Fondasi dangkal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Fondasi dangkal adalah jenis fondasi yang pemasangannya pada kedalaman yang relatif dangkal di bawah permukaan tanah. Pada fondasi dangkal, beban bangunan diteruskan langsung ke tanah. Terdapat beberapa jenis fondasi dangkal, antara lain fondasi lajur, fondasi cakar ayam dan fondasi telapak. Pemakaian fondasi dangkal umumnya pada rumah tinggal dengan konstruksi yang sederhana atau bangunan dengan kondisi tanah yang keras. Penggalian tanah untuk pembuatan fondasi dangkal dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau menggunakan alat berat.

Karakteristik[sunting | sunting sumber]

Ukuran[sunting | sunting sumber]

Fondasi dangkal merupakan jenis fondasi bila ditinjau dari kondisi lapisan tanah.[1] Definisi dari fondasi dangkal berbeda-beda pada peneliti yang berbeda, sehingga tidak memiliki defenisi yang sifatnya khusus.[2] Pada dasarnya, fondasi dangkal memiliki perbadingan antara kedalaman dengan lebar yang hampir sama ukurannya.[3] Batas umum perbandingan pondasi dangkal ialah ukuran kedalaman fondasi tidak melebih ukuran lebar fondasi.[4] Kedalaman fondasi dangkal ke dalam tanah sifatnya relatif dangkal dan tidak melebihi dari 3 meter.[5]

Pembebanan[sunting | sunting sumber]

Pembuatan fondasi dangkal hanya pada konstruksi bangunan dengan beban yang ringan.[6] Fondasi dangkal dibangun secara mandiri tanpa elemen struktur lainnya.[7] Sehingga beban bangunan diteruskan secara langsung pada fondasi dangkal.[8] Batas daya dukung tanah terhadap pondasi dangkal dapat dijelaskan melalui teori daya dukung tanah yang dikemukakan oleh Karl von Terzaghi. Penurunan maksimal yang dapat terjadi akibat pembebanan fondasi dangkal sekitar 10% dari lebar fondasi.[9]  

Jenis[sunting | sunting sumber]

Fondasi lajur[sunting | sunting sumber]

Fondasi lajur dibuat dari papsangan batu kali atau batu bata. Pembuatan fondasi lajur pada kedalaman tanah mencapai 1,5 meter di bawah permukaan tanah dengna kondisi tanah yang kuat. Jika kondisi tanah yang kuat mencapai kedalaman 2 meter, fondasi jalur dapat dibuat di atas timbunan pasir. Setiap ketinggian 20 cm, lapisan pasir dipadatkan.[10]

Fondasi lajur pasangan batu kali digunakan pada tanah untuk bangunan sederhana.[11] Kedalaman pemasangan fondasinya antara 60–80 cm. Tinggi fondasi sama dengan lebar tapaknya. Bahan yang digunakan adalah batu belah, pasir pasang dan semen portland. Batu belah yang dijadikan bahan pembuatannya dapat berupa batu kali atau batu gunung.[12] Sementara itu, fondasi pasangan batu bata hanya digunakan untuk beban bangunan yang ringan. Kekuatan penopangnya tidak dapat diandalkan sehingga hanya digunakan untuk menyeimbangkan posisi tepi lantai. Fondasi lajur pasangana batu bata hanya sesuai untuk mencegah amblas di lantai emper mobil atau teras.[13]  

Fondasi cakar ayam[sunting | sunting sumber]

Fondasi cakar ayam merupakan hasil penemuan dari seorang insinyur Indonesia, Sedyatmo. Ia menyelesaikan desain fondasi cakar ayam pada tahun 1962.[14] Fondasi cakar ayam dibuat dari susunan struktur berbentuk kaki ayam atau cakar sepanjang 2–3 meter. Di atas struktur ini dipasangi pelat dasar yang kemudian menjadi pemikul beban bangunan. Dua tokoh yang mengembangkan desain fondasi cakar ayam ialah Roosseno Soerjohadikoesoemo  dan Sedyatmo. Hasil pengembangan kedua tokoh ini berbeda dari segi pemikulan beban. Pada desain fondasi cakar ayam buatan Rosseno, pemikulan beban yang diperhitungkan meliputi gaya lintang dan momen. Sementara pada desain fondasi cakar ayam buatan Sedyatmo, tidak diperhitungkan pemikulan momen.[15]

Fondasi cakar ayam sesuai untuk diterapkan pada tanah di kawasan pantai dan rawa. Namun fondasi cakar ayam tidak sesuai untuk diterapkan pada jalan tol. Karena fondasi cakar ayam tidak mampu menahan gaya gerak dari beban yang bergerak.[16]

Fondasi telapak[sunting | sunting sumber]

