Layar tanja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Tanja sail"
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Layar tanja''' adalah jenis layar yang biasa digunakan oleh [[Suku Melayu|bahasa Melayu]] dan [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]] orang-orang, khususnya di [[Nusantara|Indonesia]], [[Kepulauan Melayu|Malaysia]], dan [[Filipina]].
'''Layar tanja''' adalah jenis layar yang biasa digunakan oleh bangsa [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]], khususnya di [[Nusantara|Indonesia]], [[Kepulauan Melayu|Malaysia]], dan [[Filipina]].


== Asal-usul ==
== Asal-usul ==
Baris 7: Baris 7:
Layar tanja dapat dikenali dengan desainnya yang miring. Muka layar simetris dan sebagian besar daerahnya memanjang ke samping, bukan ke atas seperti layar lug.
Layar tanja dapat dikenali dengan desainnya yang miring. Muka layar simetris dan sebagian besar daerahnya memanjang ke samping, bukan ke atas seperti layar lug.


Buku abad ke-3 berjudul"''Hal-Hal Aneh dari Selatan''" (南州異物志) yang ditulis oleh Wan Chen (萬震) menjelaskan kapal-kapal besar yang berasal dari ''K un-lun'' (Negara Selatan, [[Jawa]] atau [[Sumatera]]). Kapal-kapal itu disebut ''[[Djong (kapal)|K un-lun po]]'' (atau ''K un-lun bo''). Ia menjelaskan desain layarnya sebagai berikut:{{Quote|The four sails do not face directly forward, but are set obliquely, and so arranged that they can all be fixed in the same direction, to receive the wind and to spill it. Those sails which are behind the most windward one receiving the pressure of the wind, throw it from one to the other, so that they all profit from its force. If it is violent, (the sailors) diminish or augment the surface of the sails according to the conditions. This oblique rig, which permits the sails to receive from one another the breath of the wind, obviates the anxiety attendant upon having high masts. Thus these ships sail without avoiding strong winds and dashing waves, by the aid of which they can make great speed.|Wan Chen|<ref>"''Strange Things of the South''", Wan Chen, from Robert Temple</ref>|text=The four sails do not face directly forward, but are set obliquely, and so arranged that they can all be fixed in the same direction, to receive the wind and to spill it. Those sails which are behind the most windward one receiving the pressure of the wind, throw it from one to the other, so that they all profit from its force. If it is violent, (the sailors) diminish or augment the surface of the sails according to the conditions. This oblique rig, which permits the sails to receive from one another the breath of the wind, obviates the anxiety attendant upon having high masts. Thus these ships sail without avoiding strong winds and dashing waves, by the aid of which they can make great speed.|sign=Wan Chen|source=<ref>"''Strange Things of the South''", Wan Chen, from Robert Temple</ref>}}
Buku abad ke-3 berjudul"''Hal-Hal Aneh dari Selatan''" (南州異物志) yang ditulis oleh Wan Chen (萬震) menjelaskan kapal-kapal besar yang berasal dari ''K'un-lun'' (Negara Selatan, [[Jawa]] atau [[Sumatera]]). Kapal-kapal itu disebut ''[[Djong (kapal)|K'un-lun po]]'' (atau ''K'un-lun bo''). Ia menjelaskan desain layarnya sebagai berikut:{{Quote|Keempat layar itu tidak menghadap ke depan secara langsung, tetapi diatur secara miring, dan diatur sedemikian rupa sehingga semuanya dapat diperbaiki ke arah yang sama, untuk menerima angin dan menumpahkannya. Layar-layar yang berada di belakang angin paling banyak menerima tekanan angin, melemparkannya dari satu ke yang lain, sehingga mereka semua mendapat keuntungan dari kekuatannya. Jika sedang badai, (para pelaut) mengurangi atau memperbesar permukaan layar sesuai dengan kondisi. Layar miring ini, yang memungkinkan layar untuk menerima angin dari satu dan lainnya, menghindarkan kecemasan yang terjadi ketika memiliki tiang tinggi. Dengan demikian kapal-kapal ini berlayar tanpa menghindari angin kencang dan ombak besar, dengan itu mereka dapat mencapai kecepatan tinggi.|text=The four sails do not face directly forward, but are set obliquely, and so arranged that they can all be fixed in the same direction, to receive the wind and to spill it. Those sails which are behind the most windward one receiving the pressure of the wind, throw it from one to the other, so that they all profit from its force. If it is violent, (the sailors) diminish or augment the surface of the sails according to the conditions. This oblique rig, which permits the sails to receive from one another the breath of the wind, obviates the anxiety attendant upon having high masts. Thus these ships sail without avoiding strong winds and dashing waves, by the aid of which they can make great speed.|sign=Wan Chen|source=<ref>"''Strange Things of the South''", Wan Chen, from Robert Temple</ref>}}
[[Berkas:Borobudur_ship.JPG|jmpl|[[Kapal Borobudur]]]]
[[Berkas:Borobudur_ship.JPG|jmpl|[[Kapal Borobudur]]]]
Gambaran dari layar tanja dapat dilihat pada beberapa ukiran dari ke-9 di candi Borobudur. Bangsa Cina, Arab dan Eropa semasa pelayaran awal berbicara tentang layar tanja sebagai layar khas dari 'pulau-Pulau di Bawah Angin'.
Gambaran dari layar tanja dapat dilihat pada beberapa ukiran dari ke-9 di candi Borobudur. Bangsa Cina, Arab dan Eropa semasa pelayaran awal berbicara tentang layar tanja sebagai layar khas dari "Pulau-Pulau di Bawah Angin".


