Kunci kroma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Chroma-keying)
Contoh layar biru sederhana

Kunci kroma (kadang kala disebut pemayang) (Inggris: Chroma key) adalah teknik untuk menggabungkan dua gambar atau bingkai, sebagaimana sebuah warna (atau sejumlah susunan warna) dari satu gambar dihilangkan (atau dibuat tembus pandang), agar gambar lain yang terletak di belakang dapat terlihat. Teknik ini juga dikenal dengan sebutan pemayangan atau penggubahan kunci kroma, layar biru dan layar hijau.

Teknologi ini biasa digunakan untuk siaran berita cuaca, dimana presenternya terlihat berdiri di depan peta yang besar. Padahal syuting sebenarnya dilakukan di studio, dan presenter berdiri di depan latar belakang besar berwarna hijau (atau biru), kemudian peta cuaca ditambahkan ke gambar yang berwarna hijau tersebut. Jika pada saat syuting, presenter memakai baju berwarna hijau, maka bajunya akan ikut tergantikan dengan video peta besar yang ditampilkan sebagai background. Sistem ini berlaku juga untuk layar biru. Warna hijau dan biru pada layar digunakan dengan alasan warna-warna inilah yang paling tidak menyerupai warna kulit.

Teknologi ini juga digunakan di industri hiburan, untuk pembuatan film dan iklan [1]. Contohnya adalah film Avatar (2010) garapan sutradara Hollywood, James Cameron [2]. Di Indonesia, teknik layar hijau digunakan di iklan Mixagrip dan Tango Wafer Highland [3] Diarsipkan 2011-04-08 di Wayback Machine..

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Dahulu teknologi untuk gambar bergerak (motion-pictures) dikenal dengan sebutan travelling matte. Proses ini digunakan hingga diperkenalkan teknologi baru yaitu digital compositing. Metode layar hijau di travelling matte dikembangkan pada tahun 1930 di RKO Radio Pictures, dan studio-studio lain, untuk kepentingan efek khusus (special effect) dalam pembuatan film The Thief of Baghdad (1940). Di RKO, Linwood Dunn menggunakan travelling matte untuk menciptakan wipes, yaitu transisi yang menyerupai pembersih kaca (wiper) di mobil.

Penghargaan atas pengembangan layar hijau diberikan kepada Larry Butler, yang memenangkan Piala Oscar untuk kategori efek khusus dalam film The Thief of Baghdad. Dia menciptakan teknik layar hijau dan travelling matte untuk menghasilkan efek visual yang belum pernah ada sebelumnya pada tahun 1940. Dia juga menjadi orang pertama yang menciptakan efek-efek special di Technicolor, yang pada saat itu baru saja dikembangkan.

Pada tahun 1950, pegawai studio Warner Brothers dan mantan peneliti riset Kodak, Arthur Widmer mulai mengerjakan proses travelling matte ultra violet. Dia juga mulai mengerjakan teknik layar hijau. Beberapa film yang pertama kali menggunakan teknik ini adalah The Old Man and the Sea (1958), yang adaptasi dari novel karya Ernest Hemingway.

Proses[sunting | sunting sumber]

Proses syuting film Spiderwick Chronicles yang menggunakan efek kunci kroma

Proses pembuatan video atau gambar menggunakan teknik kunci kroma adalah subjek yang akan diambil gambarnya berdiri di depan latar belakang dengan satu warna, atau sedikit susunan warna. Warna yang biasa digunakan adalah hijau sebab warna tersebut dianggap paling tidak menyerupai warna kulit. Porsi warna hijau atau biru di latar belakang akan digantikan dengan gambar lain. Proses ini dikenal sebagai keying, keying out, atau sekadar key.

Saat ini warna hijau paling sering digunakan dibandingkan warna lain, sebab sensor penerima gambar di kamera video digital paling sensitif dengan warna hijau. Hal ini sesuai dengan Bayer Pattern yang mengalokasikan lebih banyak piksel ke saluran hijau, meniru sensitifitas mata manusia yang meningkat terhadap cahaya hijau [4] Diarsipkan 2018-10-12 di Wayback Machine.. Oleh karenanya, saluran kamera hijau mengalami lebih sedikit gangguan dan mampu memproduksi key paling jernih. Tambahan lagi, lebih sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari warna hijau, dikarenakan sensitifitas warna hijau terhadap sensor gambar lebih tinggi [5] Diarsipkan 2018-10-12 di Wayback Machine.. Warna hijau terang juga lebih difavoritkan sebab latar belakang biru bisa jadi menyerupai warna mata atau pakaian subjek.

Warna biru dulunya digunakan sebelum digital keying digunakan secara luas, sebab biru dibutuhkan untuk proses optikal, akan tetapi membutuhkan lebih banyak penyinaran daripada warna hijau. Meskipun demikian, warna biru memiliki keunggulan yaitu di dalam spektrum visual, warna biru lebih jauh dari warna merah, yang merupakan warna utama di kulit manusia. Faktor terpenting dalam key adalah pemisahan antara warna latar depan (subjek) dengan warna latar belakang (layar). Layar biru akan digunakan jika warna utama subjek adalah hijau (misalnya jika subjek berupa tumbuhan), meskipun kamera lebih sensitif terhadap warna hijau.

Dalam warna televisi analog, warna direpresentasikan dengan fase dari chroma subcarrier yang relatif dengan osilator rujukan. Kunci kroma dihasilkan dengan cara membandingkan fase video dengan fase yang berkoresponden dengan warna yang sebelumnya dipilih. Sebagian porsi video digantikan dengan video lain sebagai latar belakangnya.

