Kerajaan Selebar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Selebar adalah Kerajaan yang berada di Wilayah Bengkulu Kerajaan Selebar berasal dari Kerajaan Jenggalu yang didirikan oleh seorang pemberani dan bijaksana yang namanya tidak disebut. Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, salah satu Kerabat Mojopahit. Menurut sejarah dengan runtuhnya Kerajaan Mojopahit karena penaklukan Kerajaan Demak antara 1518-1521 oleh Adipati Unus, beberapa bangsawan Mojopahit yang juga pedagang menuju Bengkulu.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Menurut suatu riwayat Kerajaan Selebar berasal dari Kerajaan Jenggalu yang didirikan oleh seorang pemberani dan bijaksana yang namanya tidak disebut. Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, salah satu Kerabat Mojopahit. Menurut sejarah dengan runtuhnya Kerajaan Mojopahit karena penaklukan Kerajaan Demak antara 1518-1521 oleh Adipati Unus, beberapa bangsawan Mojopahit yang juga pedagang menuju Bengkulu.[2]

Pada abad inilah diperkirakan kedatangan Rangga Janu dan adiknya Rangga Beru ke daerah Bia Paku di wilayah Kerajaan Jenggalu, dan bermukim. Kemudian menyusul adiknya Rio (Ario) bina yang pandai memikat hati raja, sehingga ia dijadikan kepala daerah Bia Paku dan diberi gelar Rio Kajang Sebidang. Setelah Raja Jenggalo meninggal, rakyat memilih Rangga Janu sebagai penggantinya karena tindak tanduknya yang bijaksana. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1565. Beliau lah yang memindahkan kedudukan pemerintahannya ke Bandar Selebar yang letaknya lebih strategis dan menguntungkan niaga di teluk Selebar yang aman dari gelombang ganas Samudera Hindia. Dengan ini mulailah dikenal Kerajaan Selebar dengan rajanya Rangga Janu, bergelar Depati Payung Negara. Pada tahun 1668 M (1079 H) Depati Bangsa Radin, putra Depati Payung Negara, dari Selebar berkunjung ke Banten menghadap Sultan Agung Tirtayasa (Sultan Abdullah Abdulfatah, 1651-1682). Ia mendapat surat dari Sultan Banten yang tertulis di atas loyang pengakuan sebagai Raja Kerajaan Selebar dengan gelar Pangeran Natadirja. Seterusnya menurut riwayat, Pangeran Natadirja inilah yang kawin dengan Putri Kemayan, anak perempuan dari Sultan Agung Tirtayasa, disertai 12 tentara Banten yang turut serta kembali ke Selebar.[3]

Wilayah Kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Selebar meliputi dusun-dusun yang terbentang mulai dari Sungai Lempuing sampai ke Sungai Ngalam, dan rakyatnya terdiri dari Suku Lembak dan Serawai yang berkebun lada.[4]

Tuanku Bangsa Radin[sunting | sunting sumber]

Pangeran Nata Dirja atau Tuanku Bangsa Radin adalah raja dari kerajaan Selebar yang letaknya tidak jauh dari sungai Jenggalu. Pangeran Nata Dirja adalah raja yang bijaksana, selalu memikirkan kepentingan rakyatnya dan sangat menghormati tamu. Asalkan tamu itu memperlihatkan niat baik dan menjaga tata krama dan adat kesopanan, tamu yang memiliki pemahaman “Di mana Bumi dipijak di situ Langit dijunjung”.[5]

Saat kerajaan Belanda mengirim kapal dagangnya melalui Sungai Jenggalu, Pangeran Nata Dirja menyambutnya dengan baik karena utusan dagang itu hendak mengikat kerjasama yang saling menguntungkan.[6] Pangeran Nata Dirja menyambut dengan baik dan penuh keramahan. Utusan dagang kerajaan Belanda membeli hasil bumi rakyat Selebar, seperti Lada dan hasil bumi lainnya dengan harga yang cukup baik. Bandar Selebar di muara Sungai Jenggalu makin ramai dengan perdagangan hasil bumi dan membuat rakyat Selebar makin makmur di bawah pimpinan Pangeran Nata Dirja.

