Al-Mustakfi III
Al-Mustakfi II | |
---|---|
Khalifah Abbasiyah | |
Berkuasa | 1441-1451 |
Pendahulu | Al-Mu'tadhid II |
Penerus | Al-Qa'im II |
Wangsa | Abbasiyah |
Dinasti | Abbasiyah |
Ayah | Al-Mutawakkil I |
Abu ar-Rabi' Sulaiman al-Mustakfi Billah bin al-Mutawakkil 'Alallah (bahasa Arab: أبو الربيع سليمان المستكفي بالله بن المتوكل على الله) (lahir pada tahun 791 H dan wafat pada hari Jum'at, 25 Zulhijah 854 H/29 Januari 1441) adalah seorang Khalifah Abbasiyah di Kairo, Mesir pada tahun 1441-1451.[1] Ia dilantik menjadi khalifah atas wasiat saudara kandungnya."[1]
Kehidupannya
[sunting | sunting sumber]Ayahnya, Al-Mutawakkil I, menulis surat pengangkatannya sebagai berikut: Ini adalah surat kesaksian yang saya tulis dengan jiwa yang bersih, yang dijaga dan dilindungi oleh Allah dari berbagai kotoran. Junjungan kami, jiwa yang bersih yang mengalir pada dirinya sifat kepemimpinan, yang terdapat padanya keagungan dan darah Bani Abbas serta kekerabatan dengan Rasulullah ﷺ. Amirul-Mukminin dan keturunan paman pemimpin para Rasul, pewaris para Khulafaur Rasyidin, al-Mu'tadhid Billah Abu Fath Dawud yang dengannya Allah mengokohkan agama-Nya dan dengan keberadaannya Allah pancarkan Islam. Sesungguhnya dia telah mewasiatkan agar khilafah ini dipegang oleh saudara kandungannya, junjungan kita Abu ar-Rabi' Sulaiman al-Mustakfi Billah. Mudah-mudahan Allah memberikan keagungan dalam dirinya, dalam mengurus khilafah yang diagungkan ini."[1]
Al-Mu'tadhid III menjadikan saudaranya sebagai khalifah sesudah dirinya dan pemimpin bagi kaum muslimin. Wasiatnya adalah sebuah wasiat yang sah menurut syari'ah, yang resmi dan diridhai sebagai upaya untuk mewujudkan kemaslahatan orang-orang yang mentauhidkan Allah. Juga sebagai usaha mengikuti sunah para Khulafaur Rasyidin dan para imam yang mendapat hidayah."[1]
Semua ini dilakukan karena ia mengetahui tentang kebaikan agamanya, keluhuran akhlak dan keadilannya. Al-Mustakfi III memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menjadi khalifah. Dia merasa yakin bahwa orang yang dipilihnya adalah orang yang paling takwa kepada Allah, sehingga paling berhak menerimanya. Menurutnya, jika ia tidak menentukan pilihan maka akan merepotkan ahlul halli wa al-'aqdi (majelis syura) dalam menetapkan imam sesudahnya. Dia segera berwasiat seperti itu agar mereka terbebas dari beban dan supaya perkara ini dipegang oleh yang benar-benar berhak. Maka ditulislah wasiat ini oleh yang hadir dengan seizin khalifah. Sementara, al-Mustakfi III menerima sesuai dengan tuntunan syari'at."[1]
Al-Mustakfi III dinilai sebagai pribadi yang memiliki nilai-nilai kesalehan. Sangat taat beragama dan dikenal ahli ibadah. Banyak membaca al-Qur'an, banyak mengerjakan salat, dan bermunajat kepada Allah. Al-Mu'tadhid III menggambarkan perilaku saudaranya itu sebagai berikut, Saya tidak pernah melihat sejak kecilnya Sulaiman melakukan dosa besar."[1]
Ayah dari As-Suyuthi memiliki posisi terhormat di mata Al-Mustakfi III dan sangat dihormati. Keluarga as-Suyuthi besar di lingkungan rumahnya dan di tengah kemuliaan akhlaknya. Keluarganya adalah keluarga yang baik dalam ibadah dan mu'amalah. As-Suyuthi tidak pernah menyaksikan setelah keluarga Umar bin Abdul-Aziz, sebuah keluarga yang penuh dengan kesalehan selain keluarga khalifah ini."[1]
Al-Mustakfi III wafat pada hari Jum'at terakhir Dzulhijjah tahun 854 H/1441, dalam usia enam puluh tiga tahun. Jenazahnya diantar oleh sultan ke kuburnya, dan ialah yang menggotong kerandanya."[1]
Tokoh yang wafat pada masa pemerintahannya
[sunting | sunting sumber]Berikut ini tokoh-tokoh yang wafat pada masa pemerintahannya[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i As-Suyuthi, Jalaluddin (2013). Rekam Jejak Para Khalifah Berdasartkan Riwayat Hadits. @as-prima pustaka, Jakarta. ISBN 978-602-14145-2-1. Halaman 650, 651
Al-Mustakfi III
| ||
Didahului oleh: Al-Mu'tadhid III |
Khalifah Kairo 1441-1451 |
Diteruskan oleh: Al-Qa'im II |