Bersepeda di Kopenhagen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jam sibuk di Kopenhagen, di mana 36% dari perjalanan memilih untuk bersepeda

Bersepeda di Kopenhagen adalah sarana transportasi penting yang mendominasi kota Kopenhagen.[1] Bersepeda di Kopenhagen sangat menyenangkan dan aman. Udaranya relatif bersih, infrastrukturnya nyaman dan kontur tanahnya datar. Kopenhagen telah mendapat reputasi sebagai salah satu kota paling ramah sepeda di dunia.[2][3]

Berdasarkan data Pemerintah Kota Kopenhagen, sekitar 36% penduduknya bersepeda menuju tempat kerja, universitas dan untuk sekadar berekreasi.[4] Rata-rata penduduk Denmark bersepeda sejauh 1,6 kilometer setiap harinya dan 9 dari 10 orang di Denmark memiliki sepeda.[5] Selain Kopenhagen, terdapat kota Aarhus dan Odense yang penduduknya paling sering bersepeda di negara Denmark.[6]

Sepeda di Kopenhagen sangat kasual dan fungsional, murni untuk transportasi. Tiap sepeda dilengkapi rem (walau tidak selalu dengan pergantian gigi), lalu banyak yang berkeranjang dan hampir selalu memiliki tempat membonceng. Anak mudanya pun walau lelaki, tak malu membawa sepeda dengan keranjang di depan.

Di Kota Copenhagen, tingkatan sosial seseorang tidak bisa kita ukur dengan melihat mereka menggunakan sepeda. Tidak ada gengsi jalanan ketika menggunakan sepeda dan setidaknya setiap rumah/apartemen di Kota Copenhagen mempunyai 2 buah sepeda paling tidak.[7]

Para ibu muda yang memiliki anak memodifikasi sepeda mereka jadi seperti becak kecil, dan menaruh anaknya di depan. Bahkan, ada yang keranjangnya bisa menampung dua anak sekaligus. Kompartemen kecil di depan atau belakang sepeda ini bisa juga dialihfungsikan untuk membawa belanjaan atau barang lain.

Pada musim semi sampai awal musim gugur, yakni April hingga September, tersedia fasilitas peminjaman sepeda gratis untuk siapa saja (dengan jaminan setoran 30 krona atau Rp 30 ribu). Fasilitas yang bernama "Bycyklen København" ini terbatas pada zona di pusat kota Kopenhagen yang terdiri dari Indre By (Copenhagen Center) dan Christianshavn, sebuah distrik tua eklektik dengan sejarah cukup panjang.[8]

Sejarah bersepeda di Denmark[sunting | sunting sumber]

Budaya bersepeda di Denmark setua dengan sepeda itu sendiri. Sepeda pertama kali diperkenalkan di negara Denmark pada tahun 1880-an, dan selama tahun 1920-an, hingga tahun 1930-an. Sepeda menjadi sebuah simbol kesetaraan dan kebebasan secara meluas. Penduduk dari semua kelas sosial mulai bersepeda secara berdampingan di kota-kota dalam perjalanan mereka untuk bekerja, dan di pedesaan pada hari libur mereka.[5]

Peningkatan kemakmuran terjadi pada akhir tahun 1950-an dengan melihat beberapa warga Denmark mengganti sepeda dengan moped atau sejenis sepeda motor kecil dan mobil. Sama seperti rekan-rekan mereka di seluruh dunia, perencana kota Denmark percaya bahwa masa depan milik mobil, truk, dan jalan raya yang semakin luas.[5]

Jalur Sepeda[sunting | sunting sumber]

Jalur Sepeda

Untuk membuat nyaman para pengendara sepeda hampir setiap jalan di pusat kota dan kawasan sekitarnya memiliki jalur sepeda di kedua jalur jalan. Bagi jalan arteri di kawasan yang disebut Distrik Pusat Bisnis, seperti di banyak kota lainnya lampu hijau disesuaikan sedemikian rupa, bukan bagi pengendara mobil melainkan bagi pengendara sepeda. Kawasan kota Nörrebro menjadi kawasan eksperimen. Jalan-jalan utama di sana yang melalui jembatan jalan Dronningen Luise yang menuju puat kota, ditutup untuk kendaraan biasa dan hanya boleh dilalui sepeda, bis dan taksi

Tiap tahunnya, angka pengayuh sepeda terus meningkat, sejalan dengan kebijakan pemerintah kota yang memberi ruang yang juga makin luas bagi mereka. Saat ini, sekitar 350 kilometer jalur khusus sepeda tersedia di Kopenhagen.

Keberadaan jalur khusus sepeda dan pengaturan lalu lintas yang berpihak kepada pengudi sepeda membuat angka kecelakaan sepeda di Kopenhagen sangat rendah, yakni rata-rata hanya dua sampai tiga kecelakaan yang menyebabkan kematian. Agak mengejutkan hanyalah statistik kecelakaan meninggal pesepeda pada tahun 2008 yang mencapai lima orang.