Tak jauh dari kerajaan selebar ada dua kerajaan tetangga yaitu Kerajaan Sungai Hitam dan Kerajaan Sungai Lemau, kedua kerajaan itu mengadakan hubungan dagang dengan Kerajaan Inggris. Tampaknya Inggrispun ingin memperluas pengaruhnya dan mengirimkan utusannya ke kerajaan Selebar.

Pangeran Natadirja adalah raja yang bijaksana, selalu memikirkan kepentingan rakyatnya dan sangat menghormati tamu. Asalkan tamu itu memperlihatkan niat baik dan menjaga tata krama dan adat kesopanan, tamu yang memiliki pemahaman “Di mana Bumi dipijak di situ Langit dijunjung”.

Saat Kerajaan Belanda mengirim kapal dagangnya melalui Sungai Jenggalu, Pangeran Natadirja menyambutnya dengan baik karena utusan dagang itu hendak mengikat kerjasama yang saling menguntungkan.[7]

Pangeran Natadirja menyambut dengan baik dan penuh keramahan. Utusan dagang Kerajaan Belanda membeli hasil bumi rakyat Selebar, seperti Lada dan hasil bumi lainnya dengan harga yang cukup baik. Bandar Selebar di muara Sungai Jenggalu makin ramai dengan perdagangan hasil bumi dan membuat rakyat Selebar makin makmur di bawah pimpinan Pangeran Natadirja.

Masa Keruntuhannya[sunting | sunting sumber]

Tak jauh dari Kerajaan Selebar ada dua kerajaan tetangga yaitu Kerajaan Sungai Hitam dan Kerajaan Sungai Lemau, kedua kerajaan itu mengadakan hubungan dagang dengan Kerajaan Inggris. Tampaknya Inggris pun ingin memperluas pengaruhnya dan mengirimkan utusannya ke Kerajaan Selebar.

Awalnya Pangeran Natadirja menyambut dengan baik, namun utusan dagang kerajaan Inggris berlaku sombong dan tak menghormati adat serta berlaku sewenang-wenang dengan memaksakan aturan-aturan yang merugikan rakyat Kerajaan Selebar. Selain aturan tanam paksa, pihak Inggris pun memaksa Raja Selebar memutuskan hubungan dagang dengan Kerajaan Belanda yang sudah terjalin baik.

Raja Selebar menolak kerjasama dengan Inggris dan tetap menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Belanda. Penolakan itu membuat Inggris marah dan merencanakan sesuatu yang jahat pada Pangeran Natadirja.[8]

Hingga pada suatu saat, datang lagi utusan Kerajaan Inggris ke Kerajaan Selebar, mereka datang dengan membawa banyak hadiah untuk Raja Selebar. Mereka datang juga dengan penuh kesopanan dan bermaksud mengundang Raja Selebar untuk menghadiri sebuah acara di Benteng York. Benteng York adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Inggris di sebuah bukit kecil tak jauh dari pantai Bengkulu.

Karena utusan Kerajaan Inggris datang dengan sopan, maka Raja Selebar berkenan memenuhi undangan Kerajaan Inggris. Maka dengan diiringi beberapa orang pengawal dan hulubalang datanglah Raja Selebar ke Benteng York.[9]

Disambutlah rombongan raja Selebar oleh Wakil Gubernur Inggris yang berkuasa di Bengkulu. Raja Selebar dan rombongannya dijamu makanan mewah oleh penguasa Inggris. Namun dibalik semua jamuan dan sambutan ramah itu, penguasa Inggris menyimpan niat jahat, mereka sangat sakit hati karena Raja Selebar menolak kerja sama dengan penguasa Inggris. Lalu tanpa sepengetahuan Raja Selebar dan rombongan, seluruh pintu ditutup, kemudian masukkanlah sepasukan tentara Inggris, menangkap raja Selebar.

Akhirnya, Raja Selebar yang bijaksana dan dicintai rakyat itu tewas ditangan penjajah Inggris.


Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ [1] 13 desember 2017
  2. ^ [2]
  3. ^ [3] 13 Desember 2017
  4. ^ [4] 13 Desember 2017
  5. ^ [5] 13 Desember 2017
  6. ^ [6] 13 Desember 2017
  7. ^ [7] 13 Desember 2017
  8. ^ [8] Diarsipkan 2017-12-13 di Wayback Machine. 13 desember 2017
  9. ^ [9] Diarsipkan 2017-12-13 di Wayback Machine. 13 desember 2017