Festival Oncor: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 10: Baris 10:
Petinggi [[Bandungrejo, Kalinyamatan, Jepara|Bandungrejo]] bersama panitia menaruh perhatian besar pada adanya kelestarian tradisi lokal ini, mengingat semakin hari semakin tipis keimanan dan kesadaran melestarikan budaya lokal akibat terpaan arus globalisasi yang kencang di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Pihak penyelenggara juga berharap agenda ini mampu membuka cakrawala pandang kaum muda untuk tetap teguh menatap masa depan tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal.
Petinggi [[Bandungrejo, Kalinyamatan, Jepara|Bandungrejo]] bersama panitia menaruh perhatian besar pada adanya kelestarian tradisi lokal ini, mengingat semakin hari semakin tipis keimanan dan kesadaran melestarikan budaya lokal akibat terpaan arus globalisasi yang kencang di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Pihak penyelenggara juga berharap agenda ini mampu membuka cakrawala pandang kaum muda untuk tetap teguh menatap masa depan tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal.


==Reference==
==Referensi==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 13 Juni 2013 14.50

Festival Oncor atau Bandungrejo Oncor Festival atau Jepara Oncor Festival[1] adalah salah satu acara rutin yang diselenggarakan Pemdes Bandungrejo, Pemkec Kalinyamatan, dan IPNU-IPPNU. Festival Oncor diselenggarakan pada malam takbiran Idul Adha, untuk menjaga tradisi Festival Oncor di Bandungrejo.[2]

Etimologi

Oncor merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti obor sehingga dinamakan Festival Oncor.

Acara

Festival Oncor dibagi ke dalam dua bagian. Pada bagian pertama meliputi penilaian kostum, yel-yel, dan cara membunyikan alat musik untuk membangunkan warga. Sementara pada bagian kedua meliputi keliling dari desa Bandungrejo menuju Kecamatan Kalinyamatan dengan bersama-sama seluruh kelompok peserta festival.

Tujuan

Petinggi Bandungrejo bersama panitia menaruh perhatian besar pada adanya kelestarian tradisi lokal ini, mengingat semakin hari semakin tipis keimanan dan kesadaran melestarikan budaya lokal akibat terpaan arus globalisasi yang kencang di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Pihak penyelenggara juga berharap agenda ini mampu membuka cakrawala pandang kaum muda untuk tetap teguh menatap masa depan tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal.

Referensi

Pranata Luar