Aturan Bersepeda[sunting | sunting sumber]

Demi keamanan pengendara sepeda, pemerintah kota sangat serius menerapkan hukum berlalu lintas. Di persimpangan, garis berhenti bagi kendaraan bermotor berjarak lima meter di belakang garis bagi pengendara sepeda. Lampu hijau bagi sepeda juga 12 detik lebih cepat ketimbang mobil. Ini dimaksudkan memberi sudut pandang lebih jelas bagi pengendara mobil.

Pesepeda yang berhenti saat lampu merah

Sangat mengherankan ketika bersepeda di Kopenhagen, yaitu hanya sedikit pesepeda di Kopenhagen yang memakai helm. Buruknya disiplin pegowes ini sempat menjadi perbebatan sengit para politisi. Namun, meski perdebatan terus berlangsung, sejauh ini tak ada aturan baru yang mengharuskan pesepeda mengenakan helm. Keengganan menerapkan aturan itu konon disebabkan ketakutan akan turunnya minat bersepeda. Para politisi masih beranggapan, manfaat bersepeda bagi lingkungan dan kesehatan masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan risiko bersepeda tanpa helm.

Makin tingginya angka pengguna sepeda membuat tuntutan akan tempat parkir sepeda pun meningkat tiap tahun. Meski hampir di setiap pojok kota sepeda selalu menjadi prioritas parkir, kekurangan tetap sangat terasa. Di kawasan pedestrian Stroget yang terkenal sebagai pusat belanja, sepeda diparkir sembarangan di emperan toko.

Para pengguna sepeda di Kopenhagen harus mematuhi beberapa peraturan: Jangan pernah melintasi trotoar atau lalu lintas pejalan kaki, jangan pernah melintasi zebra cross, jangan pernah bersepeda di taman kota, jangan bersepeda saat larut malam dan selalu melintas di jalur kanan (Denmark mengemudi di sebelah kanan jalan).

Dampak Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Budaya sepeda Kopenhagen membawa kedua manfaat ekonomi langsung yang dirasakan kota. Kota ini telah memperkirakan bahwa setiap kilometer bersepeda membawa keuntungan bersih bagi masyarakat dari 1,22 DKK (USD 0,21 per mil), dibandingkan dengan rugi bersih sebesar 0,69 DKK untuk setiap kilometer didorong di dalam mobil (USD 0,12 per mil). Angka-angka ini mencakup penghematan di sektor publik, dan kegiatan ekonomi tambahan di sektor swasta.[9]

Satu studi telah menunjukkan penurunan angka kematian dari 30% di antara orang dewasa yang bepergian dengan sepeda setiap hari. Dan kota memperkirakan bahwa untuk setiap kilometer bersepeda masyarakat menghemat 1,21 DKK dalam sistem perawatan kesehatan, ditambahkan bahwa berjumlah sekitar DKK 534.000.000 (USD 91 juta) dari tabungan per tahun, keuntungan masyarakat selain dari peningkatan produktivitas dari tenaga kerja sehat. penghematan lain berasal dari mengurangi kemacetan dan biaya pemeliharaan infrastruktur jalan yang lebih rendah.

Di sektor swasta terdapat 289 toko sepeda dan dealer grosir dealer di Copenhagen, serta 20 perusahaan yang merancang dan menjual sepeda. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan 650 pekerjaan penuh-waktu dan total tahunan diperkirakan omzet dari DKK 1,3 miliar (USD 222 juta). Tambahkan ke ini berbagai bentuk yang dari utilitas bersepeda di kota dan khusus jasa konsultasi, baik yang disediakan sebagian oleh publik Sektor meskipun kota itu sendiri dan bersepeda kedutaan untuk mempromosikan solusi sektor swasta internasional, tetapi juga langsung oleh konsultan swasta, terutama Copenhagenize Konsultasi dan Gehl Arsitek . Sektor Pariwisata ini juga dianggap baik menerima dan memberikan manfaat ekonomi tambahan ke kota. Ada banyak toko-toko penyewaan sepeda yang terutama melayani pengunjung dan ada juga sejumlah lembaga menyediakan wisata sepeda Kopenhagen, menciptakan lapangan kerja tambahan dan kegiatan ekonomi. Di samping itu pengaruh merek positif dari budaya sepeda Kopenhagen diperkirakan untuk menarik konferensi internasional dan tamu hotel, meskipun kota menemukan kesulitan untuk menetapkan nilai ekonomi yang tepat untuk branding positif Kopenhagen sebagai kota bersepeda.

Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ The Top 10 cities to visit in 2009, TimesOnline
  2. ^ Richard, Michael Graham (8 April 2010). "Best of Green — Best City for Cyclists: Copenhagen". Treehugger. Diakses tanggal 29 September 2012. 
  3. ^ Brûlé, Tyler (11 June 2010). "Metropolis now". Financial Times. Diakses tanggal 29 September 2012. 
  4. ^ "Cycling in Copenhagen". 1 May 2013. 
  5. ^ a b c "The Danish cycling culture | Read why Danes bike everywhere". Denmark.dk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-02. 
  6. ^ "Denmark, Negara yang Paling Memanjakan Pesepeda di Dunia". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-12-02. 
  7. ^ "Bersepeda di Denmark". 1 May 2013. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ "Menikmati Kopenhagen Melalui Sepeda". 1 May 2013. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ "Grønne cykelruter". City of Copenhagen. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-14. Diakses tanggal 5 January 2009. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]