Chappy Hakim: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 81: Baris 81:


==== Peristiwa Bawean ====
==== Peristiwa Bawean ====
Peristiwa Bawean adalah peristiwa yang terjadi pada hari Kamis, 3 Juli 2003 di daerah udara kedaulatan Indonesia, tepatnya di atas [[Pulau Bawean]], sebuah pulau yang berlokasi di [[Laut Jawa]], kurang lebih berjarak 80 [[Mil laut|Mil]] atau 120 [[Kilometer|Km]] arah Utara dari [[Gresik]], [[Jawa Timur]]. Peristiwa bermula ketika ada [[Armada Ketujuh Amerika Serikat]], yang salah satunya berupa [[Kapal induk kelas Nimitz]], [[USS Carl Vinson]] yang sedang berlayar dari arah Barat ke Timur bersama dua kapal [[Fregat]] dan sebuah [[Kapal perusak]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]. Ketika berada di perairan [[Alur Laut Kepulauan Indonesia]], 5 pesawat tempur jenis [[F/A-18 Hornet]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]], terbang dan melakukan manuver yang cukup membahayakan penerbangan sipil, [[Green 63]], dan terlihat secara visual oleh awak pesawat [[Boeing 737-200]] [[Bouraq Indonesia Airlines]] yang sedang menuju [[Surabaya]], sekitar pukul 15:00 WIB, yang kemudian dilaporkan ke [[Pemandu lalu lintas udara]] [[Bali]], yang kemudian diteruskan kepada [[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia]]. Di lain pihak, [[TNI AU]] juga menangkap pergerakan pesawat-pesawat [[AL AS]] tersebut.{{Sfn|Bachtiar|2018|p=xix - xx}}{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=04 Juli 2003|title=Lima Pesawat F-18 AS Bermanuver di Bawean|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=07 Juli 2003|title=Perang Elektronika di Kawasan Bawean: Beberapa manuver dalam perang elektronika antara F-16 TNI AU dengan F-18 Hornet AL AS|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref>
Peristiwa Bawean adalah peristiwa yang terjadi pada hari Kamis, 3 Juli 2003 di daerah udara kedaulatan Indonesia, tepatnya di atas [[Pulau Bawean]], sebuah pulau yang berlokasi di [[Laut Jawa]], kurang lebih berjarak 80 [[Mil laut|Mil]] atau 120 [[Kilometer|Km]] arah Utara dari [[Gresik]], [[Jawa Timur]]. Peristiwa bermula ketika ada [[Armada Ketujuh Amerika Serikat]], yang salah satunya berupa [[Kapal induk kelas Nimitz]], [[USS Carl Vinson]] yang sedang berlayar dari arah Barat ke Timur bersama dua kapal [[Fregat]] dan sebuah [[Kapal perusak]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]. Ketika berada di perairan [[Alur Laut Kepulauan Indonesia]], 5 pesawat tempur jenis [[F/A-18 Hornet]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]], terbang dan melakukan manuver yang cukup membahayakan penerbangan sipil, [[Green 63]], dan terlihat secara visual oleh awak pesawat [[Boeing 737-200]] [[Bouraq Indonesia Airlines]] yang sedang menuju [[Surabaya]], sekitar pukul 15:00 WIB, yang kemudian dilaporkan ke [[Pemandu lalu lintas udara]] [[Bali]], yang kemudian diteruskan kepada [[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia|Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia]], [[Marsekal Muda]] [[Wresniwiro]]. Di lain pihak, [[TNI AU]] juga menangkap pergerakan pesawat-pesawat [[AL AS]] tersebut, yang dianggap sebagai pergerakan pesawat tidak dikenal karena tidak tercatat dalam laporan penerbangan yang ada.{{Sfn|Bachtiar|2018|p=xix - xx}}{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=04 Juli 2003|title=Lima Pesawat F-18 AS Bermanuver di Bawean|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=07 Juli 2003|title=Perang Elektronika di Kawasan Bawean: Beberapa manuver dalam perang elektronika antara F-16 TNI AU dengan F-18 Hornet AL AS|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref name=":8">{{Cite web|last=P. Marboen|first=Ade|date=15 Maret 2017|title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean|url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|website=Antara News|access-date=09 Juli 2020}}</ref>

