Kami Puji dengan Riang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kami Puji Dengan Riang adalah sebuah kidung populer di kalangan gereja-gereja Protestan yang termuat dalam buku nyanyian Kristen Kidung Jemaat Nomor 3, yang diterbitkan oleh Yamuger. Kidung ini menggunakan nada Hymn of Joy gubahan komposer Beethoven pada tahun 1824, sedangkan syair pertama dari kidung ini dalam bahasa Inggris ditulis oleh Henry van Dyke pada tahun 1907 dengan judul asli Joyful, Joyful, We Adore Thee. Terjemahan versi Yamuger digubah oleh E. L. Pohan pada tahun 1978. Kidung ini biasa dinyanyikan sebagai nyanyian prosesi perarakan Pendeta dan Penatua memasuki Tempat ibadah dalam Kebaktian Protestan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

“Bagiku tak ada hal yang lebih menggembirakan selain bertemu dengan Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajah-Nya kepada orang lain”, demikian tulis Beethoven tentang perasaannya setiap kali ia mengurung diri dan menghasilkan sebuah karya musik.

Ludwig van Beethoven (1770-1827) memang telah memantulkan cahaya Tuhan dalam bentuk karya musik yang terus abadi hingga kini. Ia telah mengarang ratusan simfoni, kuartet, sonata, variasi, fidelio, kantata dan banyak lagu gereja serta lagu umum.

Begitulah jalan hidup Beethoven selanjutnya. Sebagai seorang yang tetap membujang seumur hidup, setiap hari ia mengarang karya musik. Tiap kali mencari ilham ia mengurung dirinya sampai berhari-hari. Santapannya sering kali menjadi basi karena ia lupa makan. Lalu setiap kali ia berhasil menyelesaikan sebuah karangan, ia keluar ruangan dengan rasa girang. Ia merasa telah melihat wajah Tuhan. Ia merasa telah melihat cahaya ilahi, dan ia ingin memantulkan cahaya itu kepada orang lain, melalui karya musiknya. Ia merasa seolah-olah wajahnya bercahaya seperti Musa yang wajahnya sampai harus diselubungi, ketika “kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan”. (Keluaran 34:29–35).

Spiritualitas Beethoven berbuah dalam bentuk karya musik. Tulisnya, “Tujuanku adalah menghadirkan kemuliaan Tuhan dan menggetarkan kalbu para pemusik yang melantunkan lagu-lagu ini serta para pendengarnya.”

Sepanjang hidupnya Beethoven, juga menderita akibat rupa-rupa penyakit. Yang paling menyedihkan adalah gangguan pendengarannya. Telinga adalah anggota tubuh yang paling dipakai oleh Beethoven dalam karyanya. Akibatnya, telinganya cepat rusak. Pada usia 28 tahun, pendengarannya mulai berkurang. Kian lama kian parah. Ia memimpin konser padahal ia sendiri tidak bisa mendengarnya. Pada usia 44 tahun, ia menjadi benar-benar tuli. Sejak itu, ia tidak tampil lagi di panggung. Ia berkarya di rumah. Selain itu, ia juga menderita beberapa penyakit lain. Ketika menyanyikan lagu “Kami Puji Dengan Riang”, dari Kidung Jemaat nomor 3, tidak banyak orang tahu bahwa lagu itu diciptakan oleh Beethoven yang sudah tuli total dan sakit-sakitan, pada usia 54 tahun.

Sedangkan lirik pada kidung ini baru ditulis pada tahun 1907, oleh seorang Pendeta Gereja Presbiterian Amerika Serikat, Henry van Dyke saat memandang keindahan pegunungan Berkshire di Massachusetts. Kombinasi kata-kata dan musik yang hebat ini menghasilkan “Joyful, Joyful, We Adore Thee,” yang merupakan satu dari ekspresi himne berbahasa Inggris yang paling riang.

Satu dari ide-ide van Dyke yang penuh kekuatan adalah bahwa kasih karunia Allah bagi kita seharusnya melahirkan kasih persaudaraan bagi sesama kita. Dengan pertolongan Allah kita dapat mengatasi perselisihan dan dibangun dalam sukacita Tuhan yaitu pada saat kita membagikan kasih kita kepada orang lain setiap hari.

Henry van Dyke adalah pendeta Presbiterian terkenal, yang untuk beberapa lama melayani sebagai moderator dalam denominasinya, dan juga sebagai seorang Pendeta Angkatan Laut dalam Perang Dunia I. Di kemudian hari ia menjadi Duta Besar di Belanda dan Luxemburg pada pemerintahan Presiden Wilson. Selama beberapa tahun, ia juga melayani sebagai Guru Besar Kesusasteraan di Universitas Princeton.

Masuk ke Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kidung ini diperkenalkan dan dipopulerkan di Indonesia oleh para Zending Belanda. Di berbagai gereja Indonesia yang berakar pada tradisi Hervomd dan Gereformeerd, kidung ini sangat populer, karena lirik yang riang serta nada yang sangat terkenal. Selain di Kidung Jemaat, berbagai versi terjemahan lain termuat di Buku Ende milik Huria Kristen Batak Protestan, Nyanyian Rohani yang merupakan buku himne gereja - gereja Indonesia Timur, Kidung Puji Pujian Kristen yang banyak digunakan di gereja - gereja berbahasa Tionghoa di Indonesia, dan Pujian Bagi Sang Raja terbitan Sinode GBIS. Versi lain dalam bahasa Indonesia berjudul "Kesukaan Yang Ceria".

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]