Dalam warna televisi digital, gambar direpresentasikan dengan 3 nomor (merah, hijau, biru). Kunci kroma dihasilkan dengan perbandingan numerik sederhana antara video dengan warna yang telah dipilih sebelumnya. Jika warna pada suatu tempat di layar sesuai (persis, atau menyerupai), maka video di tempat tersebut akan digantikan dengan video latar belakang lain.

Pakaian[sunting | sunting sumber]

Subjek kunci kroma tidak boleh memakai pakaian dengan warna yang menyerupai warna kunci kroma (warna latar), sebab warna pakaian dapat digantikan dengan video latar belakang, kecuali jika disengaja demikian. Contoh penggunaan yang disengaja adalah ketika aktor memakai penutup badan berwarna hijau atau biru untuk membuatnya tak terlihat di shot akhir. Teknik ini dapat digunakan untuk menghasilkan efek yang serupa dengan efek jubah gaib yang digunakan di film Harry Potter. Si aktor dapat pula direkam berlawanan dengan latar belakang kunci kroma dan dimasukkan ke shot latar belakang dengan efek distorsi dengan tujuan menciptakan jubah yang secara halus dapat dideteksi. Masalah muncul ketika kostum yang digunakan harus berwana biru dan hijau. Misalnya, dalam film Spider-Man tahun 2002, adegan dimana Spider-Man dan Green Goblin bertarung di udara, Spider-man harus direkam di depan layar hijau sebab kostumnya berwarna biru dan merah. Sedangkan Green goblin harus direkam di layar biru, sebab kostum yang dipakai sepenuhnya berwarna hijau. Jika keduanya direkam di depan layar yang sama, maka salah satu karakter akan terhapus dari shot.

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

demonstrasi pembuatan efek khusus dengan teknologi kroma key

Warna biru secara umum digunakan untuk peta cuaca dan efek khusus, sebab warna ini berkomplemen dengan warna kulit manusia. Penggunaan warna biru juga berkaitan dengan fakta bahwa lapisan emulsi film biru memiliki kristal paling jernih dan karenanya memiliki detail baik dan butiran minimal, dibandingkan dengan emulsi warna merah dan hijau. Meski demikian, dalam dunia digital, warna hijau menjadi warna favorit sebab kamera digital menyimpan lebih banyak detail di saluran hijau, dan warna hijau juga butuh lebih sedikit cahaya daripada warna biru. Hijau tak hanya memiliki nilai cahaya lebih tinggi dari biru, tetapi juga di dalam format digital awal, saluran hijau dijadikan contoh dua kali lebih sering dibanding saluran biru, membuat hijau lebih familiar digunakan. Pilihan warna sebenarnya tergantung pada seniman efek (effect artist) dan kebutuhan akan shot tertentu. Pada dekade yang lalu, penggunaan hijau menjadi dominan di efek khusus film. Latar belakang hijau juga lebih disukai daripada biru jika syuting dilakukan di ruang terbuka, sebab langit biru bisa masuk ke dalam frame dan secara tidak sengaja ikut tergantikan di dalam proses kunci kroma.

Meski hijau dan biru adalah warna yang umum dipakai, namun sebenarnya hampir semua warna bisa digunakan. Adakalanya layar magenta digunakan, nilai warna magenta atau fuschia key disebut sebagai magic pink.

Seiring dengan perbaikan gambar dan peralatan, banyak perusahaan menghindari kebingungan yang sering dialami para presenter cuaca. Dahulu presenter cuaca harus menonton diri sendiri di monitor untuk melihat gambar yang ditunjukkan di belakang mereka, kini gambar tipis diproyeksikan ke layar hijau/biru. Hal ini membuat para presenter mampu secara akurat menunjukkan sebuah tempat dan melihat peta tanpa harus memandangi monitor.

Teknik yang lebih baru adalah dengan menggunakan tirai retroreflektif (retroreflective curtain), di latar belakang, bersama dengan lingkaran LED (Light Emitting Diode) yang terang di sekitar lensa kamera. Dengan cara ini, tidak perlu ada cahaya untuk menyinari latar belakang, selain LED yang hanya butuh sedikit tenaga dan tempat, tidak seperti lampu panggung yang besar. Selain itu LED juga tidak membutuhkan rigging (tempat pemasangan lampu). Kemajuan ini dimungkinkan dengan ditemukannya LED biru yang praktis pada tahun 1990-an. Hal yang sama berlaku untuk LED hijau emerald.

Ada pula bentuk color keying yang menggunakan spektrum cahaya tak kasatmata manusia, disebut Thermo-key. Thermo Key menggunakan infra merah sebagai key color-nya, yang mana tidak dapat digantikan dengan gambar latar belakang pasca pengolahan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. d t s 991 The Chroma Effect. Chroma Key Tutorial. BorisFX. Terbit 11 January 2010. "If the foreground is a person then blue or green backing color is recommended as these colors are not present in human flesh pigments. In fact, human skin color is 70% red for all people regardless of race."
  2. Illusions Take Home First Oscars. CRI English. 2005-02-14. Terbit 2009-01-21
  3. Creating an invisible cape in After Effects
  4. So you wanna make a theme?. skinyourscreen.com articles. Terbit 2008-08-23.
  5. What is Thermo-Key?. University of Tokyo. Terbit 2009-01-21.
  6. Yasuda, K.; Naemura, T.; Harashima, H.. Thermo-key: human region segmentation from video. IEEE. Terbit 2009-01-21