Fondasi telapak hanya tersusun dari beton tidak bertulang. Beton dibentuk limas dengan alas berbentuk segi empat. Fondasi telapak hanya digunakan pada rumah sederhana dengan beban bangunan yang tidak berat. Pemakaiannya umum ditemukan pada berbagai jenis rumah panggung di Indonesia.[17] Fungsi fondasi telapak adalah menopang kolom secara mandiri.[18] Beban bangunan diteruskan ke bawah dari permukaaan ke fondasi telapak hingga ke lapisan tanah yang keras.[19] Fondasi telapak tidak dianjurkan untuk digunakan pada daerah yang tanahnya memiliki kemungkinan mengalami gerusan atau terpengaruh oleh gerusan.[20] Salah satu jenis bangunan yang sesuai untuk memakai fondasi telapak ialah masjid.[21]

Pengerjaan[sunting | sunting sumber]

Perencanaan[sunting | sunting sumber]

Perencanaan fondasi dangkal salah satunya menggunakan parameter pengujian kekuatan tekan bebas.[22]  

Penggalian tanah[sunting | sunting sumber]

Pengerjaan pembuatan fondasi dangkal juga lebih cepat dibandingkan dengan pembuatan fondasi dalam.[23] Pembuatan fondasi dangkal hanya memerlukan volume galian tanah yang tidak besar. Sehingga penggalian tanah ntuk pembuatan fondasi dangkal dapat dilakukan hanya dengan tenaga manusia.[24] Pada bangunan berukuran besar dan luas, jenis fondasi dangkal yang dapat digunakan salah satunya yang sesuai ialah fondasi pelat. Namun, pemakaiannya memerlukan alat berat karena volume galian yang besar.  Alat berat yang digunakan ialah ekskavator terutama yang menggali ke arah belakang.[25]

Pemakaian[sunting | sunting sumber]

Fondasi dangkal dapat dibuat ketika kondisi tanah di dasar bawah bangunan sesuai untuk pengalihan beban bangunan. Pada umumnya, biaya untuk pembuatan fondasi dangkal lebih murah dibandingkan dengan biaya untuk pembuatan fondasi dalam.[26]  Pembuatan fondasi dangkal secara umum pada rumah tinggal yang memiliki konstruksi bangunan yang sederhana.[27] Fondasi dangkal tidak dapat dibuat untuk bangunan yang terlalu tinggi.[28] Kondisi lain yang memungkinkan untuk menggunakan fondasi dangkal adalah kondisi tanah yang keras.[29] Selain itu, tanah yang dijadikan lokasi fondasi dangkal harus cukup stabil.[30] Di lahan basah atau gambut, pondasi dangkal dapat digunakan dengan aman dengan menambahkan kayu galam sebagai landasannya.[31]

Pangkal pilar jembatan kereta api[sunting | sunting sumber]