Dalam prosedur yang ada, [[Kohanudnas|Pangkohanudnas]] memiliki garis kendali di bawah [[Panglima TNI]], namun untuk pembinaannya, ada di bawah [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]] yang pada saat itu dijabat oleh Pak Marsekal Chappy Hakim. Kondisi ini membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, sehingga [[KASAU]] menyetujui usulan dari [[Kohanudnas|Pangkohanudnas]] untuk melakukan [[Pesawat pencegat|''intercept'']] pesawat-pesawat tersebut, sesuai dengan prosedur yang sudah ada, dan [[KASAU]] yang akan melaporkannya ke [[Panglima TNI]].{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82">{{Cite web|last=P. Marboen|first=Ade|date=15 Maret 2017|title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean|url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|website=Antara News|access-date=09 Juli 2020}}</ref> [[Pangkalan Udara Iswahyudi]] berlokasi kurang lebih 20 menit penerbangan dengan lokasi, sehingga sesuai persetujuan [[KASAU]], maka [[Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II]], [[Marsda]] [[Teddy Sumarno]], memerintahkan dua pesawat [[F-16]] [[TNI AU]], bernomor ekor TS-1602 bersandikan Falcon 1, [[Kapten (TNI)|Kapten PNB]] Tony Heryanto dan [[Kapten (TNI)|Kapten PNB]] Satriyo Utomo dan TS-1603 bersandikan Falcon 2, diawaki [[Kapten (TNI)|Kapten PNB]] [[Ian Fuady]] dan [[Kapten (TNI)|Kapten PNB]] [[Fajar Adriyanto]], guna melaksanakan misi tersebut.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82" />

Dalam pertemuan di udara tersebut, sempat terjadi perang elektronika antara keduanya. Dua dari lima [[F/A-18 Hornet|Hornet]] [[AL AS]] mengambil sikap bermusuhan (''hostile'') dan melakukan aksi "''jamming''" terhadap [[F-16]] [[TNI AU]]. Perang [[Penangkal elektronik|ECM (''Eletronic Counter Measure)'']] dilawan dengan menghidupkan perangkat ''anti-jamming'', sehingga usaha untuk menutup "mata" pesawat-pesawat [[TNI AU]] gagal. Kelima [[F/A-18 Hornet|Hornet]] [[AL AS]] terpantau dengan jelas di radar kedua Falcon TNI AU, dan mereka bisa saja melepaskan rudal [[AIM-9 Sidewinder]]. Sikap bermusuhan [[F/A-18 Hornet|Hornet]], baru mereda ketika Falcon 1, melakukan manuver ''rocking-the-wing'', yang menandakan bahwa Falcon 2 tidak mengancam mereka.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}

Pada saat komunikasi keduanya berhasil dibuka, diketahui bahwa pesawat-pesawat [[Angkatan Laut Amerika Serikat|AL AS]] merasa bahwa mereka masih berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat [[TNI AU]] untuk menjauh. Namun disampaikan oleh pesawat [[TNI AU]] bahwa mereka, pesawat-pesawat [[Angkatan Laut Amerika Serikat|AL AS]] berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan [[Deklarasi Djuanda]]. ''Falcon Flight'' meminta mereka untuk segera mengontak ke [[Pemandu lalu lintas udara|ATC]] setempat, [[Pemandu lalu lintas udara|Bali ''Control'']], yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetahui adanya itu, pesawat-pesawat [[Angkatan Laut Amerika Serikat|AL AS]] itu kemudian terbang menjauh, dan itu dipatuhi oleh pesawat-pesawat [[F/A-18 Hornet|Hornet]] tersebut. Dalam aturan internasional, jalur penerbangan komersial, tidak bisa dipakai untuk melakukan manuver-manuver provikatif, apalagi sampai membahayakan pesawat lainnya yang ada di jalur itu. Ketika mereka berada di wilayah kedaulatan Indonesia, semuanya harus dilaporkan ke [[Pemandu lalu lintas udara|Menara ATC]] terdekat.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":8" />

* Pa Skuadron 2 Halim Perdanakusuma (1973)
* Pa Skuadron 2 Halim Perdanakusuma (1973)

