Badudus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Badudus adalah ritual mandi untuk mensucikan diri calon pengantin dalam masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia.[1] Ritual Badudus biasanya dilangsungkan saat pernikahan, penobatan terhadap seseorang, dan juga saat hamil tujuh bulan (tian mandaring).[2] Secara umum, makna ritual Badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin.[2] Tradisi Badudus bertujuan untuk membentengi diri dari berbagai masalah kejiwaan yang datang dari luar dan dalam diri seseorang.[2]

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Ada tiga jenis peristiwa yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual badudus, Antara lain:[3]

Pertama, pada rangkaian upacara perkawinan adat Banjar, yakni mandi pengantin.[3] Maksudnya supaya nanti kedua mempelai tidak kesurupan saat bersanding di pelaminan dan rumah tangga mereka kelak tidak goyah.[3] Sebab, siapa tahu ada pihak tertentu yang tak suka pasangan itu hidup rukun, lalu melancarkan gangguan sejenis sihir atau guna-guna.[3]

Kedua, saat kehamilan pertama menginjak usia tujuh bulan.[3] Acara badudus ini sering pula disebut dengan istilah Mandi Tiang Mandaring. Biasanya calon ibu didudukkan di atas kuali yang diletakkan secara terbalik.[3] Adapun yang bertugas memandikan dipilih 5-7 perempuan yang telah berusia lanjut.[3] Mereka ini secara bergiliran menyiram kepala calon ibu dengan air bunga-bungaan yang disediakan. Khusus untuk memandikan ditunjuk orang yang paling dituakan.[3] Dialah yang dipercaya memegang upung mayang yang masih terkatup dan memukul keras-keras dengan telapak.[3] Apabila upung itu pecah sekali pukul, dianggap sebagai pertanda baik, bahwa si calon ibu akan melahirkan tanpa hambatan.[3] Selanjutnya, bunga mayang dalam upung segera dikeluarkan kemudian disiramkan dengan air ke kepala sebanyak tiga kali.[3] Perempuan yang dimandikan tadi juga disiram pakai air yang sudah didoakan. Baru setelah itu ia boleh keluar dari pagar mayang.[3] Namun sebelum itu ia harus menginjak kuali dan telur ayam dulu yang diletakkan di dekat pintu keluar.[3]

Ketiga, ketika penobatan raja atau pemberian gelar kebangsawanan.[3] Menjelang badudus dimulai, terlebih dulu seorang tokoh spiritual kerajaan atau ulama yang ditunjuk membaca doa selamat.[3] Usai itu, hadirin pun dipersilakan menikmati penganan khas Banjar seperti wajik, bubur habang, bubur putih, yang disediakan.[3] Kemudian disusul dengan pemasangan mahkota kepada calon raja yang hendak dinobatkan.[3] Setelah itu, calon raja beserta kerabat menuju tempat pagar mayang. Di situ telah dipersiapkan berbagai kelengkapan untuk badudus, termasuk piduduk.[3] Pelaksanaan ritual badudus pun dimulai, dari luluran, keramas, disiram air bunga, diguyur banyu doa, menepuk upung mayang, lalu mayang mengurai tadi dicampur air dan disiramkan ke atas kepala, baru dibilas dengan air bersih.[3] Prosesi siraman tersebut diawali oleh ibunda calon raja, sesepuh agama, hingga para kerabat kerajaan.[3]

Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Di setiap pelaksanaan Badudus, biasanya selalu disiapkan sesaji atau piduduk berupa 41 aneka kue, bubur merah, bubur putih, kopi dan lain sebagainya.[2] Perlengkapan yang diperlukan untuk Badudus antara lain:

  1. mayang pinang yang masih dalam pembungkusnya
  2. tempat air (mangkuk, tajau/tempayan)
  3. nyiur anum (kelapa muda) yang bagian tangkai dan bawah telah dipangkas
  4. minyak likat baboreh (minyak khas Banjar)
  5. sasanggan (baskom dari kuningan)
  6. tapih balipat (sarung yang ditumpuk dengan bentuk khusus untuk tempat duduk mempelai)
  7. kasai kuning (bedak yang dicampur dengan kunyit dan air)
  8. piduduk
  9. cermin dan lilin.[4]

Pengantin yang akan dimandikan duduk bertolak-belakang, diatas sasanggan yang dibalik.[4] Selanjutnya pengantin dimandikan dengan air yang ada dalam tempayan atau baskom yang telah dimasukkan mayang pinang ke dalamnya.[4] Pada air terakhir yang akan disiram, dicurahkan banyu bagantung (air kelapa muda) kepada kedua mempelai.[4] Setelah mandi Badudus, kedua mempelai duduk di tapih balipat, kemudian kaki mereka diberi batutungkal (kaki diberi coretan cacak burung dengan kunyit yang dicampur kapur) supaya jangan kapidaraan (diganggu roh atau makhluk halus).[4] Kedua mempelai dikelilingi lilin dan cermin hingga tiga kali.[4] Setelah itu kedua mempelai dilumuri kasai kuning (bedak yang dicampur dengan kunyit dan air) atau pacar kuning.[4] Tujuan pemberian kasai kuning adalah agar seluruh bagian tubuh kedua pengantin terlihat kuning dan berseri.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "mandi badudus". kabarbanjarmasin.com. Diakses tanggal 18 Maret 2015.15.05. 
  2. ^ a b c d "Badudus Ritual Tradisi Masyarakat Banjar". Bangka.tribunnews.com. Diakses tanggal 27 mei 2014.18.00. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t "tradisi badudus tolak bala masyarakat banjar ". khasanah.clickborneo.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-06. Diakses tanggal 18 Maret 2015.15.10. 
  4. ^ a b c d e f g h "Badudus ". kerajaanbanjar.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 27 Mei 2014.20.00.