== Kegunaan ==
== Kegunaan ==
Selama dekade terakhir beberapa ekspedisi dengan kapal berlayar tanja telah membuktikan kemampuan mereka - misalnya perjalanan dari replika kapal Borobudur sepanjang sejarah rute perdagangan Samudra Hindia dari Indonesia ke [[Madagaskar]] [[Ghana]], dan mungkin mencapai sejauh [[Brasil]].<ref>Cartas de Afonso de Albuquerque, Volume 1, hal. 64, 1 April, 1512</ref> Jenis kapal yang paling terkenal dengan layar tanja adalah perahu padewakang dari Sulawesi Selatan. Antara akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-20 mereka secara rutin berlayar ke pantai utara Australia untuk mencari [[teripang]]. Dalam publikasi  Belanda abad lalu ada gambar padewakang dengan layar penuh yang berjudul "Sebuah kapal bajak laut Sulawesi di Teluk Persia". Saat ini, layar ini hanya digunakan pada kapal nelayan kecil.<ref>''2004 Horst H. Liebner, Malayologist, Staf Ahli dari Badan Kelautan dan Perikanan Penelitian, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. '' </ref>
Selama dekade terakhir beberapa ekspedisi dengan kapal berlayar tanja telah membuktikan kemampuan mereka - misalnya perjalanan dari replika kapal Borobudur sepanjang sejarah rute perdagangan Samudra Hindia dari Indonesia ke [[Madagaskar]] [[Ghana]], dan mungkin mencapai sejauh [[Brasil]].<ref>Cartas de Afonso de Albuquerque, Volume 1, hal. 64, 1 April, 1512</ref> Jenis kapal yang paling terkenal dengan layar tanja adalah perahu padewakang dari Sulawesi Selatan. Antara akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-20 mereka secara rutin berlayar ke pantai utara Australia untuk mencari [[teripang]]. Dalam publikasi  Belanda abad lalu ada gambar padewakang dengan layar penuh yang berjudul "Sebuah kapal bajak laut [[Sulawesi]] di [[Teluk Persia]]". Saat ini, layar ini hanya digunakan pada kapal nelayan kecil.<ref>''2004 Horst H. Liebner, Malayologist, Staf Ahli dari Badan Kelautan dan Perikanan Penelitian, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. '' </ref>


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==


* Layar lug
* Layar lug
* Layar junk<br />
* Layar junk
* Layar lateen<br />
* Layar lateen<br />



Revisi per 22 Juni 2018 01.35

Layar tanja adalah jenis layar yang biasa digunakan oleh bangsa Melayu dan Austronesia, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Asal-usul

Juga disebut layar tanjaq, tanjak, atau tanja'. Orang Mandar menyebutnya sombal tanjaq. Disebut demikian karena ketika angin bertiup bagian bawah layar (peloang) akan "mattanjaq" (lit. "menendang").[1]

Karakteristik

Layar tanja dapat dikenali dengan desainnya yang miring. Muka layar simetris dan sebagian besar daerahnya memanjang ke samping, bukan ke atas seperti layar lug.

Buku abad ke-3 berjudul"Hal-Hal Aneh dari Selatan" (南州異物志) yang ditulis oleh Wan Chen (萬震) menjelaskan kapal-kapal besar yang berasal dari K'un-lun (Negara Selatan, Jawa atau Sumatera). Kapal-kapal itu disebut K'un-lun po (atau K'un-lun bo). Ia menjelaskan desain layarnya sebagai berikut:

The four sails do not face directly forward, but are set obliquely, and so arranged that they can all be fixed in the same direction, to receive the wind and to spill it. Those sails which are behind the most windward one receiving the pressure of the wind, throw it from one to the other, so that they all profit from its force. If it is violent, (the sailors) diminish or augment the surface of the sails according to the conditions. This oblique rig, which permits the sails to receive from one another the breath of the wind, obviates the anxiety attendant upon having high masts. Thus these ships sail without avoiding strong winds and dashing waves, by the aid of which they can make great speed.

— Wan Chen, [2]
Kapal Borobudur

Gambaran dari layar tanja dapat dilihat pada beberapa ukiran dari ke-9 di candi Borobudur. Bangsa Cina, Arab dan Eropa semasa pelayaran awal berbicara tentang layar tanja sebagai layar khas dari "Pulau-Pulau di Bawah Angin".

Kegunaan

Selama dekade terakhir beberapa ekspedisi dengan kapal berlayar tanja telah membuktikan kemampuan mereka - misalnya perjalanan dari replika kapal Borobudur sepanjang sejarah rute perdagangan Samudra Hindia dari Indonesia ke Madagaskar Ghana, dan mungkin mencapai sejauh Brasil.[3] Jenis kapal yang paling terkenal dengan layar tanja adalah perahu padewakang dari Sulawesi Selatan. Antara akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-20 mereka secara rutin berlayar ke pantai utara Australia untuk mencari teripang. Dalam publikasi  Belanda abad lalu ada gambar padewakang dengan layar penuh yang berjudul "Sebuah kapal bajak laut Sulawesi di Teluk Persia". Saat ini, layar ini hanya digunakan pada kapal nelayan kecil.[4]

Lihat juga

  • Layar lug
  • Layar junk
  • Layar lateen

Referensi

  1. ^ Haryadi, Rohmat (13 November 2017). "Padewakang the Spice Ship of Nusantara". Gatra. Diakses tanggal 20 June 2018. 
  2. ^ "Strange Things of the South", Wan Chen, from Robert Temple
  3. ^ Cartas de Afonso de Albuquerque, Volume 1, hal. 64, 1 April, 1512
  4. ^ 2004 Horst H. Liebner, Malayologist, Staf Ahli dari Badan Kelautan dan Perikanan Penelitian, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.