* Penerbang VIP Kepresidenan
* Penerbang VIP Kepresidenan
* Komandan Skuadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma (1989)
* Komandan Skuadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma (1989)

Revisi per 10 April 2021 01.03

Chappy Hakim
Kepala Staf TNI Angkatan Udara ke-14
Masa jabatan
25 April 2002 – 23 Februari 2005
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
Sebelum
Pendahulu
Hanafie Asnan
Pengganti
Djoko Suyanto
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir17 Desember 1947 (umur 76)
Yogyakarta
KebangsaanIndonesia
Suami/istriPusparani Hasjim
Alma materAkademi Angkatan Udara (1971)
PekerjaanTentara
ProfesiTNI
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Udara
Masa dinas1971 - 2005
Pangkat Marsekal TNI
SatuanKorps Penerbang (Angkut)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim (lahir 17 Desember 1947)[1] adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) periode 2002 - 2005, menggantikan pejabat sebelumnya, Marsekal TNI Hanafie Asnan. Chappy Hakim kemudian digantikan oleh Marsekal TNI Djoko Suyanto.[2]

Sejak tahun 2019 mendirikan dan memimpin PSAPI (Pusat Studi Air Power Indonesia) atau ICAP (Indonesia Center for Air Power Studies). PSAPI beranggotakan Akademisi dan Praktisi bidang kedirgantaraan dengan kegiatan utama melakukan diskusi dan pengkajian masalah masalah Air and Space yang disumbangkan bagi Pengambil Keputusan melalui jalur formal dan melalui media.

Chappy lahir dari pasangan Abdul Hakim (asal Palembang, Sumatra Selatan) dan Zubainar (asal Ombilin, Sumatra Barat). Ayahnya merupakan salah seorang wartawan yang ikut mendirikan kantor berita Antara, Menempuh sekolah Taman Kanak-Kanak sampai dengan SMA di Jakarta.

Tahun 1961 main film “Band Cilik” bersama Mangapul Panggabean, Wolly Sutinah , Atmonadi dan Soes D.A dengan sutradara Ling Inata.

Lulus Akabri Udara tahun 1971. Sekolah Penerbang AU lulus pada tahun 1973, ditempatkan di Skadron 2 Linud Ringan menerbangkan Pesawat Dakota. Bertugas sebagai penerbang perbantuan di Penerbad AD, dan pada penerbangan sipil antara lain PENAS, MNA dan Mandala Airlines. Di Mandala Airlines menerbangkan pesawat Vickers Viscount dan memperoleh lisensi ATPL (Airline Transport Pilot License). Selanjutnya kembali ke Angkatan Udara menerbangkan C-130 Hercules sampai menjabat Komandan Skadron 31 yang ke 14 dan menjadi Pilot VIP Kepresidenan.

Mengikuti pendidikan SEKKAU, SIP (Sekolah Instruktur Penerbang), Seskoau, Seskogab dan Lemhannas.

Setelah selesai dari dinas kemiliteran, Chappy lebih banyak menulis. Lebih dari 20 judul buku yang telah ia hasilkan. Disamping menulis buku, Chappy juga aktif menulis di blog pribadinya. Tulisan-tulisannya berkisar dari hal yang remeh temeh hingga pengalamannya di dunia penerbangan.

Menjabat Kepala Staf Angkatan Udara tahun 2002 sampai dengan 2005 dengan catatan peristiwa penting diantaranya lanjutan proses pengadaan pesawat Sukhoi dan peristiwa Bawean (pelanggaran wilayah udara oleh pesawat pesawat terbang US Navy).

Sebagai Pilot, Chappy Hakim mengantongi lebih dari 8 ribu jam terbang di beberapa tipe pesawat, antara lain L-4J Piper Cub, T-41D Cessna, T-34A Mentor, Jet Trainer L-29 Dolphine, C-47/DC-3 Dakota, VC-8 Vickers Viscount dan C-130 H/L-100 Hercules.

Tahun 2007, ketika terjadi banyak kecelakaan pesawat terbang, Chappy Hakim ditugaskan oleh Presiden RI sebagai Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (KNKT).

