Gereja Norwegia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
rev
Pierrewee (bicara | kontrib)
infobox
Baris 4: Baris 4:
| image = Den norske kirkes våpen.svg
| image = Den norske kirkes våpen.svg
| imagewidth = 120px
| imagewidth = 120px
| caption = Lambang kebesaran Gereja Norwegia, sebuah salib diletakkan di atas dua kapak [[St. Olaf]]. Berdasarkan lambang kebesaran [[abad ke-16]] [[Keuskupan Agung Nidaros|Uskup Agung Nidaros]]
| caption = Lambang kebesaran Gereja Norwegia, sebuah salib diletakkan di atas dua kapak [[Olav II dari Norwegia|St. Olaf]]. Berdasarkan lambang kebesaran [[abad ke-16]] [[Keuskupan Agung Nidaros|Uskup Agung Nidaros]]
| head = [[Uskup Ketua]] [[Helga Haugland Byfuglien]] dari [[Nidaros]]
| head = [[Uskup Ketua]] [[Helga Haugland Byfuglien]] dari [[Nidaros]]
| main_classification = [[Protestan]]
| main_classification = [[Protestan]]

Revisi per 18 Oktober 2018 14.37

Gereja Norwegia
Lambang kebesaran Gereja Norwegia, sebuah salib diletakkan di atas dua kapak St. Olaf. Berdasarkan lambang kebesaran abad ke-16 Uskup Agung Nidaros
PenggolonganProtestan
OrientasiGereja Lutheran
Bentuk
pemerintahan
Episkopal
PerhimpunanFederasi Lutheran se-Dunia,
Dewan Gereja-gereja se-Dunia,
Konferensi Gereja-gereja se-Eropa,
Komuni Porvoo
WilayahNorwegia
Didirikan934 (Masuknya Kekristenan)
1537 (Reformasi Protestan)
Terpisah dariGereja Katolik Roma
Umat>3.740.000 anggota terbaptis[1]

Gereja Norwegia (Den norske kirke dalam Bokmål dan Den norske kyrkja dalam Nynorsk) adalah denominasi Lutheran evangelis Protestanisme dan sejauh ini merupakan gereja Kristen terbesar di Norwegia, dengan keanggotaan wajib untuk semua orang sampai abad ke-19.[2]

Norwegia secara bertahap dikristekan mulai pada akhir Abad Pertengahan Awal dan merupakan bagian dari Kekristenan Barat, mengakui otoritas paus sampai abad ke-16. Gereja menikmati suatu tingkat kedaulatan yang signifikan di Norwegia dan pada dasarnya berbagi kekuasaan dengan Raja Norwegia sebagai penguasa sekuler. Reformasi Lutheran di Denmark–Norwegia pada tahun 1536–1537 segera memutuskan hubungan dengan Tahta Suci/Paus, Paus Agung, dan Uskup Roma, 20 tahun setelah dimulainya Reformasi Protestan ketika Luther memakukan proposalnya di dalam 95 dalil Luther di pintu-pintu gereja Wittenberg menyerukan debat teologis mengenai dugaan pelanggaran dan kesalahan pada 31 Oktober 1517. Hal ini kemudian mengakibatkan pemisahan keuskupan Gereja Katolik di Norwegia dan seluruh Skandinavia dan pembentukan sebuah gereja negara yang terintegrasi erat dengan negara dan sepenuhnya tunduk pada otoritas kerajaan, dengan Raja sebagai Kepala Gereja di Bumi bukannya dipimpin oleh Paus/Uskup Roma.

Referensi

Pranala luar