Bintang laut mahkota duri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bintang laut mahkota duri
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Superordo:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Acanthaster planci

Bintang laut mahkota duri atau Bulu seribu (Acanthaster planci) adalah spesies bintang laut berlengan sangat banyak yang seluruh tubuhnya ditutupi duri yang sangat banyak pula.  Habitat asli dari bintang laut mahkota duri adalah di terumbu karang pada kawasan Indo-Pasifik. Jumlah normal pada tiap populasi bintang laut mahkota duri adalah antara 1–15 ekor tiap hektar. Pemangsa bintang laut mahkota duri ketika masih berbentuk telur ialah ikan Napoleon. Sementara pada tahap dewasa, bintang laut mahkota duri dapat dimangsa oleh rajungan karang, udang karang, Polychaeta, Gastropoda dan beberapa jenis ikan.

Bagi manusia, bintang laut mahkota duri tidak memiliki nilai ekonomis. Bahkan bintang laut mahkota duri menjadi penyebab bioerosi yang merusak ekosistem terumbu karang. Kerusakan skala besar yang pernah terjadi akibat ledakan populai bintang laut mahkota duri adalah kerusakan terumbu karang di Kepulauan Ryukyu, Jepang. Lalu kerusakan Karang Penghalang Besar di Australia.

Taksonomi[sunting | sunting sumber]

Nama takson untuk bintang laut mahkota duri adalah Acanthaster planci.[1] Bintang laut mahkota duri termasuk dalam filum Echinodermata.[2] Sub kelas dari bintang laut mahkota duri adalah Asteroriodea.[3] Nama lain dari bintang laut mahkota duri adalah bintang bulu seribu.[4]

Anatomi[sunting | sunting sumber]

Bintang laut mahkota duri merupakan spesies bintang laut.[5] Ukuran tubuh bintang laut mahkota duri sangat besar.[6] Tubuhnya ditutupi oleh duri.[7] Kulit dari bintang laut mahkota duri ditutupi oleh duri-duri yang beracun. Racun pada duri dihasilkan oleh kelenjar dalam bentuk lendir dalam skala makroskopis.[8] Bagian tubuh bintang laut mahkota duri memiliki banyak lengan.[9] Jumlah lengannya paling sedikit 20 lengan.[10]

Habitat[sunting | sunting sumber]

Habitat asli dari bintang laut mahkota duri adalah di kawasan Indo-Pasifik.[11] Lokasi hidup bintang laut mahkota duri berada pada zona bentos.[12] Populasi bintang laut mahkota duri di terumbu karang dapat diketahui dalam waktu singkat menggunakan metode Manta Tow.[13] Pada populasi yang normal, jumlah bintang laut mahkota duri di terumbu karang sebanyak 1–15 ekor tiap hektare.[14]

Pemangsaan[sunting | sunting sumber]

Pemangsa[sunting | sunting sumber]

Bintang laut mahkota duri hanya dapat dimangsa oleh pemangsa ketika telah mencapai usia juvenil dan dewasa. Karena pada fase telur dan larva, tubuh bintang laut mahkota duri mengandung zat kimia yang dapat membuat pemangsa mengalami kelumpuhan. Namun pada fase telur dan larva, bintang laut mahkota duri dapat diserang oleh pemangsa.[15] Ikan yang diketahui dapat memakan telur bintang laut mahkota duri adalah ikan Napoleon.[16]

Sedikitnya telah diketahui sebanyak 12 jenis pemangsa bintang laut mahkota duri dewasa. Masing-masing termasuk dalam jenis rajungan karang, udang karang, Polychaeta, Gastropoda dan beberapa jenis ikan. Jenis Gastropoda yang mampu memangsa bintang laut mahkota duri ialah siput triton dari spesies Charonia irilonis dan Cassio cormuta. Sementara itu, jenis ikan yang mampu memangsa bintang laut mahkota duri adalah Pesudobalistes flavimarginatus, Arothron hispidus, dan Cheilinus undulates. Di perairan Samudra Pasifik bagian timur,  pemangsa bintang laut mahkota duri adalah Hymenocera picta dan Pherecardia striata. Kedua spesies ini merupakan pemangsa lain yang menggantikan siput triton yang tidak ditemukan di perairan Samudra Pasifik bagian timur.[15]