Meraih lima rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), antara lain “The Best Publisher of The Year” dengan menerbitkan buku-buku satuan jajaran Angkatan Udara sebanyak lebih dari 160 judul buku dalam kurun waktu satu tahun. Penggagas istilah “Tanah Air Udara” Indonesia

Masa Kecil dan Pendidikan

Chappy adalah anak kedua dari tujuh bersaudara, putra-putri dari pasangan Abdul Hakim dan Zubainar, yang dilahirkan pada 17 Desember 1947 di Yogyakarta. Keinginannya untuk menjadi pilot telah tumbuh sejak ia berusia 3 tahun, yang dilontarkannya ketika ia mendengar suara pesawat di angkasa, dimana pada saat itu ia sedang membuang hajat di pispot. Ketika ia mendengar suara deru pesawat itu, ia langsung pergi ke luar rumah sembari membawa pispotnya dan menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang pilot kepada ayahnya, Abdul Hakim.[3]

Kakak Chappy bernama Bachrul Hakim, sedangkan adik-adiknya bernama Rusman Julius Hakim, Alan Hakim, Thursana Hakim, Budiman Hakim dan Nurmayulies Hakim. Chappy dan Bachrul, dilahirkan di Yogyakarta, sedangkan anak-anak lainnya dilahirkan di Jakarta. Berdua bersama kedua orang tuanya, mereka pernah ikut berjalan kaki dan naik kereta api dari Yogyakarta ke ibukota Jakarta, pada peristiwa penyerahan kedaulatan RI tahun 1949. Bahrul dan Chappy memiliki beda usia yang tidak terlampau jauh, sehingga mereka cukup dekat dan memiliki nama panggilan "Aol" dan "Capi".[3]

Pendidikan Militer

  • Akademi Angkatan Udara (1971)
  • Sekolah Penerbang (1973)
  • Sekolah Instruktur Penerbang (1982)
  • Sesko TNI AU (1987)
  • Sesko ABRI (1997)
  • Lemhanas RI (1998)
  • Sarjana Universitas Terbuka (UT)

Pendidikan Luar Negeri

  • Flight Test and Aircraft Development Course, BAE Brough England/UK.;
  • Instructor Course C-130 Simulator di Lockheed Georgia USA
  • Joint Exercise Planning Staff ADF, Australia.
  • Observe Training Course USAFA Colorado Spring, USA.
  • Short Course On Aerodynamic Cranfield Institute of Technology, United Kingdom

Karier

KASAU 2002 - 2005

Peristiwa Bawean

Peristiwa Bawean adalah peristiwa yang terjadi pada hari Kamis, 3 Juli 2003 di daerah udara kedaulatan Indonesia, tepatnya di atas Pulau Bawean, sebuah pulau yang berlokasi di Laut Jawa, kurang lebih berjarak 80 Mil atau 120 Km arah Utara dari Gresik, Jawa Timur. Peristiwa bermula ketika ada Armada Ketujuh Amerika Serikat, yang salah satunya berupa Kapal induk kelas Nimitz, USS Carl Vinson yang sedang berlayar dari arah Barat ke Timur bersama dua kapal Fregat dan sebuah Kapal perusak Angkatan Laut Amerika Serikat. Ketika berada di perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia, 5 pesawat tempur jenis F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, terbang dan melakukan manuver yang cukup membahayakan penerbangan sipil, Green 63, dan terlihat secara visual oleh awak pesawat Boeing 737-200 Bouraq Indonesia Airlines yang sedang menuju Surabaya, sekitar pukul 15:00 WIB, yang kemudian dilaporkan ke Pemandu lalu lintas udara Bali, yang kemudian diteruskan kepada Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, Marsekal Muda Wresniwiro. Di lain pihak, TNI AU juga menangkap pergerakan pesawat-pesawat AL AS tersebut, yang dianggap sebagai pergerakan pesawat tidak dikenal karena tidak tercatat dalam laporan penerbangan yang ada.[4][5][6][7][8]

