (5): 607–28. PMID 20952724. 
  40. ^ Warga Kota Besar Rentan Idap Kanker Usus[pranala nonaktif permanen]
  41. ^ Howlader N, Noone AM, Krapcho M, Neyman N, Aminou R, Altekruse SF, Kosary CL, Ruhl J, Tatalovich Z, Cho H, Mariotto A, Eisner MP, Lewis DR, Chen HS, Feuer EJ, Cronin KA (eds). "SEER Cancer Statistics Review, 1975-2009 (Vintage 2009 Populations)". National Cancer Institute. Bethesda, MD, http://seer.cancer.gov/csr/1975_2009_pops09/, based on November 2011 SEER data submission, posted to the SEER web site, 2012.  Hapus pranala luar di parameter |journal= (bantuan)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]