Mangsa[sunting | sunting sumber]

Bintang laut mahkota duri dikenal sebagai bintang laut perusak terumbu karang.[17] Karena di kawasan Indo-Pasifik, makanan utama bintang laut mahkota duri adalah karang.[18] Bintang laut mahkota duri utamanya memakan karang batu dari marga Acropora yang merupakan jenis karang hermatipik.[19] Sumber makanan bintang laut mahkota duri terdapat pada jaringan terumbu karang, yaitu alga koralin, alga hijau, alga coklat dan Zooxanthellae.[20]

Dampak bagi lingkungan[sunting | sunting sumber]

Kerusakan terumbu karang[sunting | sunting sumber]

Bintang laut mahkota duri merupakan satu-satunya spesies dalam filum Echinodermata yang tidak memiliki nilai ekonomis. Karena bintang laut mahkota duri tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan maupun hiasan di akuarium.[21]

Selain itu, di antara jenis pemakan polip karang, bintang laut mahkota duri memiliki daya merusak yang besar terhadap koloni karang.[22] Pada populasi yang normal, bintang laut mahkota duri melakukan kerusakan karang yang kecil sehingga dapat pulih kembali. Karena Acropora yang merupakan makanan utamanya memiliki pertumbuhan yang sangat cepat.[23] Namun ketika mengalami ledakan populasi, bintang laut mahkota duri menjadi salah satu spesies kunci.[24] Ledakan populasi bintang laut mahkota duri telah menjadi salah satu penyebab kerusakan terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik. Terumbu mati dimangsa oleh bintang laut mahkota duri hingga karang mengalami bioerosi. Struktur tiga dimensi pada akropora menghilang akibat kerusakan pada kanopi akropora.[25]