Dalam prosedur yang ada, Pangkohanudnas memiliki garis kendali di bawah Panglima TNI, namun untuk pembinaannya, ada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang pada saat itu dijabat oleh Pak Marsekal Chappy Hakim. Kondisi ini membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, sehingga KASAU menyetujui usulan dari Pangkohanudnas untuk melakukan intercept pesawat-pesawat tersebut, sesuai dengan prosedur yang sudah ada, dan KASAU yang akan melaporkannya ke Panglima TNI.[5][9] Pangkalan Udara Iswahyudi berlokasi kurang lebih 20 menit penerbangan dengan lokasi, sehingga sesuai persetujuan KASAU, maka Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II, Marsda Teddy Sumarno, memerintahkan dua pesawat F-16 TNI AU, bernomor ekor TS-1602 bersandikan Falcon 1, Kapten PNB Tony Heryanto dan Kapten PNB Satriyo Utomo dan TS-1603 bersandikan Falcon 2, diawaki Kapten PNB Ian Fuady dan Kapten PNB Fajar Adriyanto, guna melaksanakan misi tersebut.[5][9]

Dalam pertemuan di udara tersebut, sempat terjadi perang elektronika antara keduanya. Dua dari lima Hornet AL AS mengambil sikap bermusuhan (hostile) dan melakukan aksi "jamming" terhadap F-16 TNI AU. Perang ECM (Eletronic Counter Measure) dilawan dengan menghidupkan perangkat anti-jamming, sehingga usaha untuk menutup "mata" pesawat-pesawat TNI AU gagal. Kelima Hornet AL AS terpantau dengan jelas di radar kedua Falcon TNI AU, dan mereka bisa saja melepaskan rudal AIM-9 Sidewinder. Sikap bermusuhan Hornet, baru mereda ketika Falcon 1, melakukan manuver rocking-the-wing, yang menandakan bahwa Falcon 2 tidak mengancam mereka.[5]

Pada saat komunikasi keduanya berhasil dibuka, diketahui bahwa pesawat-pesawat AL AS merasa bahwa mereka masih berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh. Namun disampaikan oleh pesawat TNI AU bahwa mereka, pesawat-pesawat AL AS berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan Deklarasi Djuanda. Falcon Flight meminta mereka untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetahui adanya itu, pesawat-pesawat AL AS itu kemudian terbang menjauh, dan itu dipatuhi oleh pesawat-pesawat Hornet tersebut. Dalam aturan internasional, jalur penerbangan komersial, tidak bisa dipakai untuk melakukan manuver-manuver provikatif, apalagi sampai membahayakan pesawat lainnya yang ada di jalur itu. Ketika mereka berada di wilayah kedaulatan Indonesia, semuanya harus dilaporkan ke Menara ATC terdekat.[5][8]

  • Pa Skuadron 2 Halim Perdanakusuma (1973)
  • Penerbang VIP Kepresidenan
  • Komandan Skuadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma (1989)
  • Komandan Wing Taruna AAU (1992)
  • Komandan Lanud Sulaiman Bandung (1995)
  • Direktur Operasi dan Latihan (Diropslat) TNI AU (1996)
  • Gubernur AAU (1997)
  • Asisten Personalia (Aspers) Kasau (1999)
  • Komjen Akademi TNI (2000)
  • Kasau (2002)
  • Pati Mabes AU (2005)
  • Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (2016)

Artikel

  • Majalah Angkasa
  • Intisari
  • TSM
  • Sinar Harapan
  • Suara Pembaruan
  • Seputar Indonesia
  • Media Indonesia
  • Bisnis Indonesia
  • Koran Kompas
  • Koran Tempo
  • The Jakarta Post
  • Kompas.com

Buku

  • Air Diplomacy
  • Dari Segara ke Angkasa
  • Cat Rambut Orang Yahudi
  • Awas Ketabrak Pesawat
  • Berdaulat di Udara
  • Pelangi Dirgantara
  • Saksofon
  • Kapal Induk dan Human Error
  • Pertahanan Indonesia – Angkatan Perang Negara Kepulauan
  • Tanah Air Udara ku Indonesia
  • Freeport – catatan pribadi
  • Abdul Hakim Wartawan Antara dalam kenangan anak cucu
  • Defence and Aviation
  • Quo Vadis Kedaulatan Udara Indonesia
  • Menjaga Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa
  • Air Force Leadership
  • Believe it or Not Dunia Penerbangan Indonesia
  • Fenomena Pompa Bensin
  • FIR di Kepulauan Riau
  • Saya Pengen Jadi Pilot
  • Tol Udara Nusantara
  • Menata Ulang Penerbangan Nasional
  • Rute Penerbangan Pemersatu Bangsa
  • Band The Playsets
  • Penegakan Kedaulatan Negara di Udara