Pangkal pilar jembatan kereta api di pegunungan dapat menggunakan pondasi dangkal berbentuk blok T memanjang ke belakang atau berbentuk sayap. Pemakaian pondasi dangkal untuk pembuatan dangkal pilar jembatan kereta api mempersyaratkan tanah yang keras di kedalaman yang dangkal.[32]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hanafiah, Jaya, Z., dan Reza, M. (2020). Erang, Theodorus, ed. Rekayasa Fondasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 2. ISBN 978-623-01-0326-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  2. ^ Kurniawan, P., dan Hadimuljono, B. (2020). Applied Ghetechnics for Engineers 2. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 2. ISBN 978-623-01-1037-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  3. ^ Alaska, M., dkk. (Agustus 2019). Impelementasi Digitalisasi Teknologi pada Bangunan Tinggi untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di Indonesia. Malang: Media Nusa Creative. hlm. 331. ISBN 978-602-462-289-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  4. ^ Sujatmoko, Agung (2018). Catatan Praktis Pebisnis Kontraktor. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 64. ISBN 978-602-04-5426-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  5. ^ Basuki, Yoyok Rahayu (2021). Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan dan Keselataman dan Kesehatan kerja. Azhar Publisher. hlm. 49. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  6. ^ Ihsan, K. Zainuri (2013). Panduan Praktis Menghitung RAB untuk Membangun Rumah. Yogyakarta: Media Pressindo. hlm. 20. ISBN 978-979-911-310-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  7. ^ Ahyar, J., dan Muzir (April 2019). Awahita, Resa, ed. Kamus Istilah Ilmiah: Dilengkapi Kata Baku dan Tidak Baku, Unsur Serapan, Singkatan dan Akronim, dan Peribahasa. Sukabumi: CV. Jejak. hlm. 256. ISBN 978-602-474-705-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  8. ^ Juniarso, dkk. (November 2022). Safrinal, ed. Perencanaan Fondasi Tiang Bor pada Tanah Lanau Kelempungan. Pasaman Barat: CV. Azka Pustaka. hlm. 11. ISBN 978-623-8044-41-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  9. ^ Supiyono (September 2018). Keselamatan Lalu Lintas. Malang: Polinema Press. hlm. 103. ISBN 978-602-5952-22-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  10. ^ Asroni, Ali (2017). Teori dan Desain Kolom Fondasi Balok "T" Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2013. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 132. ISBN 978-602-361-112-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  11. ^ Wahyuningsih, Anik Rahmawati (2022). Langkah Runtut Menghitung Rencana Anggaran Biaya Bangunan: Contoh Kasusu Rumah Tipe 36. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 7. ISBN 978-623-02-0798-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  12. ^ Susanta K,, G., dan Kusjuliadi P., D. (2008). Cara Praktis Menghitung Kebutuhan Material Rumah. Niaga Swadaya. hlm. 16. ISBN 978-979-263-622-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  13. ^ Matondang, Z., Siagian, V. L. B., dan Putra, A. N. (Oktober 2021). Dewi, Maharani, ed. Konstruksi Bangunan Gedung: Tutorial Pembuatan Elemen Konstruksi Bangunan Gedung. Cipta Media Nusantara. hlm. 9. ISBN 978-623-5647-04-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  14. ^ Subagio, Apri (2013). Go Go Indonesia: 101 Alasan Aku Bangga Jadi Anak Indonesia. Jakarta Timur: Cerdas Interaktif. hlm. 166. ISBN 978-979-788-360-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  15. ^ Wangsadinata, W., dan Suprayitno, G., ed. (Juli 2008). Roosseno: Jembatan dan Menjembatani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 90. ISBN 978-979-461-693-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  16. ^ Mulyo, Sulitstijo Sudarto (2014). Bangunan yang Runtuh. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 54. ISBN 978-602-02-3172-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  17. ^ Manullang, Rio (2016). Dari Tanah Jadi Rumah: Panduan Tepat Membangun Rumah Idaman. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 26. ISBN 978-979-29-5856-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  18. ^ Koespiadi, dkk. (November 2018). Seger, ed. Fondasi Cetak Trapesium. Surabaya: Narotama University Press. hlm. 3. ISBN 978-602-6557-44-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  19. ^ Kamaludin, Tutang Muhtar (Oktober 2021). Novariawati, A., dan Adjimalaha, T. A., ed. Best Practice Pengendalian Biaya dan Waktu Menggunakan Earned Value Concept. Indramayu: Penerbit Adab. hlm. 57. ISBN 978-623-5687-08-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  20. ^ Salmani, dkk. (Januari 2022). Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 35. ISBN 978-623-02-4081-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  21. ^ Mistra (April 2008). Panduan Membangun Rumah. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 40. ISBN 978-979-26-3624-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  22. ^ Panjaitan, N. H., Suhairiani, dan Sinaga, E. K. (Januari 2020). Modul Pembelajaran Stabilisasi Tanah Lempung. Yayasan Kita Menulis. hlm. 48. ISBN 978-623-764-526-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  23. ^ Wahyudin (2007). A to Z Anak Kreatif. Jakarta: Gema Insani Press. hlm. 6. ISBN 979-56-0231-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  24. ^ Fatriady, dkk. (Januari 2022). Teknologi Bangunan dan Material. Tohar Media. hlm. 35. ISBN 978-623-560-307-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  25. ^ Lydianingtias, Diah (Juli 2018). Alat Berat. Malang: Polinema Press. hlm. 33–34. ISBN 978-602-5952-08-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  26. ^ Allen, Edward (2005). Hardani, Wibi, ed. Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan Jilid 1: Bahan-Bahan dan Metodenya [Fundamentals of Building Construction Materials and Methods]. Diterjemahkan oleh Hardjapamekas, Eddy Djuhdy (edisi ke-3). Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm. 36. ISBN 979-741-906-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  27. ^ Manullang, Rio. Pintar Membangun dan Mendesain Rumah. Transmedia. hlm. 39. ISBN 978-979-799-234-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  28. ^ Susanto, Heru (2008). 101 Kebiasaan Penjual yang Sukses. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 148. ISBN 978-979-27-2523-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  29. ^ Susanta, Gatut (Juni 2008). Panduan Lengkap Membangun Rumah. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 36. ISBN 978-979-26-3633-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  30. ^ Purnama, S., dkk. Desain Interior dan Eksterior Pendidikan Anak Usia Dini. Rina Roudhotul Jannah. hlm. 67. ISBN 978-623-929-180-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  31. ^ Rinaldi, A., dan Irawan, D. E. (2020). Hidrogeologi Tanah Tak Jenuh Air (Unsaturated Hydrogeology). Bandung: ITB Press. hlm. 44. ISBN 978-623-297-011-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  32. ^ Suwandi (Maret 2021). Adi, Wahyu Tamtomo, ed. Pengenalan Jembatan Kereta Api. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 54. ISBN 978-623-02-2536-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20.