Pada akhir periode tahun 1950-an, terjadi ledakan populasi bintang laut mahkota duri dari ribuan menjadi puluhan ribu di Kepulauan Ryukyu, Jepang. Kemudian pada awal periode 1960-an, ledakan populasi bintang laut mahkota duri terjadi di Pulau Green dan kawasan yang berdekatan dengan Karang Penghalang Besar. Bintang laut mahkota duri menyebar ke arah selatan dan merusak Karang Penghalang Besar hingga mendekati Townsville di Australia. Persentase kerusakan karang yang disebabkan oleh bintang laut mahkota duri terhadap bagian utara dari Karang Penghalang Besar sebesar 17% dari total 2900 terumbu karang. Kerusakan ini terjadi pada akhir periode tahun 1970-an dan 1980-an. Namun, bintang laut mahkota duri tidak merusak terumbu karang dan hanya karangnya saja. Sehingga kerusakan yang parah hanya terjadi pada sekitar 5% dari persentase kerusakan terumbu karang. Setelah 10 tahun sejak dimulainya ledakan populasi bintang laut mahkota duri, bagian utara dari Karang Penghalang Besar dapat dipulihkan kembali.[26]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Leurima, Abdullah (2019). Said Assagaf: Karena Beta Cinta Maluku. REQbook. hlm. 147. ISBN 978-602-172-024-0. 
  2. ^ Edwards, A., dan Gomez, E. (2007). Konsep dan Panduan Restorasi Terumbu: Membuat Pilihan Bijak di antara Ketidakpastian. Yayasan Terumbu Karang Indonesia. hlm. 25. ISBN 978-192-131-702-6. 
  3. ^ Fraser, N., Crawford, B. R., dan Kusen, J. (2003). Knight, M. dan Tighe, S., ed. Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003: Panduan Pembersihan Bintang Laut Berduri (PDF). Narragansett: Coastal Resources Center, University of Rhode Island. hlm. 1. 
  4. ^ Abrar, M., dkk. (2014). Monitoring Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Lainnya di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh dan Laut di Sekitarnya, Provinsi Sumatera Barat (PDF). Jakarta: Coral Reef Rehabilitation and Management Program, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm. 8. 
  5. ^ Syakti, A. D., Hidayati, N. V., dan Siregar, A. S. (Mei 2012). Agen Pencemaran Laut. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 32. ISBN 978-979-493-411-1. 
  6. ^ Mulatsih, Sri. Buku Ajar Biologi Laut. Penerbit Pustaka Rumah C1nta. hlm. 29. ISBN 978-623-614-069-7. 
  7. ^ Wisata Perjalanan Menguak Surga Bawah Laut Kawasan Bunaken. Tempo Publishing. 2020. hlm. 34. ISBN 978-623-262-946-2. 
  8. ^ Baraclough, Susan (2017). Hiu dan Monster Bawah Air (Edisi Revisi). Jakarta: Elex Media Komputindo. hlm. 160. ISBN 978-602-04-0203-1. 
  9. ^ Pattinaja, Y. I., dkk. (2019). Ensiklopedia Kelautan dan Perikanan. Sidoarjo: Zifatama Jawara. hlm. 3. ISBN 978-602-5815-64-5. 
  10. ^ Yusri, S., dkk. (Juni 2010). Frandy, Yuki Hana Eka, ed. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 52. ISBN 978-979-493-218-6. 
  11. ^ Nikijuluw, V. P., dkk. (Oktober 2013). Nikijuluw, V. P., Adrianto, L., dan Januarini, N., ed. Coral Governance. Bogor: Penerbit IPB Press. hlm. 85. ISBN 978-979-493-580-4. 
  12. ^ Menata Terumbu Karang Tiaka Tomori. Joint Operating Body Pertamina - Medco E&P Tomori Sulawesi. September 2015. hlm. 48. ISBN 978-602-73197-0-7. 
  13. ^ Rangkuti, A. M., dkk. (September 2017). Hastuti, S. B., dan Damayanti, R., ed. Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 375. ISBN 978-602-444-089-3. 
  14. ^ Thamrin 2012, hlm. 123.
  15. ^ a b Swasta, Ida Bagus Jelantik (2018). Bioekologi Ekosistem laut dan Estuari. Depok: Rajawali Pers. hlm. 88–89. ISBN 978-602-425-353-0. 
  16. ^ Rahardjo, M. F., dan Simanjuntak, C. P., ed. (Maret 2021). Konservasi Sumber Daya Ikan. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 63. ISBN 978-623-256-513-5. 
  17. ^ Guntur, Sambah, A, A., dan Jaziri, A. A. (Maret 2018). Rehabilitasi Terumbu Karang. Malang: UB Press. hlm. 40. ISBN 978-602-432-497-1. 
  18. ^ Kordi K., M. Ghufran H. (2008). Budi Daya Perairan Buku Kesatu. Citra Aditya Bakti. hlm. 80. ISBN 978-979-414-967-6. 
  19. ^ Ompi, Medy (Maret 2016). Larva Avertebrata Dasar Laut: Ekologi dan Tingkah Laku. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 54. ISBN 978-602-475-304-7. 
  20. ^ Cahyanurani, A. B., dkk. (4 Februari 2023). Sari, Mila, ed. Ekologi Perairan. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi. hlm. 98–99. ISBN 978-623-198-049-6. 
  21. ^ Mappetahang, K. K., Annawaty, dan Supono. "Jenis-Jenis Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) di Perairan Pulau Busak Kabupaten Buol Sulawesi Tengah" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Biodiversity Conservation: 44. ISBN 978-602-6619-69-3. 
  22. ^ Rumambi, Freddy J. (September 2022). Sriyanti, ed. Mengatasi Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang: Metode dan Aplikasi. Sukabumi: CV. Haura Utama. hlm. 117–118. ISBN 978-623-492-066-6. 
  23. ^ Thamrin 2012, hlm. 123-124.
  24. ^ Estradivari, Setyawan, E., dan Yusri, S. Terumbu Karang Jakarta. Yayasan Terumbu Karang Indonesia: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007). hlm. 76. 
  25. ^ Zurba, Nabil (Maret 2019). Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama Laut Kita (PDF). Lhokseumawe: Unimal Press. hlm. 42. ISBN 978-602-464-077-4. 
  26. ^ Westmacott, S., dkk. Pengelolaan Terumbu Karang yang Telah Memutih dan Rusak Kritis. Diterjemahkan oleh Steffen, Jan Henning. Yayasan Terumbu Karang Indonesia. hlm. 12. ISBN 978-283-170-569-9. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]