Penghargaan

  • Bintang Dharma
  • Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama
  • Bintang Yudha Dharma Pratama
  • Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
  • Bintang Yudha Dharma Nararya
  • Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya
  • Satyalencana Kesetiaan VIII, XVI, XXIV
  • Satyalencana GOM VIII (Kalbar), GOM IX Raksaka Dharma (Papua)
  • Satyalencana Dwidya Sista
  • Satyalencana Seroja
  • Bintang Mahaputra

Chappy Hakim juga memperoleh sejumlah bintang/tanda jasa/ penghargaan dari beberapa negara, antara lain dari:

  • Pemerintah Singapura
  • Korea Selatan
  • United States Air Force (USAF)
  • Tentera Udara Diraja Malaysia
  • Filipina
  • Kerajaan Brunei Darussalam

Pembicara di berbagai forum internasional

  • United States-Indonesia (Usindo) di Washington D.C.
  • Kokoda Foundation Canberra Australia
  • Regional Air Power Conference di LIMA
  • Langkawi Malaysia
  • Seminar tentang Ketahanan Nasional di Lemhannas
  • Keynote Speaker di IATEC Conference
  • AMROI International Conference
  • Air Power International Seminar

Sesekali dan secara berkala memberikan kuliah umum di :

  • Seskoau
  • Seskoal
  • Sespimpol
  • Sesko TNI
  • Unhan
  • UI
  • ITB
  • Unpad
  • Unika Atma Jaya
  • Universitas Marsekal Suryadarma
  • Universitas Nurtanio
  • STTD Adisutjipto
  • Nara Sumber tentang Penerbangan dan Pertahanan di berbagai media mainsteam, medsos, Radio dan Televisi

Pernah menjabat sebagai

  • Senior Advisor di PT Danone Aqua
  • Senior Advisor dan CEO di PT Freeport Indonesia
  • Komisaris Utama PTDI

Staf Ahli / Penasehat  :

  • Menteri Perhubungan RI
  • Menteri Kelautan dan Perikanan Satgas 115
  • INACOM Kementrian Perindustrian

Referensi

Catatan Kaki

  1. ^ Hakim 2018, hlm. 1 - 16.
  2. ^ "Lahir dan Hidup di Udara" Tokoh Indonesia. Diakses 8/4/2014.
  3. ^ a b Bachtiar 2018, hlm. 1 - 3.
  4. ^ Bachtiar 2018, hlm. xix - xx.
  5. ^ a b c d e Hakim 2018, hlm. 305 - 311.
  6. ^ Dudi, Sudibyo (04 Juli 2003). "Lima Pesawat F-18 AS Bermanuver di Bawean". KOMPAS. 
  7. ^ Dudi, Sudibyo (07 Juli 2003). "Perang Elektronika di Kawasan Bawean: Beberapa manuver dalam perang elektronika antara F-16 TNI AU dengan F-18 Hornet AL AS". KOMPAS. 
  8. ^ a b P. Marboen, Ade (15 Maret 2017). "F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean". Antara News. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 
  9. ^ a b P. Marboen, Ade (15 Maret 2017). "F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean". Antara News. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 

Daftar Pustaka

  • Bachtiar, Imelda (2018). DARI CAPUNG SAMPAI HERCULES, 70 TUTURAN TENTANG CHAPPY HAKIM. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-602-412-343-7. 
  • Hakim, Chappy (2018). Bachtiar, Imelda, ed. DARI SEGARA KE ANGKASA, DARI PRAJURIT UDARA KE PENULISAN DAN GURU. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-602-412-341-3. 

Pranala luar

Jabatan militer
Didahului oleh:
Hanafie Asnan
Kepala Staf TNI Angkatan Udara
2002–2005
Diteruskan oleh:
Djoko Suyanto